Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Alumni Santa Ursula Mengenang Sosok Suster Francesco Marianti

Merry bercerita, di kalangan para siswi, Suster Francesco Marianti dikenal sebagai sosok yang tegas dan menjunjung tinggi kedisiplinan.

19 Desember 2024 | 20.21 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tokoh pendidikan Sekolah Santa Ursula, Suster Francesco Marianti, meninggal pada Senin, 16 Desember 2024. Beberapa alumni membagikan cerita mereka mengenai sosok Suster Francesco yang melegenda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Serviam. Itulah motto anggota komunitas sekolah yang berada di bawah asuhan para suster Ursulin. Dalam bahasa Latin, 'serviam' berarti “saya mengabdi”. Di Sekolah Santa Ursula, di bawah kepemimpinan Suster Francesco, ‘serviam’ ditanamkan dan dihidupkan melalui pendidikan yang holistik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pebisnis dan motivator Merry Riana lulus dari SMA Santa Ursula Jakarta pada 1998. Ketika dia bersekolah di sana, Suster Francesco menjabat sebagai Kepala Sekolah. “Bagi saya beliau itu bukan hanya seorang Kepala Sekolah saja, tapi benar-benar seorang pemimpin, sosok yang menjadi teladan,” kata Merry melalui sambungan telepon pada Kamis, 19 Desember 2024.

Suster Francesco lahir di Cirebon pada 17 Februari 1934 dan lulus dari Fakultas Farmasi Institut Teknologi Bandung pada 1958. Dia kemudian memimpin Sekolah Santa Ursula Jakarta selama puluhan tahun—sekolah khusus perempuan yang dikelola oleh Yayasan Suster Ursulin.

Merry bercerita, di kalangan para siswi, Suster Francesco dikenal sebagai sosok yang tegas dan menjunjung tinggi kedisiplinan. Menurut Merry, Suster Francesco akan menindak tegas siswa yang datang terlambat—walau hanya lima menit, atau ketika ada yang seragamnya tidak sesuai aturan. Di Santa Ursula, semua siswa diwajibkan memakai rok di bawah lutut, sepatu bermodel sama, lalu rambut panjang tidak boleh terurai dan tidak boleh berponi.

Meski demikian, kata Merry, Suster Francesco juga adalah sosok yang humanis. Para siswi di Santa Ursula datang dari latar belakang ekonomi yang beragam. Namun, Merry mengatakan Suster Francesco selalu mendorong anak didiknya untuk memahami arti kerja keras dan pengabdian. “Ada saat-saat di mana kami diharuskan naik transportasi umum, sebulan sekali. Pokoknya nggak boleh ada jemputan, semua harus naik transportasi umum,” kata Merry.

Setelah menjadi Kepala Sekolah di Santa Ursula Jakarta selama puluhan tahun, Suster Francesco kemudian mengabdikan dirinya untuk membangun Santa Ursula di Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan, pada 1990. Alumnus Santa Ursula BSD angkatan 2016, Benita Christina Santoso, menilai Suster Francesco sebagai sosok yang amat berdedikasi di dunia pendidikan, meskipun dia telah memasuki usia senja. Meski sosoknya tegas, kata Benita, Suster Francesco juga penuh kasih.

“Saya masih ingat bagaimana beliau tetap hadir di sekolah meskipun pada saat itu kondisi kesehatannya sedang kurang sehat, yang menunjukkan bahwa tanggung jawab adalah prioritas. Momen ini mengajarkan banyak dari kami arti dedikasi yang sesungguhnya,” kata Benita melalui pesan singkat kepada Tempo pada Kamis, 19 Desember 2024.

Menurut Benita, kontribusi Suster Francesco yang paling legendaris adalah bagaimana dia memperjuangkan pendidikan yang holistik, yaitu menggabungkan pendidikan akademik dengan pendidikan karakter. Pendekatan itu, menurut dia, membentuk para siswa menjadi pribadi yang disipiln dan bertanggung jawab.

Alumnus Santa Ursula BSD lainnya, Isabella Chandra, bercerita mengenai sosok Suster Francesco yang selalu berjaga di gerbang sekolah untuk memantau kesesuaian seragam para siswa. “Kalau pagi-pagi sebelum masuk ke sekolah itu dicek dari atas sampai bawah outfit sekolah udah benar atau belum,” kata Bella melalui pesan singkat pada Kamis, 19 Desember 2024.

Meski sosoknya tegas dan kerap dicap menakutkan, Bella mengatakan ketegasan itulah yang membedakan Suster Francesco dari pendidik lainnya. Menurut dia, Suster Francesco berhasil menanamkan nilai-nilai tersebut kepada para guru, sehingga semua guru menerapkan cara didik yang sama. “Beliau selalu bilang waktu itu, bahwa jangan lupa di setiap tindakan yang kita lakukan bawa dalam nama Tuhan, dan jangan lupa untuk berbagi dengan sesama,” kata Bella.

Suster Francesco Marianti meninggal di usianya yang ke-90. Dia dimakamkan di Pemakaman Selapajang, Tangerang, pada hari ini, Kamis, 19 Desember 2024. “Kami keluarga besar Kampus Ursulin Santa Ursula BSD mengucapkan turut berduka cita atas berpulangnya Suster kami tercinta, Sr. Francesco Marianti, Ordo Santa Ursula (OSU),” tulis akun Instagram Santa Ursula Bumi Serpong Damai @sanurbsd pada Selasa, 17 Desember 2024.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus