Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lionel Messi, 28 tahun, tampak berwajah cerah saat memacu jetski membelah ombak laut di pantai Ibiza, Spanyol, Selasa sore dua pekan lalu. Seperti terlihat dari rangkaian foto yang dilansir surat kabar Inggris, Daily Mail, ia juga sempat mengajak anak tertuanya, Thiago, 2 tahun, membonceng jetski itu. Dalam foto lain, Messi terlihat menikmati sampanye bersama pasangannya, Antonella Roccuzzo, di atas dek kapal. Ada juga aksi keduanya saat bercengkerama di atas papan selancar.
Di akun Instagram Roccuzzo, momen liburan itu terunggah dalam empat foto. Pada salah satu foto, terlihat dia mencium pipi Messi yang tengah tersenyum. Di foto lain, tampak Messi tengah memeluk Thiago dan Mateo, 10 bulan, di atas kapal pesiar. Di bawah foto itu tertulis, ”Anak-anakku, tak mungkin mencintai mereka lebih dari ini. Sungguh indah keluarga yang kumiliki.”
Liburan dengan keluarga itu menjadi upaya Messi menghilangkan kegundahan hatinya. Berbagai masalah tengah membebani pemain yang lima kali terpilih sebagai pemain terbaik dunia ini. Ia baru mengalami kekecewaan beruntun setelah gagal mengantar Barcelona mempertahankan gelar Liga Champions Eropa dan tak berhasil membawa tim nasional Argentina menjuarai Copa America karena kembali dikalahkan Cile di babak final.
Pukulan lebih besar datang pada 5 Juli lalu. Lionel Messi dan ayahnya, Jorge Horacio Messi, divonis bersalah oleh pengadilan di Barcelona dengan tuduhan menggelapkan pajak pada 2007-2009, yang menimbulkan kerugian bagi pemerintah Spanyol senilai 4,1 juta euro atau sekitar Rp 59 miliar. Keduanya dijatuhi vonis 21 bulan penjara plus denda 2,1 juta euro untuk Messi dan 1,6 juta euro untuk sang ayah. Namun mereka tak perlu menjalani hukuman penjara itu karena peraturan di Spanyol menyebutkan hukuman di bawah dua tahun bisa berubah menjadi hukuman percobaan bila yang bersangkutan tidak pernah divonis sebelumnya.
Penyelewengan pajak Messi itu diselidiki sejak 2013. Otoritas pajak Spanyol curiga karena pemain ini tak melaporkan pendapatannya dari iklan sejumlah produk sepanjang 2007-2009. Penyelidikan kemudian menemukan aliran dana dari sejumlah klien yang produknya dibintangi Messi ke perusahaan di Uruguay dan Belize. Salah satu perusahaan itu adalah Mega Star Enterprise, yang belakangan juga muncul dalam skandal Panama Papers.
Messi menjual hak citranya (image rights) kepada perusahaan yang berbasis di Uruguay itu dengan nilai US$ 50 ribu saja. Mega Star Enterprise kemudian berhak memasarkan Messi sebagai bintang iklan atau duta produk dari sejumlah perusahaan. Dengan perjanjian ini, uang hasil iklan itu seolah-olah mengalir ke Mega Star Enterprise, bukan ke Messi. Padahal, faktanya, perusahaan itu dimiliki Messi sendiri.
Dalam sidang di pengadilan Spanyol, Messi mengaku tak tahu-menahu soal penggelapan pajak karena dia selama ini hanya berkonsentrasi sebagai pemain sepak bola. ”Saya mempercayakan kepada ayah saya dan pengacara yang dipilihnya untuk menjalankan semua hal tersebut dan saya tak tahu-menahu soal itu semua,” kata Lionel Messi saat hadir dalam persidangan, awal Juni lalu. Adapun Jorge Horacio Messi menegaskan, ia diberi tahu pengacaranya bahwa praktek yang ia lakukan itu legal.
Vonis Lionel Messi itu membuat Barcelona meradang dan menilai sang bintang sudah diperlakukan secara tak adil. Juru bicara klub itu, Josep Vives, menyatakan Messi seharusnya diperlakukan sama seperti Iker Casillas, Xabi Alonso, atau Sergio Ramos, yang juga terlibat masalah pajak beberapa tahun sebelumnya. Meski diusut, para pemain itu tak sampai diseret ke meja hijau dan hanya dihukum denda pajak.
Perlakuan ringan serupa diberikan kepada Jose Mourinho, mantan pelatih Real Madrid, yang kini menangani Manchester United, terkait dengan penyelewengan pajak. ”Ada beberapa tokoh terkenal yang tak melalui situasi seperti yang Messi hadapi. Kami mengecam perlakuan tak adil buat Messi,” ujar Vives.
Kecurigaan juga dilontarkan harian yang berbasis di Barcelona, Sport. Mereka menyoroti sosok Maria Silva Lapiedra, salah satu pengacara negara yang ngotot menyeret Messi ke meja hijau, yang dinilai tak netral. Berdasarkan penelusuran media ini, Lapiedra pernah menjabat sebagai salah satu direktur Real Madrid pada periode 2000-2006. Pada Maret 2014, ia juga terlihat duduk bersama Presiden Real Madrid Florentino Perez di boks direktur di Stadion Santiago Bernabeu saat menyaksikan laga El Clasico—Madrid melawan Barcelona.
Barcelona kemudian meluncurkan kampanye membela Messi di jejaring sosial dengan memakai #weareallMessi. Kampanye itu justru sempat membuat klub ini mendapat banyak kecaman karena dianggap ikut mendukung penyelewengan pajak. Sejumlah netizen menyebut kampanye itu memalukan dan tak pantas. Adapun Carlos Cruzado, perwakilan serikat kerja otoritas pajak Spanyol, menyebutkan solidaritas seperti itu berdampak buruk dan ”tak membantu memperbaiki kesadaran fiskal masyarakat Spanyol”.
Selain memicu kontroversi dan tudingan konspirasi, vonis buat Messi memunculkan kembali sorotan atas maraknya penyelewengan pajak oleh para pemain sepak bola di Spanyol. Selain kasus-kasus yang disebut di atas, pada Desember tahun lalu salah satu pemain Barcelona, Javier Mascherano, divonis 12 bulan karena penyelewengan pajak. Yang menjadi perhatian media, kasus penyelewengan pajak oleh bintang sepak bola lebih marak terjadi di Spanyol dan jarang terjadi di negara-negara Eropa lain. Apa penyebabnya?
Hal itu tampaknya tak lepas dari tingginya tingkat pajak di Negeri Matador. Situs Daily Mail melaporkan, di Spanyol berlaku sistem pajak pendapatan yang progresif, dari 24,75 persen sampai 52 persen. Untuk pekerja di wilayah Catalan, pajaknya bahkan akan bertambah hingga maksimal 56 persen. Para pemain di Spanyol juga diwajibkan membayar pajak atas penghasilan yang mereka raih di luar negeri, terutama dari pendapatan iklan. Alasannya: sudah menjadi pemukim tetap di negara itu dan telah menetap lebih dari 183 hari.
Dibanding di negara lain, pajak di Spanyol merupakan yang tertinggi. Di Inggris, pajak penghasilan yang dikenakan adalah 45 persen, di Jerman 47,4 persen, di Italia 46,2 persen, dan di Prancis 45 persen. Pajak tinggi itu diberlakukan di Spanyol setelah diterbitkan undang-undang pajak baru pada 2006. Sebelumnya, negara itu hanya mengenakan pajak 24,75 persen secara merata kepada para pekerja.
Sistem pajak tinggi seperti itu jelas mencekik pemain sepak bola yang berkarier di negara itu. Untuk pemain bergaji tinggi seperti Messi, Spanyol mengenakan tarif pajak tertinggi karena penghasilannya di atas 300 ribu euro per tahun. Karena bekerja untuk Barcelona, yang berbasis di Catalan, Messi harus membayar 56 persen dari total penghasilannya ke otoritas pajak Spanyol. Tahun lalu, oleh majalah France Football, dia ditaksir mendapat total penghasilan 74 juta euro (sekitar Rp 1 triliun) sehingga harus membayar pajak hingga 41,4 juta euro (sekitar Rp 597 miliar).
Javier Ferrero, ahli hukum olahraga Spanyol, menyebutkan vonis buat Messi akan menjadi pelajaran penting bagi pemain sepak bola di Spanyol, juga bagi masyarakat lain. ”Itu membuktikan bahwa keadilan berlaku sama untuk semua,” ujarnya. Namun Presiden La Liga Spanyol Javier Tebas khawatir vonis tersebut akan membuat Messi hengkang dari negeri itu. Ia pun buru-buru menyatakan dukungannya buat pemain itu. ”Kami percaya Messi tak bersalah dan harus bertahan di sepak bola Spanyol. Saya tak berpikir Messi adalah sosok yang nakal.”
Kekhawatiran Tebas bisa jadi beralasan. Harian Inggris, The Sun, beberapa hari setelah vonis Messi diketuk, menulis bahwa klub Inggris, Chelsea, sepertinya berniat memanfaatkan situasi yang melilit pemain itu. Buktinya, ayah Messi sempat bertemu dengan pemilik Chelsea, Roman Abramovich, di kapal pesiar mewahnya. Mereka diduga membahas peluang kepindahan Messi.
Juru bicara Barcelona, Josep Vives, segera membantah hal itu. Menurut kabar terbaru, Messi akan meneken perpanjangan kontrak sepulang dari liburan. Messi diperkirakan bertahan di Barcelona hingga 2021. ”Jelas sekali ia terluka karena situasi ini, terutama ketika merasa diperlakukan secara tak adil,” kata Vives. Febriyan (AS, Sport, Dailymail)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo