DONALD Pandiangan, 33 tahun, pemanah nasional gagal meraih
medali emas dalam Asian Games VIII di Bangkok, Desember 1978.
Mengapa tak berhasil? "Grip saya dirubah oleh Purzycki,"
alasannya. Tadeusz Purzycki adalah pelatih asal Polandia yang
menangani regu panahan nasional 2 bulan sebelum Asian Games
VIII.
Menghadapi SEA Games X di Jakarta September depan, ada 6 pelatih
luar negeri yang sudah turut mempersiapkan tim Indonesia. Mereka
melatih di caban bola volley, bola basket, sepakbola, polo air,
menembak, dan balap sepeda. Mereka berdatangan sejak 3 bulan
lalu. Akhir bulan ini, akan datang 7 pelatih asing lagi yang
bakal menangani cabang atletik, softball, hockey, serta angkat
besi. Para pelatih ini dikontrak untuk jangka waktu 6 sampai 9
bulan.
Tidakkah kasus Pandiangan, mengingat waktu yang tersedia buat
para pelatih ini juga pendek, akan terulang? Soeworo Sekjen
Komite Olympiade Indonesia mengatakan bahwa kejadian itu per
kasus saja. "Mungkin Purzycki terlalu berani mengadakan
eksperimen," katanya.
Pengalaman tim panahan bukan tak membekas bagi cabang tinju.
Mereka kini menolak untuk menerima pelatih asing. "Waktunya
terlalu singkat," alasan Wakil Sekjen Pertina Amir Syarifuddin.
Ia kuatir kalau-kalau pelatih itu nanti merubah gaya petinju
pula. "Lain halnya kalau pelatih luar negeri itu didatangkan
untuk jangka 2 tahun."
Bagi cabang bola volley, kehadiran pelatih Mitsumori Yasuaki
dari Jepang malah menumbuhkan semangat baru. Lihatlah suasana
latihan seperti Jum'at, 4 Mei sore. Sekalipun para pemain, baik
putera maupun puteri, sudah tampak lelah mengikuti acara senam
selama 1 jam penuh, tak ada yang berani berhenti sebelum Yasuaki
memberikan aba-aba istirahat. "Kalau tidak mau capek, tidak
bakalan bisa menang," katanya menjawab keluhan pemain. Dulu
kejadian seperti ini hampir tak pernah terlihat.
Tim bola volley ini berlatih 5 sampai 6 jam sehari selama 6 hari
dalam sepekan. Sekalipun tak bisa mengikuti latihan, misalnya
sakit, mereka diharapkan tetap hadir. "Agar mereka dapat
mengikuti penjelasan pelatih, dan melihat teman-temanya
bermain," kata Yasuki. Hal ini ditekankannya mengingat teknik
dan pengalaman bertanding para pemain Indonesia masih kurang. Ia
mengambil contoh dengan pemain puteri yang kurang sempurna
menerima maupun mengumpan bola. "Sekarang sudah agak bagus,"
tambahnya. Yasuaki menangani tim Indonesia sejak 2 bulan lalu.
Alexander Kruikov, pelatih polo air dari Uni Soviet tampak agak
sungkan menilai. "Terlalu pagi untuk menilai kemajuan
anak-anak," katanya. Ia mulai melatih tim Indonesia sejak 2
April. Tapi Bustamam, asistennya sudah merasakan manfaat
kehadiran Kruikov. "Kontrol anak-anak sekarang sudah makin
baik," kata Bustamam. Tim berlatih pagi-sore, 6 hari seminggu.
Program latihan cukup berat, tapi pemain polo air tak mengeluh?
Kruikov, tampak punya resep sendiri. Misalnya, ia selalu
memberikan hadiah es krim bagi pemenang antara penembak penalti
dan penjaga gawang -- masing-masing untuk 3 kali lemparan.
Pelatih bola basket Vladan Markovic (Yugoslavia) juga tak punya
kesulitan. Ia tiba di sini pertengahan Maret, dan menangani tim
Jakarta. Markovic baru akan melatih regu nasional mulai 1 Juni.
"Sulit untuk mengatakan tingkat mana yang bisa dicapai pemain
Indonesia dalam tempo latihan yang pendek," katanya.
Belum Ditiru
Dosis latihan yang diberikannya agak terasa berat buat atlit
Indonesia. Mengapa? "Di sini atlit berlatih baru 3 atau 4 kali
seminggu," kata Markovic. "Itu tidak cukup untuk menjadikan
suatu tim yang kuat." Mengambil perbandingan dengan latihan di
negerinya, di mana atlit berlatih 2 kali sehari dalam tempo 11
bulan setahun. Tim nasional Yugoslavia adalah juara bola basket
dunia saat ini. Tapi yang menggembirakan hatinya, tak ada pemain
(Indonesia) yang tak mentaati acara latihan yang diberikannya.
Cabang panahan, sekalipun pernah dirundung kasus Purzycki,
termasuk yang masih mengharapkan kehadiran pelatih luar negeri.
Tapi pelatih yang mereka kehendaki sudah dikontrak oleh negara
lain. Namun, "masih dicoba untuk memperolehnya," kata Soeworo
tanpa mau mengungkap bayaran pelatih yang ada maupun yang sedang
diincar.
Apa kelebihan mereka? "Sebetulnya antara pelatih asing dan
pelatih kita sama saja," komentar pemain nasional bola volley,
Halimah. "Mungkin lantaran kita sering bertemu dengan pelatih
sendiri, maka respek kita agak beda terhadap mereka dibandingkan
pelatih asing." Kelebihan lain, tentu saja, mereka disiplin
terhadap di sendiri, dan mau bekerja keras. Cara kerja begitu
belum banyak ditiru oleh pelatih nasional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini