Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Tanpa prestasi tapi ada ambisi

Lomba lintas alam asia ii didominasi atlet jepang. juara seniornya dari iran. tuan rumah kedodoran, tapi bob hasan tetap berambisi menggelar kejuaraan dunia di sini.

17 April 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

APA yang bisa dipetik dari lomba Cross Country Asia II di lapangan Golf Pondok Cabe, Jakarta, Ahad lalu? ''Bisa membantu mengembangkan kepariwisataan. Nama Indonesia akan dikenal di dunia,'' kata Bob Hasan. Bob bukanlah pejabat pariwisata. Ia ketua umum PASI dan juga ketua Asosiasi Atletik Amatir Asia (AAAA). Namun jawaban tadi lebih tepat ketimbang ia berbicara dalam konteks olah raga. Sebab atlet tuan rumah belum bisa berbunyi di lomba ini. Atlet yang berprestasi dalam lomba ini justru dari Jepang. Negeri Matahari Terbit, dalam lomba ini, menyabet 4 medali emas, 2 perak, dan 3 perunggu. Dominasi tim ini muncul pada nomor beregu putra, beregu putri, senior putri, dan junior putri. Tiga pelari seniornya (Monori Hayakari, Junko Tsukamoto, dan Kayoko Ogiwara) serta tiga pelari juniornya (Noriko Wada, Kanako Haginaga, dan Keiko Hatanaka) tidak tertandingi. Pelari putri senior Indonesia, Maria Lawalata, 26 tahun, harus puas di urutan kedelapan. Juara maraton SEA Games 1991 itu mencatat waktu 23 menit 14 detik untuk jarak 6 kilometer. ''Ini bukan nomor saya,'' kata Maria tentang kekalahannya. Baginya, arena ini hanya ajang pelatihan untuk meningkatkan speed menjelang SEA Games. Rekannya, Esther Sunah, spesialis 800 meter dan 1.500 meter, juga beranggapan sama. Lintas alam memang belum populer di sini. Atlet kita lebih mengenal track ketimbang lintasan rumput. Tak berlebihan jika lomba yang diikuti 14 negara itu membuat atlet Indonesia kedodoran. Eduardus Nabunome, misalnya, gagal masuk finis. Edu, panggilan akrabnya, tak mampu menyelesaikan jarak 10 km. ''Telapak kaki saya sakit sekali,'' keluhnya sambil meringis. Ia pun dipapah ke luar lintasan. ''Kalau saya tak cedera, hasilnya pasti tak sejelek ini,'' kata Edu. Ia tak berlebihan. Edu pernah menjuarai lintas alam Fukuoka Open di Jepang tahun 1987. ''Di Fukuoka kondisinya lebih berat, dengan tanjakannya yang lebih tajam dibandingkan dengan di sini,'' katanya. Di sana kemiringan lintasannya mencapai 45 derajat, sedangkan di sini relatif datar. Cedera kaki yang dialami Edu dua bulan lalu memang tak bisa diajak kompromi. Padahal kakinya sudah disuntik. ''Tapi hasilnya tetap buruk,'' katanya. Ia hanya mampu menyelesaikan rute sekitar 5 km. ''Jika lari jarak jauh, saya masih mampu. Saya bisa memakai sepatu yang solnya tebal. Tapi, untuk cross country, saya nggak bisa. Lihat saja tadi. Pas di tikungan yang langsung menanjak, saya tak bisa lagi,'' katanya. Buntut cedera itu, keikutsertaan Edu di SEA Games Singapura, Juni mendatang, menjadi tipis. ''Saya nggak berharap ikut ke sana. Ya, buat apa saya paksakan ikut,'' katanya kecut. Tapi tim Indonesia tak khawatir. Sebab, pada nomor-nomor jarak menengah dan jauh dalam SEA Games mendatang, Indonesia masih punya pelari andalan Subeno, Osiaz Kamlase, dan Naek Sagala. Di lomba Cross Country Asia II ini, Osiaz menempati urutan ketujuh, walaupun kaki kirinya sedikit terganggu. Kegagalan tim tuan rumah masih terobati dengan medali perunggu di nomor beregu senior putra. Namun, secara keseluruhan, Indonesia memang tak serius mempersiapkan atletnya di lomba ini. ''Ini cuma sasaran antara ke SEA Games,'' kata manajer tim Indonesia, Heri Setiono. Itu sebabnya atlet putri Suryati tak diterjunkan. Atlet andal itu, oleh PASI, malah dikirim ke Manila untuk tryout. Tak hanya Indonesia yang menjadikan lomba lintas alam ini sebagai sasaran antara. Atlet-atlet asing pun beranggapan sama. Juara senior putra dari Iran, Hamid Sajjadi Hezaaveh, bahkan bukan atlet spesialis lintas alam. Lelaki setinggi 171 cm kelahiran tahun 1969 ini punya nomor andalan 3.000 meter steeplechase (lari dengan rintangan). Tahun 1991, di kejuaraan atletik Asia di Bangkok, ia meraih medali perak. Untuk nomor ini, catatan waktu terbaiknya 8 menit 33 detik. Dalam lomba di Pondok Cabe ini, ia mencatat waktu 32 menit 3 detik. ''Kemenangan ini saya persembahkan buat istri saya. Dia pasti sangat senang, apalagi saya tak punya pekerjaan,'' kata mahasiswa pendidikan olah raga ini. Walaupun bukan ikut dalam nomor andalannya, Hamid mempersiapkan diri dengan serius sejak empat bulan lalu. Ia berlatih 10 jam per minggu. ''Matahari di sini memang menyengat, tapi tidak menjadi masalah bagi ketahanan fisik saya,'' katanya. Spesialis atlet lintas alam juga tak dipunyai Jepang. ''Di negeri kami banyak sekali kompetisi lari. Maka kami tak perlu mempersiapkan diri menghadapi kejuaraan ini,'' kata Yasunori Hamada, manajer tim dan pelatih Jepang. Empat belas atletnya sudah biasa turun di jalanan atau di lintasan rumput. Dan lomba ini hanyalah salah satu sasaran antara atlet Jepang menuju Asian Games Hiroshima dan Olimpiade Atlanta nanti. Bagi Bob Hasan, pengalaman pertamanya menggelar lomba ini berbarengan dengan Lomba Lintas Alam Indonesia I akan ditingkatkan dengan menggelar kejuaraan lintas alam yang lebih akbar pada tahun-tahun mendatang. ''Saat ini orang asing sedang senang dengan back to nature,'' katanya. Ambisi Bob Hasan itu langsung disambut Jotje Gozal, wakil ketua pelaksana lomba ini. ''Kami sanggup melaksanakan kejuaraan dunia,'' kata Jotje Gozal. Jika niat ini terwujud, faktor yang perlu diperhatikan adalah soal keamanan dan lokasi. Sebab, mengenai kehadiran atlet peserta dari berbagai negara, Bob Hasan sudah siap melakukan lobi. Nama Bob di dunia lari sudah merupakan jaminan. Widi Yarmanto dan Andi Reza

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus