HANYA Naniek Juliati Suwadji, perenang Jatim yang dilatih di
Amerika Serikat yang terjun ke PON IX. Dia tampak duduk di
samping Nunung Selowati. Keduanya sedang menunggu final 200
meter gaya kupu-kupu. Sore itu hari Kamis 28 Juli, kedua
perenang andalan dari Jatim dan DKI Jaya akan saling
memperebutkan emas. Di bangku itu nampak pula finalis lain: Tati
Erningpradja (DKI), Tan Giok Lie (Jateng) dan Diah Erawati
(Jatim).
Naniek, 21 tahun, baru saja kembali dari New Jersey, AS. Lima
bulan dia dilatih di sana dan 5 hari dia mampir di Singapura
menjelang PON IX untuk tapering off -- mengendorkan kegiatan
untuk mengamba ancang-ancang menuju puncak prestasi - seperti
diterangkan pelatihnya, Iskandar Suryaatmaja yang mengasuh
Naniek sejak tahun 1967.
Sementara itu Nunung Selowati tak kalah angkernya. Dia
menyandang gelar pemegang rekor nasional 200 meter gaya
kupu-kupu (2 menit 38,1 detik) yang sebentar lagi akan
diperlombakan. Dan sebulan "anak ajaib" bagi Nunung yang baru 11
tahun, tinggi badan 1,32 meter dan berat 33 Kg, menarik simpati
penonton.
Suasana tegang. Tapi Naniek dan Nunung melewati waktu dengan
bercanda. "Siapa sih yang memegang rekor 200 kupu?" tanya Naniek
bergurau."Saya dong," jawab Nunung seraya mencubit paha Naniek.
Tak tampak pada ke-5 finalis itu ketegangan seperti yang terjadi
pada perlombaan atletik, misalnya. "Yang tegang ini kan cuma
kita-kita ini," kata Sapadjiman, pelatih dari DKI.
Menanjak Terus
Tapi rupanya ketegangan baru terjadi sesaat nomor 200 meter gaya
kupu-kupu itu usai. Naniek yang menurut pandangan mata sejak
permulaan memimpin dan mencapai finis nomor satu di jalur 4,
waktunya tidak tercatat secara elektris. Sedang Tati
Erningpradja dan Nunung Selowati yang masing-masing tiba sebagai
runner-up dan juara ketiga, tercatat dalam waktu 2 menit, 40,11
detik dan 2 menit 41,10 detik.
Naniek menang memang. "Tapi masakan papan elektronis pada
dinding jalur 4 rusak sendiri, kalau yang lain bekerja baik,"
komentar Zakaria Nasution, pelatih tim DKI. "Ini berarti tangan
Naniek tidak menyentuh dinding dan berdasarkan peraturan Naniek
tidak mencapai finis," kesimpulan Zakaria.
DKI mempertimbangkan protes, tapi tidak pernah disampaikan pada
panitia. Catatan waktu Naniek yang berlaku berdasarkan
stopwatch: 2 menit 38,6 detik (hanya tercatat yang 1/10 detik
ketimbang 1/100 detik dengan elektris). Rekor yang diambil
secara manual itu merupakan rekor baru PON (rekor PON lama atas
nama Harly Ramayani: 2 menit 44,4 detik).
Naniek mengikuti 12 nomor perlombaan: 100 meter gaya bebas, gaya
dada, gaya punggung, gaya kupu-kupu 200 meter gaya bebas, gaya
dada, gaya punggung, gaya kupu-kupu 200 meter gaya ganti
perorangan, 400 meter gaya ganti perorangan dan 4 x 100 meter
gaya ganti estafet, 4 x 100 meter gaya bebas estafet. Dari 12
nomor itu ia mengantongi 11 emas dan 1 perak (4 x 100 meter gaya
ganti estafet dimenangkan DKI Jaya). Dari seluruh medali emas
itu, 9 buah mengandung kadar rekor nasional baru. Ini
menempatkan Naniek pada posisi yang bersejarah. Karena
prestasinya menanjak terus sejak PON IX Surabaya 1969. Waktu itu
dia cuma merebut 2 perak untuk nomor 100 dan 200 gaya bebas di
bawah Vinca Kumala.
Satu-satu rivalnya datang dari DKI, perenang pria muda usia,
Lukman Niode, 13 tahun. Ia membabat 10 medali emas dari 10
nomor. Di antaranya 3 merupakan rekor nasional baru.
Di kolam renang Senayan, selama 5 hari telah lahir 15 rekor
nasional dan 26 rekor PON yang baru dari 29 nomor yang
dipertandingkan. Satu langkah maju yang cukup pesat bagi PRSI
yang pada PON VIII hanya mencatat 11 rekor naslonal dan 21 rekor
PON.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini