Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Mencari Joe Taslim di Jagat Star Trek

Star Trek kali ini punya daya tarik baru bagi penonton Indonesia: aktor Joe Taslim. Selain itu, ada tokoh cewek jagoan baru yang menarik: Jaylah.

25 Juli 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MUNGKIN penonton Indonesia ingin melihat Joe Taslim di jagat Star Trek. Mungkin para Trekkies ingin menyaksikan persahabatan bromance Kapten Kirk dan Komandan Spock.

Tapi, bagi yang senang film laga, mungkin mereka menyaksikan edisi ketiga Star Trek ini karena sekarang tongkat sutradara diberikan kepada Justin Lin, yang dikenal jagoan laga dengan film Fast & Furious.

Apa pun alasannya, film ini memenuhi segala persyaratan sebagai film hiburan (atau di negara Barat: summer flick).

Kali ini Star Trek dimulai dengan beberapa menit ”kehidupan domestik” kru USS Enterprise yang saat itu tak sedang menjelajah. Kapten Kirk (Chris Pine) sedang bertanya-tanya kepada dirinya sendiri apakah sudah waktunya dia berhenti bertualang mencari kawasan baru di jagat tak terbatas itu; Komandan Spock (Zachary Quinto) bermasalah dengan pacarnya, Letnan Nyota Uhura (Zoe Saldana); serta Letnan Hikaru Sulu (John Cho) tampak bahagia bersama suami dan anaknya. Ini adalah ade­gan pasangan gay pertama yang pernah ditayangkan di jagat Star Trek yang menghebohkan, karena ini sebuah interpretasi baru tentang kehidupan pribadi para tokoh Star Trek.

Mereka, bagaimanapun, adalah kru USS Enterprise yang punya darah penjelajah. Hanya dalam sekejap Kapten Kirk sudah duduk di kursi pemimpin dan menjelajahi jagat raya untuk mencari planet yang tak terjangkau. Tapi tiba-tiba saja mereka diserang serombongan alien yang luar biasa brutal hingga mampu merangsek masuk ke dalam USS Enterprise dan menculik sebagian besar kru Kapten Kirk. Menggunakan pesawat sekoci, para petinggi melesat keluar dari USS Enterprise dan meninggalkan pesawat yang selama ini menjadi rumah mereka tersebut. Mereka mendarat jumpalitan tercecer-terpisah dan saling mencari. Spock mengalami luka berat dan didampingi Letnan Komandan Leo­nard McCoy (Karl Urban), dokter yang segera mencoba menahan perdarahan Spock yang cukup parah. Lalu muncul rombongan penjahat yang dipimpin Krall (Idris Elba), yang mempunyai beberapa letnan yang jago dalam martial art. Ini sebuah plot yang formulaik. Ritme cepat, gabungan humor dan drama. Dan kali ini mereka membuang suasana gelap seperti Star Trek Into Darkness (J.J. Abrams, 2013).

Skenario yang ditulis oleh aktor Simon Pegg (bersama Doug Jung) ini memang tidak menggunakan formula baru. Penyerangan makhluk planet karena dendam masa lalu; dan mencari pengkhianat di dalam tubuh sendiri. Di antara misi penyelamatan kru yang disandera, lantas ada kesadaran ”cinta sejati” di antara pasangan yang ribet seperti Spock dan Uhunara atau persahabatan abadi seperti Kirk dan Spock. Tapi justru yang mencuri perhatian adalah tokoh baru bernama Jaylah (Sofia Boutella), yang menurut Simon Pegg terinspirasi dari sosok Jennifer Lawrence hingga akhirnya tokoh itu diberi nama Jaylah sebagai pelesetan J Law—nama panggilan Lawrence. Jaylah menjadi semacam makhluk planet lain yang juga menjadi musuh Krall karena kawan-kawannya diculik dan dibunuh. Seperti berbagai tokoh yang diperankan Jennifer Lawrence dalam film Winter’s Bone (Debra Granik, 2010) ataupun serial Hunger Games, Jaylah sangat mandiri, jago berkelahi, dan bahkan bisa memanfaatkan hologram untuk mengelabui musuh. Pokoknya para petinggi USS Enter­prise takjublah melihat cewek keren ini. Dan penonton pun takjub. Tak mengherankan bila pada Star Trek berikutnya Jaylah akan dijadikan pemain reguler, karena layar jadi semakin gemilang dengan kehadiran dia.

Lalu, omong-omong, ke mana Joe Taslim, aktor yang menjadi alasan kita menyaksikan film ini?

Seperti halnya Idris Elba, wajah dan tubuh Joe Taslim dibungkus sedemikian rupa. Bahkan kita tak mengenali mereka. Nama tokoh yang diperankan Joe adalah Manas dan mata kita harus segera bisa mengenali jika kita dengan teliti menya­dari satu adegan perkelahian martial art. Tentu menyenangkan melihat aktor Indonesia di film studio besar, karena menembus industri Hollywood adalah pekerjaan se­umur hidup. Bahwa kemampuan martial art Joe adalah modal utama, tentu suatu hari kita ingin melihat Joe sebagai aktor yang bisa menjelajahi seni peran seperti penampilannya yang bagus dalam film La Tahzan (Daniel Rifki, 2013). Leila S. Chudori

STAR TREK BEYOND

Sutradara: Justin Lin

Skenario: Simon Pegg dan Doug Jung

Pemain: Chris Pine, Zachary Quinto, Zoe Saldana, John Cho, Simon Pegg, Karl Urban

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus