Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Yang Kalah Itu Terbaik

Herry Maitimu terpilih sebagai petinju terbaik meskipun gagal meraih medali emas. Kekalahannya di malam final karena penilaian subyektif Hakim tinju dari Aljazair, Ould Abu Omar.(or)

17 Februari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TANDA (*) di kertas penilaian hakim tinju Ould Abu Omar dari Aljazair telah menyulut emosi di Istora Senayan, Jakarta. Penonton ramai melemparkan roti, kue, kantong plastik berisi minuman, dan ada juga sandal, ke arah ring. Mengapa? 5 Pebruari itu adalah malam final turnamen tinju Piala Presiden 11. Juara nasional Indonesia, Herry Maitimu melawan Shamil Sabirov dari Uni Soviet dalam kelas layang. Mereka bermain imbang di setiap ronde. Hingga kelima hakim tinju makin sulit untuk sepakat. Hakim Pieter Gedoan (Indonesia) dan Kim Hwang Un (Korea Selatan) memilih Maitimu sebagai pemenang. Boris Tshvirashvili (Uni Soviet) dan Roland Duhamel (Perancis) menjagoi Sabirov. Sementara Abu Omar menurunkan angka seri (59-59) untuk keduanya. Penilaian begitu tentu saja, membingungkan panitia untuk mengumumkan siapa sang juara. Wasit Cherqui Nuredine terpaksa menghubungi Abu Omar sekali lagi. Karena dalam dunia tinju amatir tidak dikenal istilah seri. Abu Omar lalu memberikan tanda (*) untuk Sabirov. Ia dianggap unggul. "Keduanya samasama baik," kata Abu Omar. "Cuma menurut penilaian saya, Sabirov lebih agresif." Pelatih tim Indonesia, Zul Karyono Arifin, berpendapat bahwa seharusnya Maitimu menjadi juara. "Karena ia memasukkan pukulan yang memberikan angka lebih banyak. Saya tak habis fikir " Zul tidak mengatakan bahwa wasit dan hakim dari Asia, Herry pasti menang." Maitimu tampak berusaha meredakan emosi. "Tenang, tenang," kata petinju ini yang1ahir di Ambon 21 tahun lalu. Tahun 1976, Maitimu adalah Petinju Terbaik dalam Kejuaraan Nasional. Dalam 2 tahun dia-7 kali terpilih mewakili Indonesia, terakhir ke Asian Games VIII di Bangkok. "Tak pernah menang," katanya. "Saya baru sampai tingkat medali perak." Dalam turnamen Piala Presiden II, Maitimu masih belum dapat medali emas. Namun ia terpilih sebagai Petinju Terbaik atas penilaian John Castle (Australia), Anwar Chowdry (Pakistan), Malikuswari Mochtar (Indonesia), dan Kim Hwang Un (Korea Selatan). "Kaget juga saya mendengar keputusan itu," kata Maitimu. "Mustinya, kan pemegang medali emas yang terpilih." Tim tinju Uni Soviet, juara umum yang meraih 6, dari 11 medali emas yang diperebutkan, juga terkesima mendengar keputusan dewan penilai tersebut. "Kami punya 2 calon untuk menyandang gelar tersebut," kata manajer Boris Lagutin. "Yaitu Yuri Prokhorov dan Vladimir Shin," masing-masing meraih medali emas untuk kelas ringan dan kelas menengah. Kecewakah Lagutin? Ia mengelak untuk memberi jawaban pasti. "Dalam ke}uaraan tinju Eropa, tahun 1959, juga pernah kejadian seorang pemegang medali perak terpilih s'ebagai Petinju Terbaik," katanya. Ia tidak menyebutkan siapa nama petinju tersebut. Anggota dewan penilai, Chowdry, juga Sekjen Association Internationale de Boxe Amateur (AIBA mengatakan pemilihan ini tak punya latar belakang apa-apa. "Ia (Maitimu) pantas untuk menyandang gelar tersebut," kata Chowdry. "Anda lihat, bukankah ia bermain cantik sekalipun gagal meraih medali emas?" Ini adalah untuk kedua kalinya petinju Indonesia terpilih sebagai Terbaik. Dalam turnamen Piala Presiden 1976, tempat tersebut diduduki oleh Syamsul Anwar, pemegang medali emas kelas welter ringan. Maitimu -- tinggi 154 cm dan berat 48 kg -- punya harapan di dunia tinju. Ada minat menjadi profesional? "Belum ada minat," katanya. Padahal ia masih menganggur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus