Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Awas, Pembajak Skripsi

Lima Skripsi di fakultas Ekonomi Unsoed diduga hasil sontekan. Dua pelaku sudah mengundurkan diri. Skripsi jiplakan sudah terjadi sejak dulu. ada kesulitan untuk memonitor keotentikan skripsi.

8 Februari 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEUMPAMA si Dul menjawab semua pertanyaan dosennya dengan tangkas, mungkin kasus skripsi palsu belum terbongkar. Sialnya, mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman (FE Unsoed), Purwokerto, Jawa Tengah, yang nama sebenarnya bukan si Dul itu, gelagapan. Ia tak bisa menjelaskan bagaimana ia menghitung keuntungan pabrik rokok yang ditelitinya lalu atas dasar apa kesimpulan akhir dalam skripsinya disusun. Si Dul ternyata tak menguasai materi skripsi yang ditulisnya, padahal semua jelas tertulis di dalamnya. Jangan-jangan ini skripsi buatan orang lain, salah seorang dosen mulai curiga. Akhirnya, karena pertanyaan begitu gencar, si Dul menyerah. Ia mengaku bahwa skripsinya hasil sontekan dari skripsi temannya yang telah lulus pada 1981. Akibatnya, para dosen yang bertugas menguji skripsi di Unsoed pada Desember lalu lebih berhati-hati. Dan benar, seorang mahasiswa lagi diketahui skripsinya palsu. Bila si Dul mengganti pabrik sarung dalam skripsi yang disonteknya dengan pabrik rokok, temannya mengganti pabrik sohun di Jatibarang dengan pabrik sohun di Banyumas. Padahal, si teman itu masuk pabrik sohun di Banyumas pun belum pernah. Alias, bukan saja ia menjiplak skripsi, tapi penelitiannya pun fiktif. Maka, pihak FE Unsoed pun was-was, jangan-jangan dari skripsi yang bulan itu sudah diluluskan, ada pula yang palsu. Lalu dibentuklah tim guna meneliti skripsi yang telanjur dinyatakan lulus. Lebih baik terlambat daripada kebobolan, begitulah tampaknya semboyan FE Unsoed. Kecurigaan itu ternyata terbukti dari 154 skripsi yang diluluskan, tim menemukan tiga skripsi yang keotentikannya diragukan. Tapi karena sempitnya waktu -- 16 Januari 1986 mahasiswa yang dinyatakan lulus sudah harus diwisuda -- pengusutan lebih lanjut ditangguhkan. Ini sebabnya, tiga mahasiswa FE Unsoed pada wisuda 16 Januari hanya menerima surat keterangan bahwa ijazahnya ditangguhkan karena mereka belum menyelesaikan administrasi. Dalam pengusutan lebih lanjut pada minggu terakhir Januari lalu, tim belum bisa memutuskan apa-apa. Menurut sebuah sumber, tiga mahasiswa itu tidak mengakui mereka menyontek. "Saya ini benar-benar melakukan penelitian di Purbalingga," tutur salah seorang dari tiga mahasiswa itu. Benar, katanya, ia mempelajari satu skripsi dari mahasiswa yang telah lulus sebelum menulis skripsi. "Tapi skripsi saya sudah dikoreksi 10 kali oleh dosen pembimbing." Sebuah sumber mengatakan bahwa tim menemukan 50%-90% persamaan materi dan gaya bahasa dari tiga skripsi itu dengan skripsi yang disimpan di perpustakaan FE Unsoed. Dan di situlah sulitnya: sudah bisakah tiga skripsi itu dinyatakan sebagai hasil sontekan atau belum. "Sebenarnya untuk sebuah karya ilmiah, bila mengutip satu kalimat pun dari karya orang lain, perlu disebutkan sumbernya," kata Mochamad Musa, Dekan FE Unsoed. Yang perlu dipersoalkan juga, sebenarnya, kesungguhan para dosen pembimbing. "Bila ada skripsi jiplakan, dosen pembimbingnya tidak bebas dari kesalahan," kata Sidharto Pramoetadi, Direktur Pembinaan Sarana Akademis Departemen P & K. Namun, harap diketahui, mahasiswa FE di universitas yang memiliki empat fakultas ini (Ekonomi, Biologi, Farmasi, Peternakan) yang harus menyelesaikan skripsi dengan batas waktu akhir tahun lalu sebanyak 130 orang. Mereka mahasiswa angkatan sebelum 1980, yang terkena batas waktu kuliah. Bila mereka tahun lalu tidak lulus, berarti harus keluar. Padahal, dosen pembimbing hanya 15 orang. Ditambah dengan 39 mahasiswa angkatan sesudah 1980 yang juga sudah mengajukan pembuatan skripsi, maka paling sedikit tiap dosen membimbing 11 mahasiswa. "Dan waktu bimbingan cuma empat bulan," tambah Mochamad Musa. Sementara itu, tiap dosen pembimbing masih juga harus memberikan kuliah. Maka, boleh dibayangkan bagaimana sibuknya para pengajar itu. Bisa dimaklumi, bila kemudian mereka kebobolan. Cerita skripsi jiplakan, atau skripsi bikinan orang lain, bukan baru ini saja terdengar. Beberapa waktu lalu, misalnya di Bandung, ramai dipersoalkan adanya beberapa sarjana yang membuka pesanan skripsi. Tapi, mirip liku-liku penyelundupan narkotik, rupanya hal ini sulit juga dilacak. Hanya, seorang dosen Unpad kepada Syafiq Basri dari TEMPO bercerita ia pernah didatangi seorang mahasiswi yang meminta dibuatkan skripsi dengan tarif berapa pun. Si dosen menolak, tapi dua bulan kemudian mahasiswi itu dilantik jadi sarjana. Ini membuktikan, skripsi palsu memang sangat mungkin terjadi. Pihak Ditjen Peruruan Tini pun mengakui adanya skripsi jiplakan. Pada akhir 1970-an ada instruksi dari Ditjen tersebut agar tiap fakultas menyimpan semua skripsi mahasiswa di perpustakaan masing-masing, agar bila ada skripsi jiplakan mudah diketahui. Itu, barangkali, bisa ketahuan bila mahasiswa menyontek skripsi mahasiswa seuniversitas. Bagaimana bila mahasiswa FE UI misalnya meniru skripsi mahasiwa FE UGM? Prof. Dr. Doddy Tisnaamidjaja sewaktu masih menjadi Dirjen Pendidikan Tinggi pernah menerbitkan judul dan abstrak semua skripsi dari semua fakultas universitas negeri seluruh Indonesia. Maksudnya, guna mencegah adanya penjiplakan skripsi antar universitas. "Tapi bila tiap tahun diluluskan 12.000 sampai 20.000 skripsi, untuk memonitor, ya susah," kata Pramoetadi, Direktur Sarana Akademis itu. Yang menarik, ternyata, di Unsoed sendiri belum ada kesepakatan bulat tentang tiga skripsi yang dicurigai keotentikannya itu. Agak berbeda dengan kasus dua skripsi yang langsung ketahuan kepalsuannya, yang tiga ini tidaklah persis bagaikan fotokopi dari aslinya. Kabar terakhir mengatakan, tim yang dibentuk Dekan FE akan mengajukan masalahnya kepada Rektor. Prof. Januar, Rektor Unsoed, memang belum yakin benar tentang skripsi tiga mahasiswanya itu jiplakan atau bukan. "Mungkin saja mahasiswa itu mengutip pendapat dari skripsi lain, cuma lupa menyebutkan sumbernya," kata Januar. Agaknya, para dosen pembimbing perlu lebih sungguh-sungguh mengkaji skripsi mahasiswanya. Sebelum, umpamanya, Bob Geldof -- yang beberapa lama lalu memprotes produser kaset kita yang membajak rekaman konser Live Aid-nya -- lalu tambah berkaok-kaok: sarjana kita ternyata sarjana pembajak. Bambang Bujono Laporan Slamet Subagyo (Yogyakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus