Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Berpaling dari selatan

PM Papua Nugini berkunjung ke indonesia selama 4 hari. PNG mulai berpaling ke asia untuk meningkatkan kerja sama ekonomi. Indonesia menaruh harapan kepada png untuk menjembatani hubungan dengan pasifik selatan.

23 Januari 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PAIAS Wingti, 37 tahun, sekitar Maret tahun 1986 silam pernah berjanji: sebagai perdana menteri, Indonesia adalah negara asing pertama yang akan dikunjunginya. Waktu itu ia berbicara dengan sejumlah pejabat tinggi Indonesia di Port Moresby. Setelah hampir dua tahun, kunjungan itu akhirnya terlaksana juga. Senin pagi pekan ini, PM Papua Niugini Wingti tiba di Jakarta untuk kunjungan selama empat hari. Namun, ini bukan kunjungannya yang pertama ke luar negeri. Sebelumnya, ia, yang menjabat PM sejak 1985, pernah mengunjungi Australia dan Fiji. Ada yang menafsirkan, ini pertanda bahwa Wingti telah atau terpaksa bergeser dari sikapnya semula untuk mengurangi ketergantungannya pada Australia. Acara pertama Wingti di Jakarta adalah pembicaraan dengan Presiden Soeharto. Suasana pembicaraan di Istana Negara yang berlangsung lebih dan satu iam itu dilukiskan, "Sangat hangat, terbuka, dan bersahabat," tutur Menmud Sekkab Moerdiono kepada para wartawan, seusai pembicaraan tersebut. Memang, bagaimanapun juga PNG, yang berpenduduk hampir 3 juta jiwa itu, tak mudah lepas dari bayang-bayang tetangganya di bagian selatan. Sejak merdeka di tahun 1975 hingga saat ini kegiatan ekonomi negara itu praktis dikuasai orang-orang Australia. PNG juga terikat dengan konsep pertahanan bersama dengan Australia. Bahkan sekitar 30% APBN-nya ditopang Australia. Selama beberapa tahun terakhir, para PM PNG selalu mengunjungi Indonesia semasa jabatannya, misalnya Michael Somare dan Julius Chan. Toh kunjungan Win~ti kemari kali ini bisa diartikan sebagai upaya PNG untuk lebih berpaling ke Asia. PNG memang telah lama ~berhasrat bergabung dengan ASEAN dan sejak 1981 mempunyai status sebagai "peninjau khusus" dalam organisasi ini. Motif ekonomi juga mendasari langkah ini. Kini Wingti tampaknya melihat lebih terbukanya peluang di sektor kerja sama ekonomi, khususnya perdagangan dan penanaman modal. Hubungan dagang RI-PNG sebetulnya sangat kecil. Impor Indonesia dari PNG praktis tidak ada, sedang ekspor ke sana pada 1986 cuma sekitar US$ 1,6 juta, antara lain berupa semen, tekstil, dan barang elektronik. Usaha memperbesar kerja sama dengan negara-negara Asia agaknya iuga merupakan usaha untuk menyehatkan kembali perekonomian PNG. Tahun lalu defisit neraca pembayarannya membengkak ~sampai 183 juta kina (I kina senilai Rp 1.700). Sementara itu, anggaran pemerintah menggembung sampai mendekati 1 milyar kina. Maka, di Jakarta Wingti menjelaskan strategi pembangunan negerinya yang memberi prioritas di sektor pertaman. Indonesia dilihatnya sebagai negara yang berhasil di bidang ini. "Dia mengemukakan hasratnya untuk belajar lebih banyak di bidang pertanian dari Indonesia," tutur Moerdiono. Itu sebabnya Senin sore lalu Wingti, didampingi Menmud Urusan Peningkatan Produksi Pangan Wardoyo, meninjau Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Deptan di Cimanggu, Bogor. Sebaliknya, Indonesia juga menaruh harapan atas kunjungan Wingti ini. Presiden Soeharto mengharapkan agar PNG dapat menjadi jembatan dalam membangun hubungan ASEAN dengan negara-negara di kawasan Pasifik Selatan. Kepala Negara juga menekankan kembali bahwa tidak ada sedikit pun dari pihak RI untuk mengganggu negara lain, termasuk tetangganya. Citra yang miring itu memang pernah sangat hidup di PNG dan Australia. Apalagi setelah integrasi Timor Timur, RI dituduh sebagai negara yang ekspansionistis. Karena persepsi itulah hubungan RI dan PNG selama ini tak selalu berjalan mulus. Masalah keributan di sekitar perbatasan dan pengungsi dari Ir-Ja serta transmigrasi, misalnya, selama bertahun-tahun menjadi duri dalam hubungan kedua negara itu di awal 1980-an. Kerenggangan itulah yang kini dicoba akan dirapatkan kembali lewat kunjungan Wingti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus