BOSS Pardedetex pernah mengancam: "Jika kalian tak berprestasi,
apa boleh buat, gaji terpaksa saya turunkan." Dr. T.D. Pardede
ternyata tak main-main, apalagi kesebelasannya masih tercecer
dalam Galatama.
Max Timisela, 31 tahun, bekas anggota klub Angkasa, Bandung,
yang dikontrak Pardedetex untuk jangka waktu 3 tahun, mulai
merasakan pahitnya. Semula honornya Rp 150.000 perbulan. Ia
mendapat pinjaman Rp 1.800.000. Angsurannya, menurut kontrak,
minimal Rp 50.000 dan tertinggi Rp 100.000 dengan potong gaji.
Timisela semula dikenakan pemotongan yang rendah, tapi awal Mei
pihak Pardedetex mengeluarkan keputusan baru. Dan penghasilannya
dipotong Rp 125.000 per bulan.
"Mana cukup dengan uang Rp 25.000 untuk hidup di Medan,"
keluhnya. Ia segera angkat kaki dari sana, dan sudah muncul di
bioskop Rio Theatre, Cimahi, perusahaan tempat ia mencari nafkah
sebelumnya. Bersama Timisela, pulang pula Nurdin Basyah dan
Utang MS -- masing-masing dari klub HW, Yogyakarta, dan klub
Bima, Sumedang. Kedua pemain itu, yang belakangan ini hampir tak
pernah dipasang lagi, terkena keputusan serupa.
Dr. Polin Pospos, Sekretaris Pardedetex dalam suratnya masih
meminta Timisela untuk kembali ke Medan. Tentang angsuran
hutang, kata Pospos Rp 100.000 per bulan. Tapi Timisela, mungkin
juga 2 rekannya, kelihatan sudah ogah.
"Saya akan tetap keluar dari Pardedetex. Suasananya sudah tak
enak," katanya kepada Hasan Syukur, pembantu TEMPO di Bandung.
"Mengenai pinjaman, akan saya angsur semampunya." Tapi pekan
lalu Pardedetex mengatakan bahwa Timesela sudah kembali ke
Medan.
Di Jakarta, klub BBSA Tama juga bertindak terhadap Daud, Tony
Sinaga, Sentot Subagio, dan Yohanis. Pekan lalu, BBSA Tama
melaporkan kepada Komisi Galatama bahwa keempat pemain itu telah
dicoret dari daftar. "Mereka tidak disiplin," kata pelatih
Maryoto.
Lowongan yang ditinggalkan Daud dkk diisi BBSA Tama dengan 7
pemain baru -- 6 di antaranya berasal dari klub Gajayana,
Malang, dan 1 lagi dari BBSA Junior. Mereka adalah Uleke Batula,
Soedjito, Totok Mudjiarto, Hartoyo, Bambang Purwanto, Ridwan,
dan Johny Ardy.
Kebetulan klub ini juga tercecer dalam kompetisi Galatama,
sedang biaya rutin tiap bulan sekitar Rp 2 juta. Dari 6 kali
pertandingan, 5 di antaranya kalah, mereka baru menghasilkan
uang Rp 1 juta lebih sedikit.
Mungkinkah, setelah ada penggantian pemain, BBSA Tama masuk 8
Besar? "Berat," jawab Tjung Djunantoro, pimpinannya. Bagi
Pardedetex, pergeseran anggota memang diharapkan untuk mencapai
target itu. Terhitung Juni, 2 pemain asal Inggeris, Steve Tombs
dan Paul Smythe, akan dipulangkan Pardede. Sebagai gantinya, ia
telah mendaftarkan 3 pemain kesebelasan Turki -- Yapar
Alemdargalu, Haliz Tufan, dan Bachri Kaya. Tapi orang masih
sangsi. Untuk membangun tim yang kompak Jengan materi gabungan,
diperlukan waktu yang panjang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini