Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Setelah era maradona

Dalam piala dunia 1990 di italia sejumlah nama pemain muncul dan tenggelam. ada nama-nama baru yang terus meroket. seperti schillaci dari tim italia. nama-nama pemain yang diandalkan oleh tim-tim favorit.

30 Juni 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MARADONA dan Gullit mulai tenggelam. Gary Lineker, pencetak gol terbanyak Piala Dunia 1986 di Meksiko, bernasib sama. Gianluca Vialli dari tim tuan rumah serta pemain terbaik Eropa 1989, Marco van Basten dari Belanda, juga tak begitu cemerlang. Justru trio pemain Jerman Barat, Rudi Voeller, Jurgen Klinsman, dan Lothar Matheus, menunjukkan kelasnya. Tapi ada "muka baru" yang muncul. Dialah Salvatore Schillaci, ujung tombak tim Italia. Pelatih tuan rumah, Azeglio Vicini, yakin bahwa Italia bakal lolos ke final dan juara dunia untuk keempat kalinya setelah melihat permainan Schillaci ini. Dua gol yang diciptakannya ke gawang Austria dan Ceko-Slovakia (di babak pertama) membuat nama Schillaci makin disegani pemain belakang lawan. Pemain yang dilahirkan di Kota Palermo 26 tahun silam ini punya naluri yang kuat untuk merobek barisan pertahanan lawan dan menciptakan gol. Belum lagi caranya mengolah bola serta larinya yang kencang. Toto -- begitu panggilan akrab Schillaci -- mulai dikenal setelah ia bergabung dengan klub Juventus dalam kompetisi 1989-90 yang berakhir April lalu. Kariernya benar-benar dari bawah. Awalnya ia bergabung di klub Messina sejak berusia 18 tahun. Di klub itulah pemain yang mempunyai tinggi badan 175 cm dan berat 70 kg ini ditempa dan dipoles. Ia langsung memperkuat tim Messina C2. Setahun kemudian naik tingkat ke tim Messina C1 hingga 1986. Baru pada kompetisi 1986-87, Toto bermain di Messina B. Sayangnya, klub Messina tetap berada di papan bawah, peringkat kedelapan. Namun, nasib Toto baik. Ia ditarik ke klub elite Juventus. Kepindahannya itu boleh dibilang kebetulan, karena pelatih klub dari pabrik mobil FIAT ini, Dino Zoff, sedang melakukan peremajaan. Saat itu Schillaci dibeli dengan harga tidak lebih dari Rp 3 milyar dan langsung ikut kompetisi tahun lalu. Schillaci bergabung dengan tim nasional juga suatu mukjizat. Pelatih Vicini sedang pusing mencari pemain depan setelah penyerang andalannya, Gianluca Vialli, cedera. Schillaci pun mulai dicoba. Ketika pertandingan uji coba melawan Belanda (sebelum berlangsungnya Piala Dunia), Schillaci hanya duduk di bangku cadangan. Ia biasa-biasa saja, tidak kecewa. Baru sewaktu melawan Swiss, Vicini tanpa ragu-ragu menurunkannya selama 90 menit. Bahkan dalam pertandingan penentuan di grup A Piala Dunia yang lalu, dia bersama Roberto Baggio dipercaya penuh sebagai ujung tombak, dan hasilnya tidak mengecewakan. "Saya membawa keberuntungan bagi Italia, dan itu akan saya buktikan terus di lapangan," kata Schillaci. Calon lawan yang bisa mengubur ambisi tim tuan rumah ini ke babak final adalah tim Lambada Brasil. Brasil yang diasuh pelatih Sebastiao Lazaroni itu diperkirakan oleh pengamat akan bertemu dengan Italia d babak semifinal. Siapa ujung tombak andalan Brasil sekarang? orang berpaling pada Muller. Muller, yang nama sebenarnya Luiz Antonio Correa da Costa, selama ini berada di belakang nama besar ujung tombak Brasil yang lain: Bebeto, Romario Faria, dan Careca. Namun, Muller sudah mampu memperlihatkan kemampuannya dalam menciptakan gol. Bahu-membahu bersama Careca di area kotak penalti, Muller dilahirkan di Kota Campo Grande, 24 tahun lalu -- mampu menciptakan dua gol ke gawang Skotlandia dan Kosta Rika. Nasib pemain dengan tinggi badan 178 cm dan berat 72 kg ini memang mujur. Muller, yang selama ini hanya duduk di bangku cadangan, mendapat kepercayaan Lazaroni untuk mendampingi Careca. Itu dilakukan Lazaroni mengingat kedua ujung tombak andalannya, Bebeto (nama aslinya Vasco da Gama) dan Romario Faria mengalami cedera kaki. Siapa yang mengira jika Muller yang baru memperkuat tim nasional Brasil sekitar enam kali itu mampu memperlihatkan prestasi internasionalnya. "Saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, dan akan saya buktikan bahwa saya mampu," ucap pemain yang kini bergabung dengan klub Torino Italia ini. Bekas pemain legendaris Brasil, Pele, memuji kemampuan Muller bersama Careca. "Lawan perlu berhati-hati jika kedua pemain itu berada di kotak penalti," komentar Pele. Sayangnya, Lazaroni tidak mempunyai waktu yang cukup dalam mempersiapkan timnya kali ini. Karena hampir separuh dari tim Brasil bermain di Eropa, seperti Romario Faria, Dunga, Jorginho, Valdo, Silas, Branco, Careca, Alemao, Muller, Valdo. "Sehingga peluang untuk bisa juara fifty-fifty," tambah Pele, yang sempat mengkritik sistem permainan yang diterapkan Lazaroni saat ini. Ada lagi calon pemain terbaik Piala Dunia 1990 dari kubu lain. Duet penyerang Jerman Barat, Rudi Voeler dan Jurgen Klinsman, serta gelandang menyerangnya Lothar Matheus, bukanlah pemain-pemain yang enteng. Apalagi Jerman Barat dijagokan masuk final kali ini. Melihat prestasinya dalam babak penyisihan, Jerman Barat -- juara grup D -- diperkirakan bakal bertemu Belgia di semifinal, lalu jumpa Brasil di final. Tentu saja, jika pasukan asuhan pelatih Franz Beckenbauer ini mampu melewati juara Eropa 1988, Belan- da, di babak kedua. Yang menguntungkan ketiga pemain andalan Jerman Barat itu sudah tidak asing lagi bagi penggemar bola Italia. Karena mereka bergabung dalam klub AS Roma (Voeler) dan Inter Milan (Klinsman dan Matheus). "Saya dan Klinsman merupakan penyerang yang paling solid saat ini. Dan saya yakin Jerman Barat bisa melaju ke final," ujar Roedi Voeler, yang telah menciptakan tiga gol. Ucapan Voeler cukup beralasan, mengingat dalam babak penyisihan Matheus dkk. mampu membo- bolkan gawang lawan sebanyak 10 kali, 3 gol diciptakan oleh Matheus, 2 gol Klinsman, dan 1 gol Litsbarski. Sedangkan gawang mereka bobol 3 kali. Rudy Novrianto (Roma)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus