THE VOYAGE
Sutrdara: Vittorio De Sica
Skenario: Diego Fabri, Massimo Frnciosa dan Luis Montagnana
Cerita: Luigi Pirandello
***
SENIOR Braggi mati. Kekayaannya yang bertumpuk dibagikan kepada
sejumlah ahli waris. Tapi terutama untuk dua puteranya: Cesare
Braggi (Richard Burton) dan Antonio Braggi (Ian Bannen). Cesare
sebagai putera tertua mendapat tugas tambahan. Lewat surat
wasiat almarhum Braggi, ia harus melamar gadis idamannya,
Adriana De Mauro (Sophia Loren). Sayangnya lamaran itu bukan
untuk dirinya, melainkan bagi Antonio, adiknya. Sudah terang
Adriana enggan terhadap lamaran demikian. Tapi desakan ibunya,
seorang tukang jahit miskin, dan keteguhan hati Cesare dalam
melaksanakan wasiat ayahnya, akhirnya berwujud dalam pesta
perkawinan Adriana dengan Antonio.
Perkawinan itu adalah konflik pertama dalam cerita pengarang
terkenal Italia Luigi Pirandello yang diangkat ke layar putih
oleh sutradara terkenal De Sica. Konflik itu jauh mengendap ke
bawah. Lima tahun Antonio dan Adriana berumah tangga, sebelum
konflik baru muncul: maut bagi Antonio di sebuah jurang. Dan
kedua bekas kekasih itu berhasil saling menahan perasaan mereka.
Tanpa flash back dan hampir tidak ada dialog tentang masa lalu
mereka, cinta mendalam antara Cesare dan Adriana cuma bisa
diraba lewat sikap mereka masing-masing.
Usaha melupakan masa lalu tidak kurang mereka lakukan. Adriana
memusatkan perhatian pada puteranya, Nandino. Sedang Cesare
menghabiskan waktunya pada sejumlah perjalanan dan pada gadis
simpanannya di kota lain. Maut yang merenggut Antonio itu ada
pula membuka gerbang baru bagi kisah cinta lama. Tapi serentak
dengan itu konflik lain muncul pula. Cesare dan Adriana
bepergian ke kota lain selepas masa berkabung, bukan untuk
bersuka-suka. Perempuan itu menderita penyakit gawat yang di
kotanya tak mungkin disembuhkan. Kondisi hidupnya yang susah
semasa gadis mempersulit proses lahirnya Nandino. Ketika bayi
laki-laki satu-satunya itu lahir, sebuah penyakit tertinggal
dalam tubuh Adriana. Penyakit yang lama tak diobati itulah yang
merisaukan Cesare dan memutuskan membawa iparnya ke berbagai
kota untuk berobat. Perjalanan berdua, yang mirip pengembaraan
itu, kemudian berdikit-dikit mengungkap kembali cinta lama. Lagi
pula tidak ada halangan sekarang: Antonio sudah tiada dan
Nandino amat senang pada pamannya.
Gosip
Mula-mula Cesare maupun Adriana bertahan. Terutama setelah tiba
surat ibu Adriana yang memberitakan gosip teman-teman mereka
mengenai saudara ipar yang membawa pergi isteri almarhum
adiknya. Justru surat itulah yang membulatkan tekad Cesare untuk
mengawini kekasih dan bekas iparnya. Di sini konflik terbesar
dan terakhir dari kisah ini muncul. Bersamaan dengan kesibukan
kota yang dilanda berita pecahnya perang dunia pertama: Cesare
juga sibuk di telepon menghubungi calon mertuanya menyampaikan
keputusan mereka: kawin. Di lantai atas, di kamar hotel mereka,
serangan penyakit perlahan-lahan mencekik Adriana. Perempuan itu
sudah tiada ketika kekasih, bekas ipar dan calon suaminya
kembali berada di sisinya.
Tragedi keluarga Braggi ini dikisahkan De Sica dengan nada yang
amat rendah. Hingga kadang-kadang nyaris tak terdengar. Di sini
tidak ada tanda seru yang meminta perhatian. Persis seperti
hidup itu sendiri: berjalan menurut alurnya, pasti dan mantap.
Kisahnya bermain di Palermo awal abad ini. Secara amat teliti
sutradara melepaskan informasi waktu lewat kejadian-kejadian
sesaat yang sekaligus memainkan peranan dalam jalan cerita.
Ketegangan menjelang matinya Adriana dijalin dengan rapi lewat
teriakan para penjual koran yang menjajakan dagangan mereka
sembari menyebut berita pembunuhan di Sarayewo, ultimatum
Austria dan akhirnya serbuan tentara Austria. Dengan hadiah
mobil dari Cesare untuk Antonio (kemudian jadi penyebab kematian
suami Adriana itu), para penonton tahu lewat reaksi orang-orang
dalam film itu -- betapa benda macam itu masih amat baru dizaman
tersebut.
The Voyage adalah karya De Sica menjelang kematiannya. De Sica
yang terkenal sebagai tokoh Neo Realisme Italia -- film-filmnya
antara lain: Pencuri Sepeda Roti, Cinta dan Impian, Penggosok
Sepatu Keajaban di Milano -- mula-mula membuat film-film yang
keras dan pahit. Karirnya berkembang pada bumi Italia yang baru
iaja hancur oleh perang dunia ke dua. Dan kepahitan di atas
kehancuran itulah yang ia bersama rekan segenerasinya yang
muncul dalam film-film mereka. Makin tua De Sica, makin manis
pula film-filmnya. Sutradara ini seperti orang yang berusaha
merebut kembali masa remajanya yang hilang oleh perang dunia dan
kepahitan yang menyusulnya. Sayangnya bahwa film-film manis itu
tidak lagi disertai oleh elan -- sebagai yang mengagumkan dalam
kisah-kisah keras De Sica terdahulu. Sebelum membuat The
Voyage, ia juga membuat Sun Flower. Film yang sebagian besar
dibuatnya di Rusia itu juga mengalami nasib yang sama. Kekuatan
De Sica yang dikenal di seputar tahun lima puluhan sudah tidak
ada di sana. Yang tertinggal cuma ketrampilan.
The Voyage yang begitu halus dan subtil berlalu begitu saja di
tangan De Sica. Terasa ada yang hilang di sana. Sehingga,
kekuatan film yang justru pada efek yang harus ia timbulkan pada
penontonnya, nyaris tidak tercapai seluruhnya. Dalam bentuknya
yang tidak ribut dan bersih dari tanda seru, The Voyage
sebenarnya harus sugestif. Tapi justru itu yang tidak dicapai
oleh De Sica.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini