Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

100 Tahun NU: Sejarah Terbentuknya NU beserta Para Pendirinya

Sejarah terbentuknya salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama disingkat NU dan para pendirinya yang sudah 1 abad berdiri

6 Februari 2023 | 15.55 WIB

Logo Nahdlatul Ulama. nu.or.id
Perbesar
Logo Nahdlatul Ulama. nu.or.id

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Organisasi islam terbesar di Indonesia Nahdlatul Ulama (NU) akan memperingati seabad NU berdiri pada Selasa, 7 Februari 2023. Sebagai salah satu organisasi Islam tertua, NU memiliki sejarah yang panjang dan pengaruh kuat karena memiliki banyak pengikut di Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NU sendiri pertama kali didirikan pada 31 Januari 1926 silam. Hal yang mendasari terbentuknya organisasi Islam ini adalah banyaknya perbedaan ideologi dan arah politik dalam agama Islam di Indonesia. Selain itu, organisasi ini pun terbentuk atas nama kaum tradisionalis dalam menanggapi berbagai fenomena di dunia Islam yang ada di dalam maupun di luar negeri.

Baca : Langkah Politik Suami Yenny Wahid Dhohir Farisi dari Gerindra ke PSI, Ini Profilnya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Lantas, bagaimana sejarah terbentuknya salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU)? Berikut informasi mengenai sejarah Nahdlatul Ulama dan para pendirinya.

Sejarah Terbentuknya Nahdlatul Ulama

Melansir dari laman NU Online, awal mula sejarah terbentuknya Nahdlatul Ulama adalah karena berangkat dari pembentukan Komite Hijaz. Komite Hijaz adalah sebuah kumpulan panitia yang dibentuk oleh K.H Hasyim Asy’ari untuk dikirimkan ke Muktamar Dunia Islam. Tujuannya yaitu untuk melindungi kebebasan bermazhab dari kebijakan Raja Arab Saudi tentang mazhab.

Permasalahan keagamaan ini dihadapi oleh para ulama pesantren ketika Raja Arab Saudi dari Dinasti Saud ingin membongkar makam Nabi Muhammad SAW. Hal ini disebabkan karena makam tersebut menjadi tujuan ziarah banyak umat Muslim yang dianggap sebagai bid’ah. Selain itu, Raja Arab pun menerapkan kebijakan untuk menolak praktik mazhab dalam agama Islam. Dia ingin agar hanya mazhab Wahabi yang digunakan sebagai mazhab resmi kerajaan.

Rencana dari Raja Saud tersebut akhirnya di bawa ke Muktamar ‘Alam Islami atau Muktamar Dunia Islam. Kebijakan tersebut tentu menjadi masalah karena ulama pesantren menganggap hal tersebut sebagai upaya memberangus tradisi dan budaya dalam Islam yang selama ini telah berkembang. Selain itu, rencana tersebut pun dapat menjadi menjadi ancaman bagi peradaban Islam sendiri.

Saat itu, K.H Abdul Wahab Chasbullah yang tergabung dalam Centraal Comite Chilafat (CCC) menyampaikan jika delegasi CCC untuk Muktamar Dunia Islam harus mampu mendesak Raja Ibnu Saud untuk memberikan kebebasan bermazhab. Sistem mazhab yang selama ini berjalan di tanah Hijaz harus dilindungi dan dipertahankan. Hal tersebut disampaikan K.H Abdul Wahab dalam Kongres Islam Keempat di Yogyakarta.

Sayangnya, diplomasi tersebut selalu berakhir dengan kekecewaan. Akhirnya, dia pun melakukan langkah strategis dengan membentuk panitia sendiri yang bernama Komite Hijaz. Untuk menyampaikan pemikirannya di Muktamar Dunia Islam, Komite Hijaz menunjuk K.H Raden Asnawi sebagai delegasinya.

Pertanyaan baru pun muncul, untuk institusi mana Raden Asnawi tersebut dikirim? Akhirnya dengan persetujuan K.H Hasyim Asy’ari sebagai guru dari K.H Abdul Wahab, dibentuklah organisasi Jam’iyah Nahdlatul Ulama atau yang saat ini dikenal dengan Nahdlatul Ulama saja pada 16 Rajab 1344 Hijriah. Tanggal terbentuknya Nahdlatul Ulama tersebut bertepatan dengan 31 Januari 1926 Masehi.

Para Pendiri Nahdlatul Ulama (NU)

Nahdlatul Ulama tidak mungkin ada hingga saat ini jika tidak memiliki orang-orang hebat sebagai pendirinya. Terdapat tiga orang tokoh yang memiliki peran penting dalam sejarah terbentuknya Nahdlatul Ulama ini. Ketiga orang tersebut adalah K.H Hasyim Asy’ari, K.H Abdul Wahab Chasbullah, dan K.H Bisri Syansuri.

Kala itu, K.H Hasyim Asy’ari ditunjuk sebagai pemimpin tertinggi pertama Nahdlatul Ulama atau disebut juga sebagai Rais Akbar. Kemudian, disusul oleh K.H Abdul Wahab sebagai Rais Aam Kedua, dan K.H Bisri Syansuri sebagai Rais Aam ketiga.

Itulah rangkuman informasi mengenai sejarah terbentuknya Nahdlatul Ulama (NU) beserta para pendirinya.

VIVIA AGARTHA F | RADEN PUTRI
Baca juga : Seabad Nahdlatul Ulama Menganut Paham Aswaja, Apakah Artinya?

 Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus