PENGGUNA alat kontrasepsi KB (keluarga berencana) kini punya satu alternatif lagi. Selain IUD (spiral), pil KB, kondom, sterilisasi, dan norplant (susuk), ada implanon. Implanon juga susuk. Bedanya, norplant menggunakan enam susuk, sedangkan implanon satu susuk. Menurut Dr. Biran Affandi, Kepala Sub-Kesehatan Reproduksi Rumah Sakit Raden Saleh Jakarta, yang meneliti susuk itu di Jakarta, dengan implanon, tingkat keberhasilannya nol persen kehamilan selama dua tahun. Presentasi itu disampaikan di depan peserta Kongres Internasional Reproduksi dan Konferensi Internasional Tuba Falopii di Bali, awal April silam. Penelitian Biran itu didasarkan uji klinis, terdiri dari uji dosis, fisiologis, dan farmakokinetik susuk itu, terhadap 200 akseptor KB yang berusia rata-rata 35 tahun dan minimal sudah mempunyai satu anak di RS Raden Saleh. Susuk memberikan pilihan mengenakkan bagi akseptor KB. ''Ini ada kaitannya dengan budaya. Banyak akseptor risi karena yang memasang IUD adalah dokter pria,'' kata Dokter Loet Affandi, Deputi Bidang Umum Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Norplant terdiri dari enam kapsul berbentuk cekung silastik, mirip batang korek api. Tiap kapsul panjangnya 34 mm dengan diameter 2,4 mm. Di dalamnya terdapat levonorgestrel sejenis hormon progesteron. Pada akhir pertengahan daur menstruasi, susuk menekan ovulasi. Saat itulah hormon bekerja, membuat mulut rahim menyempit, dan sperma sulit melewatinya. Norplant dimasukkan ke dalam tubuh melalui operasi kecil dan pembiusan lokal. Satu per satu susuk itu dimasukkan ke permukaan kulit lengan. Bisa 68 cm di atas atau di bawah siku tangan. Peminat alat kontrasepsi yang masuk ke Indonesia pada 1986 ini tinggi sekali, meliputi satu juta orang. Ini berarti 50% susuk KB yang beredar di dunia dipakai akseptor Indonesia. Biayanya sekitar US$ 25 untuk sekali pemakaian, dan mencegah kehamilan sampai 99,5%, selama lima tahun. Dibanding alat kontrasepsi lain, susuk itu memang masih berada di urutan bawah. Dari 20 juta akseptor di Indonesia, pemakai pil KB ada 35,6%, IUD 25,8%, dan suntik 24,7%. Hanya pengguna susuk masih lebih tinggi dibanding sterilisasi (5,4%). Dibanding norplant, implanon praktis dan aman karena cuma perlu satu susuk. Dan untuk memasukkannya tak dilakukan pembedahan, cukup disuntik saja. Implanon yang diproduksi Pabrik Farmasi Organon International, Belanda, ini dapat dipakai untuk mencegah kehamilan 23 tahun. Kapsul pada implanon mengandung hormon desogestrel, yang juga berfungsi menghambat ovulasi. Jika susuk dicabut, kesuburan bisa pulih dan bisa hamil lagi. Keunggulan lain, menurut Biran, implanon tidak menyebabkan pegal atau pembengkakan, yang kerap ditemukan pada pengguna norplant. Namun, yang belum dapat dihilangkan dari kedua susuk ini adalah gangguan fungsi ginjal, liver, dan jantung. Makanya, penderita hipertensi sebaiknya menghindari alat kontrasepsi ini. Dua jenis susuk ini tidak dapat dibandingkan. Tergantung pemakainya. Jika ingin menjarangkan kehamilan sampai lima tahun, pakailah norplant. Jika menginginkan dua tahun, ya, pakai implanon. Dan karena masih tahap penelitian, menurut Kepala Departemen Pelayanan Medis dan Registrasi PT Organon Indonesia, Dokter Wardojo Gadroen, kemungkinan implanon baru didiedarkan akhir tahun depan. Sri Pudyastuti R. (Jakarta) dan Kelik M. Nugroho (Surabaya)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini