Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Azyumardi Imbau Para Ulama Bersikap Netral di Pilpres 2019

Ulama yang mendukung salah satu calon di pilpres 2019 tak bisa dihindari.

7 Agustus 2018 | 07.17 WIB

Presiden Joko Widodo atau Jokowi bersama para ulama dalam acara Dzikir dan Doa Bersama untuk Bangsa di halaman Istana Merdeka, Jakarta, Rabu, 1 Agustus 2018. Acara ini digelar sebagai rangkaian peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-73. TEMPO/Subekti
Perbesar
Presiden Joko Widodo atau Jokowi bersama para ulama dalam acara Dzikir dan Doa Bersama untuk Bangsa di halaman Istana Merdeka, Jakarta, Rabu, 1 Agustus 2018. Acara ini digelar sebagai rangkaian peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-73. TEMPO/Subekti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Guru besar dan cendikiawan muslim dari Universitas Islam Negeri Jakarta Azyumardi Azra mengimbau para ulama untuk bersikap netral dalam pemilihan presiden atau pilpres 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Dia harus bersifat netral, tidak parsial, tidak bersikap mendukung pada satu parpol tertentu," kata Azyumardi di Kantor Majelis Ulama Indonesia, Jakarta, Senin, 6 Agustus 2018.

Azyumardi menjelaskan, sikap netral ulama itu sesuai dengan hadis, yaitu al ulama warasatul anbiya atau ulama adalah pewaris para nabi. Sebagai pewaris para nabi, ulama bersifat di atas semua kelompok dan golongan, baik itu etnis, suku, maupun agama yang berbeda-beda.

Selain itu, Azyumardi juga meminta para ulama dalam berbagai tingkatannya untuk menyebarkan pesan kebenaran dan kedamaian. Pesan tersebut, kata dia, harus disampaikan terus menerus oleh ulama senior kepada ulama lainnya. "Jadi, ya, saling berpesan di antara para ustad, para kiai untuk tidak menyebarkan ujaran kebencian, menyebarkan hoax, mengadu domba, provokasi," ujarnya.

Kendati begitu, Azyumardi menilai ulama yang mendukung salah satu calon presiden juga tak bisa dihindari. Dia mempersilakan para ulama untuk mendukung calon presiden pilihannya. Namun, kata Azyumardi, yang terpenting jangan mencerca dan merendahkan pihak lawan. Dengan begitu, para ulama tetap bisa menyampaikan pesan kedamaian.

"Boleh mendukung kekuatan politik tertentu, tapi jangan kemudian menjelek-jelekkan pihak lain, kubu lain, apalagi menyebarkan berita-berita tidak benar mengenai lawannya. Jangan dijatuhkan. Itu yang penting," ucapnya.

Friski Riana

Lulus dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana pada 2013. Bergabung dengan Tempo pada 2015 di desk hukum. Kini menulis untuk desk jeda yang mencakup isu gaya hidup, hobi, dan tren. Pernah terlibat dalam proyek liputan Round Earth Media dari International Women’s Media Foundation dan menulis tentang tantangan berkarier para difabel.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus