Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gadis itu meluapkan emosinya dengan membanting raket. Sempat terpana, kedua tangannya membekap mulut. Dia seolah tidak percaya pada peristiwa yang baru saja dialaminya. Setelah sadar sebuah gelar telah diraihnya, senyumnya pun merekah. Lalu, dia berlari-lari kecil mendekati penonton. Di sana ada ibu dan adik perempuannya yang duduk di barisan depan. Dipeluknya kedua wanita itu bergantian dengan rasa bahagia.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo