Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Spion kaslan berkisah

Permainan suap menyuap di dunia sepak bola di klub galatama. kaslan rosidi, bos cahaya kita, terjun ke gelanggan perjudian dengan tujuan untuk mengetahui permainan suap. (or)

31 Maret 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MULA-mula, dia jual mahal. "Saya bukan orang panggilan," katanya seraya mendongakkan wajahnya, ketika ditanya apakah dia akan memenuhi panggilan ketua tim antisuap, Acub Zainal. Tetapi ketika dia sadar, Acub memang sungguh-sungguh memerlukan bantuannya untuk menanggulangi masalah suap, akhirnya dia tampil di kantor Liga Utama, Jumat pekan lalu. "Saya ini diundang Acub, masak tidak datang," ucap Kaslan Rosidi, 51, bos Cahaya Kita yang mendadak populer karena sesumbar mengenai suap yang katanya sudah menggerayangi sepak bola. Terutama mempengaruhi pertandingan antarklub Liga selama ini. Menurut Kaslan, dalam pertemuan dengan tim antisuap yang dipimpin Acub Zainal, dia telah mengetengahkan mengenai seluk-beluk suap berdasarkan pengalamannya sendiri. Dia katanya sengaja terjun ke gelanggang perjudian itu dengan tujuan untuk mengetahuinya. Sebab, katanya, itu satu-satunya cara untuk mengetahui mafia suap dan siapa-siapa yang terlibat di dalam permainan kotor itu. Menurut Acub, masukan yang disampaikan Kaslan akan sangat membantu pekerjaan tim. Tetapi dia tidak menyebutkan secara terperinci mengenai praktek-praktek suap yang dibeberkan Kaslan kepada tim. Hanya, dari Kaslan diperoleh keterangan bahwa "perkawinannya" dengan para cukong dan yang kena suap-sudah dimulai sejak 1982. Ceritanya, ketika Cahaya Kita berhasil pindah dari divisi II ke divisi I, tahun 1982/1983, dia mulai mencurigai klub asuhannya itu, waktu Arseto dan Makassar Utama membabatnya dengan angka telak, 0-4 dan 0-6. Seorang pemain inti Cahaya Kita, menurut cerita Kaslan, terbuka belangnya ketika Cahaya Kita bertanding di Surabaya melawan sebuah klub di sana. Waktu itu, si pemain teras tadi keluar dari penginapan untuk menghubungi seorang bandar judi. Alamat bandar itu diperoleh si pemain dari seorang wasit. Pemain tadi juga menghubungi petaruh bernama N. Kedua petaruh ini meminta si pemain agar Cahaya Kita membuka pertahanan supaya lawannya gampang menjebol gawang. Cahaya Kita harus kemasukan lima gol pada babak pertama dan lima gol pada babak kedua. "Tetapi kenyataannya, waktu itu Cahaya Kita hanya kebobolan empat gol. Kenapa? Karena pemain inti tadi tidak diturunkan pada pertandingan itu," begitu cerita Kaslan. Menurut manajer itu, yang pernah bercita-cita menjadi guru bahasa Indonesia dan sempat menjadi wartawan, terbongkarnya permainan gila tadi karena pengakuan salah seorang anak asuhannya. Katanya, pemain teras timnya yang kena suap itu hanya menerima Rp 100.000. Kaslan dan pemainnya itu seperti kucing-kucingan. Suatu ketika, Cahaya Kita akan bertanding di Pluit. Kaslan mencium, tujuh pemainnya diajak makan-makan seorang petaruh. Di restoran Klaten yang terletak di Palmerah, Jakarta Barat, mereka membicarakan kode-kode yang akan dipergunakan di dalam gelanggang nanti. Katanya, si tangan jahil waktu itu meminta Cahaya Kita supaya takluk empat gol. Tapi si petaruh datang terlambat ke lapangan. Akibatnya, si pemain teras, yang jadi otak di lapangan, sempat tidak turun ke lapangan hanya untuk menunggu si petaruh. Dalam pertandingan Cahaya Kita di Bali, dia menemukan kode dari bandar judi jika pada saat terakhir baru memberikan "perintah". Waktu itu, si petaruh - yang sudah lama memegang pemain inti Cahaya Kita itu - baru menentukan skor permintaannya pada saat pertandingan sudah dimulai. "Kalau baju si cukong dikeluarkan, itu berarti anak-anak yang sudah dia pegang harus mengalah paling tidak tiga gol," begitu kata Kaslan. Menurut Kaslan, dia pernah dirayu para tukang suap untuk turut "main". Suatu hari katanya, setelah pertandingan melawan Niac Mitra, ada seorang bandar judi yang menghubunginya. Dia dibawa ke rumah cukong itu. Di situ dia diajak bekerja sama dengan si bandar. "Saya sengaja ikut untuk mengetahui sampai sejauh mana permainan suap ini," ujarnya. Menurut bandar judi itu, hanya dia yang belum mau bekerja sama. Sedangkan , pemainnya sudah bisa dikuasai. Katanya, ketika di Surabaya itu dia sempat diajak bandar judi tadi menemui seseorang di luar kota. Dia kaget seperti disambar petir. Sebab, orang yang dia temui itu ternyata seorang bekas pemain bola terkenal. "Saya kaget sekali. Tapi dia sendiri tenang-tenang saja," katanya. Suap, menurut Kaslan, digunakan pula oleh sementara pimpinan klub Liga untuk membentengi diri. Kalau dia tak ingin kena suap, maka dia suap klub lain. "Ibarat memasang anjing di luar rumah. Kalau perlu, anjing itu menggigit pencuri di luar pagar," katanya. Kaslan Rosidi melibatkan begitu banyak nama dan klub dalam tatap mukanya dengan tim antisuap. Tetapi, menurut pengakuannya, dengan berbuat begitu, ia tak berniat membunuh klub lain, mengikuti Cahaya Kita yang telah dia bubarkan. "Saya hanya ingin mengemukakan bahwa di dalam tubuh klub-klub terdapat kuman-kuman kronis dan perlu segera dibenahi," katanya dengan gaya seorang penyelamat. Kendati begitu, Acub Zainal menampik tuduhan itu. "Liga, baik sebagai organisasi maupun sebagai klub dalam Galatama, tak satu pun yang terlibat. Kalau toh ada, itu adalah oknum," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus