Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Makin manis, signor de sica

Sutradara: vittorio de sica pemain: richard burton, ian bannen, dll resensi oleh: salim said. (fl)

20 Maret 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

THE VOYAGE Sutrdara: Vittorio De Sica Skenario: Diego Fabri, Massimo Frnciosa dan Luis Montagnana Cerita: Luigi Pirandello *** SENIOR Braggi mati. Kekayaannya yang bertumpuk dibagikan kepada sejumlah ahli waris. Tapi terutama untuk dua puteranya: Cesare Braggi (Richard Burton) dan Antonio Braggi (Ian Bannen). Cesare sebagai putera tertua mendapat tugas tambahan. Lewat surat wasiat almarhum Braggi, ia harus melamar gadis idamannya, Adriana De Mauro (Sophia Loren). Sayangnya lamaran itu bukan untuk dirinya, melainkan bagi Antonio, adiknya. Sudah terang Adriana enggan terhadap lamaran demikian. Tapi desakan ibunya, seorang tukang jahit miskin, dan keteguhan hati Cesare dalam melaksanakan wasiat ayahnya, akhirnya berwujud dalam pesta perkawinan Adriana dengan Antonio. Perkawinan itu adalah konflik pertama dalam cerita pengarang terkenal Italia Luigi Pirandello yang diangkat ke layar putih oleh sutradara terkenal De Sica. Konflik itu jauh mengendap ke bawah. Lima tahun Antonio dan Adriana berumah tangga, sebelum konflik baru muncul: maut bagi Antonio di sebuah jurang. Dan kedua bekas kekasih itu berhasil saling menahan perasaan mereka. Tanpa flash back dan hampir tidak ada dialog tentang masa lalu mereka, cinta mendalam antara Cesare dan Adriana cuma bisa diraba lewat sikap mereka masing-masing. Usaha melupakan masa lalu tidak kurang mereka lakukan. Adriana memusatkan perhatian pada puteranya, Nandino. Sedang Cesare menghabiskan waktunya pada sejumlah perjalanan dan pada gadis simpanannya di kota lain. Maut yang merenggut Antonio itu ada pula membuka gerbang baru bagi kisah cinta lama. Tapi serentak dengan itu konflik lain muncul pula. Cesare dan Adriana bepergian ke kota lain selepas masa berkabung, bukan untuk bersuka-suka. Perempuan itu menderita penyakit gawat yang di kotanya tak mungkin disembuhkan. Kondisi hidupnya yang susah semasa gadis mempersulit proses lahirnya Nandino. Ketika bayi laki-laki satu-satunya itu lahir, sebuah penyakit tertinggal dalam tubuh Adriana. Penyakit yang lama tak diobati itulah yang merisaukan Cesare dan memutuskan membawa iparnya ke berbagai kota untuk berobat. Perjalanan berdua, yang mirip pengembaraan itu, kemudian berdikit-dikit mengungkap kembali cinta lama. Lagi pula tidak ada halangan sekarang: Antonio sudah tiada dan Nandino amat senang pada pamannya. Gosip Mula-mula Cesare maupun Adriana bertahan. Terutama setelah tiba surat ibu Adriana yang memberitakan gosip teman-teman mereka mengenai saudara ipar yang membawa pergi isteri almarhum adiknya. Justru surat itulah yang membulatkan tekad Cesare untuk mengawini kekasih dan bekas iparnya. Di sini konflik terbesar dan terakhir dari kisah ini muncul. Bersamaan dengan kesibukan kota yang dilanda berita pecahnya perang dunia pertama: Cesare juga sibuk di telepon menghubungi calon mertuanya menyampaikan keputusan mereka: kawin. Di lantai atas, di kamar hotel mereka, serangan penyakit perlahan-lahan mencekik Adriana. Perempuan itu sudah tiada ketika kekasih, bekas ipar dan calon suaminya kembali berada di sisinya. Tragedi keluarga Braggi ini dikisahkan De Sica dengan nada yang amat rendah. Hingga kadang-kadang nyaris tak terdengar. Di sini tidak ada tanda seru yang meminta perhatian. Persis seperti hidup itu sendiri: berjalan menurut alurnya, pasti dan mantap. Kisahnya bermain di Palermo awal abad ini. Secara amat teliti sutradara melepaskan informasi waktu lewat kejadian-kejadian sesaat yang sekaligus memainkan peranan dalam jalan cerita. Ketegangan menjelang matinya Adriana dijalin dengan rapi lewat teriakan para penjual koran yang menjajakan dagangan mereka sembari menyebut berita pembunuhan di Sarayewo, ultimatum Austria dan akhirnya serbuan tentara Austria. Dengan hadiah mobil dari Cesare untuk Antonio (kemudian jadi penyebab kematian suami Adriana itu), para penonton tahu lewat reaksi orang-orang dalam film itu -- betapa benda macam itu masih amat baru dizaman tersebut. The Voyage adalah karya De Sica menjelang kematiannya. De Sica yang terkenal sebagai tokoh Neo Realisme Italia -- film-filmnya antara lain: Pencuri Sepeda Roti, Cinta dan Impian, Penggosok Sepatu Keajaban di Milano -- mula-mula membuat film-film yang keras dan pahit. Karirnya berkembang pada bumi Italia yang baru iaja hancur oleh perang dunia ke dua. Dan kepahitan di atas kehancuran itulah yang ia bersama rekan segenerasinya yang muncul dalam film-film mereka. Makin tua De Sica, makin manis pula film-filmnya. Sutradara ini seperti orang yang berusaha merebut kembali masa remajanya yang hilang oleh perang dunia dan kepahitan yang menyusulnya. Sayangnya bahwa film-film manis itu tidak lagi disertai oleh elan -- sebagai yang mengagumkan dalam kisah-kisah keras De Sica terdahulu. Sebelum membuat The Voyage, ia juga membuat Sun Flower. Film yang sebagian besar dibuatnya di Rusia itu juga mengalami nasib yang sama. Kekuatan De Sica yang dikenal di seputar tahun lima puluhan sudah tidak ada di sana. Yang tertinggal cuma ketrampilan. The Voyage yang begitu halus dan subtil berlalu begitu saja di tangan De Sica. Terasa ada yang hilang di sana. Sehingga, kekuatan film yang justru pada efek yang harus ia timbulkan pada penontonnya, nyaris tidak tercapai seluruhnya. Dalam bentuknya yang tidak ribut dan bersih dari tanda seru, The Voyage sebenarnya harus sugestif. Tapi justru itu yang tidak dicapai oleh De Sica.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus