Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Alissa Wahid Menilai Bendera yang Dibakar di Garut Bendera HTI

Alissa Wahid berharap pembakaran bendera oleh Banser tidak diseret ke persoalan politik menjelang pemilihan umum 2019.

26 Oktober 2018 | 17.57 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Alissa Wahid berorasi pada acara Malam Solidaritas Jogja Ilang Roso Tribute to Our Sisters di depan Gedung Agung Yogyakarta, Ahad malam, 10 Mei 2015. TEMPO/Shinta Maharani

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Putri mantan presiden Abdurahman Wahid, Alissa Wahid, menyatakan kasus pembakaran bendera berlafal tauhid sudah diselesaikan polisi. Ia juga yakin bendera yang dibakar anggota Barisan Serbaguna (Banser) di Garut adalah bendera Hizbut Tahrir Indonesia atau HTI.

Koordinator Jaringan Gusdurian bernama asli Alissa Qotrunnada Munawaroh itu menuturkan bendera yang disita dan dibakar pada upacara Hari Santri Nasiona 2018 di Garut, Jawa Barat, Minggu, 21 Oktober 2018 itu bukan bendera tauhid seperti yang diklaim sejumlah pihak.

Baca:
Polri Tak Proses Hukum Banser NU Pembakar Bendera, Alasannya...

“Itu jelas bendera HTI, tidak ada bendera tauhid,’’ kata Alissa Wahid di sela  mengikuti the 2nd Global Unity Forum yang diselenggarakan oleh Gerakan Pemuda Ansor di Hotel Marriot, Yogyakarta, Jumat, 26 Oktober 2018.

Saat ditanya soal bantahan bekas juru bicara HTI  yang mengaku tidak punya bendera, Alissa dengan tegas menyatakan di dunia digital saat ini mudah menemukan bendera itu  milik HTI. Ia minta supaya cek ke kantor-kantor atau ke mantan anggota HTI untuk menemukan bendera seperti itu.

Alissa berharap pembakaran bendera oleh Banser  tidak diseret ke persoalan politik menjelang pemilihan umum 2019. “Kita mengembalikan Islam yang ramah, bukan Islam yang marah,” kata dia.

Simak: Pengibar Bendera di Garut Membeli Atribut dari Facebook

Sekretaris Jenderal Ansor GP Ansor Abdul Rochman mengatakan tulisan tauhid itu jamak digunakan. Termasuk untuk bendera ISIS dan Alqaida.  Hanya saja, jenis kaligrafinya berbeda.  “Kalau ISIS itu pakai khat (kaligrafi) kufi,  kalau HTI pakai khat tsulutsi,” kata dia.

Menurutnya
ada unsur kesengajaan soal bendera HTI yang dibawa ke acara Hari Santri Nasional. Sebab, sebelumnya sudah diperintahkan tidak ada bendera kecuali merah putih dalam upacara peringatan Hari Santri.  “Itu ada unsur kesengajaan. Lihat saja di rekaman video dibela-belain sampai naik di atas mobil untuk mengibarkan bendera itu. Kalimat tauhid itu (seharusnya) di hati,” ujarnya.

MUH. SYAIFULLAH

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus