Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Tertipu Di Lommel?

ISSI (Ikatan Sport Sepeda Seluruh Indonesia) memindahkan lima pembalap dan seorang pelatih yang sedang berlatih di Lommel, Belgia ke Amsterdam. Untuk mendapat pengalaman di nomor track.(or)

22 Juni 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIM balap sepeda Indonesia yang sedang berlatih di Belgia tertipu? Kabar tak sedap itu, konon mirip kasus tim PSSI Binatama, yang berlatih pada seorang pelatih tak terkenal di Brazil, akhir 1979 lalu, sempat menghebohkan pengurus Ikatan Sport Sepeda Seluruh Indonesia (ISSI) di Jakarta. Karena itu, sebuah tim langsung dikirim ISSI bulan lalu, untuk mengecek kabar buruk itu. Dipimpin Donny A. Prasetio, sekretaris ISSI, tim penyelidik itu baru kembali Sabtu pekan lalu. "Laporan tim mengatakan, kita bukan tertipu. Hanya anak-anak merasa jenuh dan karena itu kami memutuskan untuk memindahkan tempat latihan mereka ke Amsterdam, Belanda," kata Hari Sapto, ketua umum ISSI, kepada Rudy Novrianto dari TEMPO. Ia tak menjelaskan lebih terinci mengapa karena alasan jenuh saja menyebabkan latihan dengan Pelatih Hugo Heugens, bekas juara nasional Belgia khusus untuk nomor jalan raya (road-race), langsung dihentikan akhir Mei lalu. Padahal, baru berlangsung tiga bulan dari enam bulan yang direncanakan. Hari cuma mengatakan, dia bisa memahami kejenuhan para pembalap karena Lommel, tempat berlatih semula, memang sebuah kota kecil dan sepi. Selain itu, tutur Hari lagi, latihan dengan Hugo sudah dianggap cukup karena memang ditargetkan untuk nomor jalan raya. Dan agar para pembalap, Fanny Gunawan, Mohammad Yusuf, Puspita Mustika, Ian Tanujaya, dan Kim Hong, dapat pengalaman lain di nomor track, maka cukup alasan untuk memindahkan latihan mereka ke Amsterdam. Apalagi, di tempat kedua ini, di bawah Pelatih Rinus Langkruis, bekas juara nasional Belanda untuk nomor track 1000 meter, "fasilitasnya lebih lengkap", kata Hari Sapto. Secara tidak langsung itu berarti, Lommel memang kalah menyenangkan dari Amsterdam. Lalu kenapa dulu Belgia yang dipilih? Haryo Tilarso, dokter khusus ISSI yang Februari lalu mengantarkan tim berlatih ke Lommel itu, mengatakan bahwa ISSI memutuskan memilih Belgia karena setelah dikirim surat ke pelbagai tempat berlatih di Eropa, Hugolah yang paling dulu menjawab dan langsung menawarkan fasihtas latihan yang dimilikinya. Ini ditambah referensi tim balap sepeda yang pernah berlatih di sana, misalnya tim yunior Malaysia dan Hong Kong, kata Haryo Tilarso lagi, maka akhirnya ISSI memutuskan memilih Belgia. Kedua tim negara tetangga ini, menurut pengamatan ISSI, mengalami kemajuan setelah berlatih di sana. "Jadi, sekali lagi, bukan berarti latihan di Belgia jelek," kata Haryo Tilarso. Buktinya, ada kemajuan lumayan yang sudah diperoleh dari latihan yang tadmya diperkirakan akan menghabiskan dana sekitar Rp 40 juta itu. Yaitu, ketika ikut lomba Linburg Tour yang menempuh jarak 800 km dari Spanyol ke Belgia, 2 Juni lalu, M. Yusuf bisa menempatkan diri di nomor 37 dari 120 pembalap profesional Eropa yang ikut lomba selama lima hari itu. Khusus di nomor beregu, Indonesia menempati urutan ke-19 dari 20 regu yang ikut. "Untuk Yusuf, hasil itu cukup bagus karena lomba itu diikuti pembalap-pembalap amatir dan profesional yang sudah beken di Eropa," kata Haryo tanpa menyebut pembalap-pembalapnya. Bahkan kalau hanya antarpembalap amatir, pembalap asal Jawa Barat itu, kata Haryo lagi, menempati urutan keenam dari puluhan pembalap amatir yang ikut. Prestasi sebagai hasil latihan di Belgia tadi, menurut Hari Sapto, di perkirakan masih bakal naik lagi jika latihan intensif diperoleh para pembalap di Amsterdam. "Target kita tetap. Begitu selesai berlatih di luar negeri, para pembalap akan bisa unggul di Kejuaraan Balap Sepeda Asia, yang akan diselenggarakan di Seoul 14-21 September 1985," kata ketua umum ISSI itu, optimistis. Buat ISSI sendiri, pengiriman pembalap berlatih di luar negeri bukan pertama kali ini dilakukan. Menjelang Asian Games 1962, misalnya, pernah dikirim delapan pembalap ke Jerman Timur. Lalu, 1978, ketika menghadapi Kejuaraan Dunia di Swiss, enam pembalap dikirim di Swiss. Tapi keduanya untuk masa latihan tiga bulan, yang berakhir tanpa pindah tempat berlatih.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus