KEMBALINYA Tony Pogaknik sebagai Kepala Pelatih PSSI ditandai
oleh sikapnya yang keras. Ia memberi ultimatum: paling lambat
tanggal 29 Oktober semua pemain yang dipanggil untuk TC Pre
World Cup sudah harus masuk. "Sekarang terlambat satu hari akan
saya tolak", ancamnya lewat koran-koran.
Sikap keras ini mengingatkan orang akan watak Tony 15 tahun yang
lalu sewaktu ia masih menjadi pelatih nasional Indonesia. Tapi
sekarang agaknya Tony lupa, bahwa mungkin saja "surat panggilan"
PSSI keterjang nasib yang sama seperti halnya surat anggota PSSI
(bond) ke Sekretariat atau Ketua Umum. Yakni: dinyatakan "tak
pernah diterima".
Sikap keras itu kemudian berlanjut dengan pengumuman nama ke-22
calon pemain TC Pre World Cup, Kamis pekan lalu. Dalam daftar
tersebut Tony dengan sadar dan yakin mengemukakan alasan ia
menyisihkan Tumsila. "Pola permainannya khas punya Tumsila
sendiri . . . dan sukar dirobahnya" kata Tony yang dikutip
Kompas. Tapi tak cukup 24 jam kemudian, hari Jumat esoknya, Tony
berbalik pendirian. Tumsila dipanggil masuk TC. Dan sudah tentu
ia lakukan sesadar dan seyakin seperti halnya ketika ia menolak
Tumsila kemarinnya.
Dan itulah berita yang beredar dari sumber koran, yang
sesungguh- nya menurut sumber TEMP0 merupakan kamuflase dari
suatu proses yang belum terungkapkan kepada umum.
Ceritanya begini. Menjelang penentuan pemain. Hutasoit. team
manager PSSI Harimau, menginventarisasi ke-17 pemain yang
diusulkan digembleng dalam TC Pre World Cup. Nama ini disodorkan
kepada PSSI. Dalam rapat antara Kepala Pelatih Tony Pogaknik.
Ketua Bidang Pembinaan Dono Indarto dan Ketua Badan Team
Nasional T.D. Pardede, pengaruh Tony nampak masih dominan.
Dalam daftar ke-22 pemain itu dengan tegas nama Tumsila --
satu-satunya pemain team Harimau -- dicoret. Sementara itu
dimasukkan Hartono, Timo Kapisa, Suharsoyo dan Lukman Santoso.
Tapi ketika hari Kamis pagi berita itu terbaca Hutasoit, bekas
team manager PSSI ini kontan naik pitam. Jumarsono dihubungi dan
pada Sekum ini Hutasoit melampiaskan kritiknya. "Jangan merusak
spirit team yang sudah kompak", kata Hutasoit, "mengapa tidak
nanti saja Tumsila disisihkan kalau sudah waktu pemilihan. Sebab
saya pun mempunyai alasan-alasan mengapa Tumsila saya usulkan".
Tak ayal lagi Jumarsono yang ingin memproyeksikan Hutasoit
sebagai team manager Pre World Cup PSSI, menuju ke kantor PSSI
menemui Tony. Di situ ia teruskan semprotan Hutasoit kepada sang
Kepala Pelatih.
Masalah Tumsila kemudian cepat dirapatkan lagi, termasuk yang
hadir adalah Ketua Umum Bardosono dan Bendahara Suwarno. Tony
nampak melunak. Dan Tumsila akhirnya dipanggil lagi.
Kehadiran Tony di PSSI dinilai kebanyakan penggemar sepakbola
sebagai tokoh bola yang berjasa, jujur dan tinggi morilnya
memperjuangkan nasib pemain. Wibawa dan integritasnya merupakan
sisa modal yang ada padanya untuk membangun kesebelasan nasional
-- lebih menonjol ketimbang ketrampilannya melatih dan
pengetahuan sepakbolanya. Maklum, Tony kini sudah 64 tahun. Tapi
dengan sikap yang kompromstis, kalau tidak mau dikatakan
yes-man, apalagi yang diharapkan dari Tony? Sekali kena gebrak
Hutasoit. ia sudali grogi. Apakah perisiwa Tumsila akan
merupakan prolog yang akan menentukan suasana TC dan wajah team
PSSI Pre World Cup?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini