Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mobil

Tour Overland, Tren Kemping ala Sultan Menggunakan Mobil

Overland bisa menjadi sarana pemuas hati untuk menikmati keindahan alam terbuka menggunakan mobil.

25 Februari 2024 | 06.39 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Mitsubishi Xforce, Salatiga, 7 Desember 2023. TEMPO/Wawan Priyanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Overland atau perjalanan darat jarak jauh untuk menikmati alam terbuka menggunakan mobil banyak dimintai masyarakat di Indonesia. Salah satunya adalah keluarga Marlia Yossie yang mengisahkan perjalanan mereka dari Kota Depok, Jawa Barat menuju Pantai Pakkodian, di tepian Danau Toba, Sumatera Utara.

"Perjalanan dengan mengendarai mobil Land
Rover ketika itu diselimuti ketegangan," Yossie, 47 Tahun, memulai ceritanya kepada Tempo, Selasa, 13 Februari 2024.

Pasalnya, kata dia, perjalanan menuju Pantai Pakkodian dilakukan pada malam hari, dengan jalanan berkelok-kelok dan terjal.
Bukan hanya waswas kalau-kalau dihadang begal, Yossie juga takut ketemu hantu. Namun semua kegelisahan itu sirna ketika dia dan keluarga akhirnya sampai ditujuan dan menikmati indahnya matahari terbit dari Pantai Pakkodian.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Itulah secuil pengalaman Yossie overlanding bersama keluarga ke luar kota. Yossi yang merupakan penggemar kamping bercerita bahwa dia menyukai overland sejak 2010, namun ketika itu hanya seputar wilayah Jawa Barat, misalnya ke Pantai Ujung Genteng. Pada 2013, dia baru mulai memberanikan diri overland jarak jauh sambil membawa tenda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sekarang setelah punya dua anak, kegemaran overland camping Yossie tak berkurang. Sebaliknya, dia dan keluarga rutin kamping setidaknya sebulan sekali.  

Overland camping atau overlanding adalah kegiatan yang menggabungkan antara light off-roading dengan kamping atau berkemah. Overland fokus pada perjalanan mandiri dengan kendaraan melalui medan yang terjal menuju tempat-tempat terpencil atau mencari tempat tujuan baru melalui eksplorasi. Lalu ketika dikombinasikan dengan kamping, perjalanan diakhiri dengan berkemah di tempat baru tersebut.

Ada yang menyebut, overland camping adalah kamping sultan karena menggunakan kendaraan 4x4 seperti Mitsubishi Pajero, Land Rover, dan Ford Everest. Diakui Yossie itu semua memang jenis-jenis mobil mahal, namun dia memastikan bisa juga overland menggunakan mobil LCGC seperti Daihatsu Xenia, Suzuki Karimun, atau Toyota Agya.    

Menurutnya, mahal atau murahnya overlanding tergantung pada jarak tujuan karena itu menentukan seberapa banyak bahan bakar digunakan. Sedangkan untuk biaya konsumsi, bisa dihemat dengan masak sendiri dan untuk akomodasi bisa tidur di tenda (bukan di homestay).    

“Saya pernah nginep di homestay, pernah juga di parkiran SPBU atau rest area. Jadi murah. Budget itu tergantung jarak, misal (overland) ke sukabumi akan lebih murah dibanding ke Sabang,” kata Yossie, Selasa, 13 Februari 2024.   

Di Indonesia, overlanding menjamur sejak pandemi Covid-19. Sebab saat itu, banyak orang berkegiatan di alam. Walhasil, banyak pula orang yang overland menggunakan motor atau disebut motocamping.

Menurut Yossie, kendala saat overlanding adalah tidak semua orang suka menyetir jarak jauh dan lama, tidak banyak pula orang yang suka ke remote area yang belum tentu tersedia tempat untuk menginap. Belum lagi jika harga bahan bakar naik atau perjalanan harus naik kapal laut sehingga bisa membuat anggaran perjalanan membengkak.

Akan tetapi, yang asyik dari overlanding adalah kegiatan ini menambah pengalaman baru karena mendatangi daerah terpencil. Misalnya ke pantai Jelenga di Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, yang ternyata banyak bule di sana tetapi turis lokalnya jarang.

“Kita bisa tahu tempat bagus di Indonesia dengan overlanding (beda dengan tur naik pesawat). Kalau membawa mobil, bisa suka-suka kita - enggak tergantung jadwal pesawat,” kata Yossie. Dia menambahkan, selama punya kendaraan, punya tenda dan siap menyetir jarak jauh, overlanding bisa dilakukan.

Hal terpenting dari overlanding adalah kondisi mesin kendaraan. Sebab mesin kendaraan yang sudah tidak sehat, hanya menyusahkan di perjalanan. Yossie menyarankan, jika memang kendaraan sudah tua, usahakan pergi mengajak mekanik.

Bicara soal kendaraan untuk overlanding, Director of Product Strategy Division PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales (MMKSI), Hikaru Mii, kepada Tempo pada Sabtu, 24 Februari 2024, menjelaskan setiap kendaraan yang hendak digunakan untuk overlanding pasti perlu modifikasi dan peralatan spesial untuk dapat dikendarai di berbagai macam medan (terutama medan berat).

Menurut Mii, mobil Mitsubishi Xforce tidak direkomendasikan sebagai mobil untuk overlanding yang melibatkan medan ekstrim, termasuk offroad berat dan teknikal. Namun untuk medan ekstrim direkomendasikan model Mitsubishi Motors yang lain seperti Pajero Sport 4x4 dan Triton 4x4.

Adapun untuk overlanding yang lebih ke light offroad, mobil Xforce sudah pasti bisa digunakan. Dia menjelaskan bahwa Xforce adalah jenis urban SUV, untuk penggunaan perkotaan. Namun begitu, mobil ini juga bisa digunakan light offroad ke tempat wisata seperti ke Ciwidey di Bandung atau tempat dengan ketinggian tertentu seperti ke Nepal Van Java di Magelang, hingga wisata pegunungan Dieng atau ke Bromo.

Lebih lanjut Mii mengatakan untuk perjalanan jauh, Xforce telah dilengkapi dengan fitur superior untuk mendukung performa dan kenyamanan berkendara, seperti 4 drive modes (Normal, Wet, Gravel, dan Mud) untuk mendukung pengendaraan di berbagai kondisi. Selain itu SUV kompak ini juga mempunyai ground clearance yang tinggi dengan 222 mm, sehingga membuat pengendara lebih percaya diri ketika melewati berbagai macam jalanan.

Xforce juga mempunyai approach angle dan departure angle yang terbaik di kelasnya masing-masing 21,0 derajat dan 30,5 derajat yang memberikan ketenangan saat mendaki tanjakan.

SUV kompak ini tidak hanya mempunyai ground clearance yang tinggi, namun juga sudah dilengkapi dengan Well-Tuned suspension yang dirancang untuk jalanan di negara-negara ASEAN.

Selain meningkatkan rasa kemudi dan stabilitas garis lurus melalui caster trail yang lebih besar dan rasio gear yang dipercepat di suspensi depan, bushing suspensi belakang telah diperbaiki serta ukuran silinder peredam kejut telah ditingkatkan untuk meningkatkan stabilitas roda kemudi dan kenyamanan berkendara, serta mencapai pengendaraan yang menyenangkan bahkan di jalan yang kasar dan bergelombang.

Evaluasi telah berulang kali dilakukan secara aktual di jalan-jalan kawasan ASEAN untuk memastikan penyetelan yang optimal. Terkait penjualan, sejak diluncurkan pada Agustus 2023, SUV ini sudah terjual hampir sekitar 2 ribu unit. Di segmen SUV kompak, Xforce berkompetisi dengan sejumlah model seperti Honda HR-V, Toyota Yaris Cross, Hyundai Creta, Suzuki Grand Vitara, hingga Wuling Alvez. 

Pilihan Editor: 
5 Tips Berkendara Mobil di Musim Hujan Lebat

Ingin berdiskusi dengan redaksi mengenai artikel di atas? Mari bergabung di membership.tempo.co/komunitas pilih grup GoOto

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus