Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Binus University mengembangkan sebuah learning management system (LMS) berbasis Microsoft Azure bernama BINUSMAYA 7.0 yang memungkinkan setiap mahasiswa Binus, baik yang mengikuti kelas reguler maupun internasional, mendapatkan pengalaman belajar interaktif dan terpersonalisasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rektor Binus University Harjanto Prabowo mengatakan bahwa sejak awal 2000, Binus terus mengembangkan sistem belajar e-learning hingga akhirnya BINUSMAYA 5.0 yang dikembangkan secara mandiri di internal dirilis pada 2014 dengan fungsi utama sebagai learning management system (LMS). Platform itu terus berkembang dan diperbaharui secara berkala dan mendapat antusiasme yang luar biasa sehingga sampai di titik di mana memerlukan bantuan eksternal untuk mempercepat transformasi BINUSMAYA 5.0
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Dari situ kami menggandeng eComindo, salah satu mitra resmi Microsoft yang memiliki spesialisasi di bidang LMS untuk ikut mengembangkan BINUSMAYA di platform Microsoft Azure, untuk mempermudah inovasi fitur, fleksibilitas dan skalabilitas penggunaan," kata Harjanto dalam keterangannya, Selasa, 25 Juli 2023.
Namun, di tengah pengembangan berlangsung, kata Harjanto, pandemi menerpa. "Kala itu kami sudah siap merilis BINUSMAYA 7.0, sehingga pada minggu pertama seluruh kelas bertransisi menjadi online, 85 persen kelas berjalan dengan mulus dan di minggu kedua 100 persen kelas berjalan dengan aman," ujarnya.
Setelah lebih dari dua tahun berjalan, BINUSMAYA 7.0 menjadi pusat pembelajaran berbasis teknologi Binus University. Tidak hanya sebagai ruang kelas modern atau media mengajar oleh dosen dan media belajar oleh mahasiswa.
BINUSMAYA 7.0 memungkinkan mahasiswa untuk melihat jadwal perkuliahan dan ujian, mengakses materi pembelajaran (e-book maupun multimedia), mengerjakan dan mengumpulkan tugas, melihat nilai, diskusi interaktif dengan dosen dan mahasiswa lain termasuk dalam video conference, serta hal-hal administrasi seperti izin magang, pengurusan beasiswa, pembayaran, dan lainnya dapat dilakukan secara daring baik di mobile maupun desktop.
Meskipun situasi pandemi sudah membaik, BINUSMAYA 7.0 tetap menjadi fondasi utama di Binus University. Sebab, efektivitas dan kemudahan BINUSMAYA 7.0 sangat dirasakan selama pandemi dan masih terus dibutuhkan.
“Misalnya dengan konsep blended learning yang diterapkan di tahun ajaran 2022-2023, mahasiswa semester tiga ke atas diberikan kebebasan untuk memilih kapan akan mengikuti kelas secara tatap muka dan daring. Tidak hanya memberikan fleksibilitas bagi mereka, namun juga mendorong mereka untuk tanggung jawab atas pilihannya," kata Harjanto.
Bagi mahasiswa semester pertama dan kedua masih diminta pihak Binus untuk mengikuti perkuliahan full tatap muka agar dapat membangun kedekatan emosional lebih dahulu dengan teman seangkatan dan para tenaga pengajar di kampus. Namun, BINUSMAYA 7.0 tetap menjadi go to platform mereka untuk pusat informasi, tugas dan untuk mengejar ketertinggalan kelas apabila sedang berhalangan masuk.
Saat ini, Binus University mencatat lebih dari 45.000 mahasiswa aktif dan 1.600 dosen terdaftar pada tahun akademik 2022-2023 dan secara aktif terus menggunakan BINUSMAYA 7.0.
"Ke depannya, bersama eComindo dan Microsoft, kami akan terus mengembangkan BINUSMAYA 7.0 agar dapat menjadi SuperApps yang kian memudahkan keseharian Binusian," kata Harjanto.
Fiki Setiyono selaku Country Lead Azure Business Group Microsoft ASEAN mengatakan penyelarasan perkembangan dunia pendidikan dengan industri teknologi menjadi kritikal. "Dengan modernisasi pendidikan kita dapat mendemokratisasi akses terhadap pendidikan dan menyiapkan talenta digital mumpuni yang dapat mengakselerasi Indonesia Digital 2045," ujarnya.