Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Calon Bupati Sampang nomor urut 1 Muhammad bin Muafi Zaini alias Gus Mamak buka suara soal tragedi berdarah yang menewaskan seorang pendukung calon bupati nomor urut 2 Slamet Junaidi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gus Mamak mengatakan bahwa pihaknya menyerahkan kasus ini kepada pihak berwajib. Dia pun memilih untuk tidak mengomentari kronologi kejadian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ada banyak versi terkait kronologi kejadian, karenanya kami serahkan semua ke polisi,” kata dia kepada Tempo, Selasa 19 November 2024.
Kendati demikian, Mamak mengaku bahwa dirinya sempat mendengar kerusuhan tersebut. Saat itu, pihaknya juga membantu evakuasi korban.
“Jadi saat kami dengar ada kerusuhan, tim kami bergegas ke sana. Bahkan Ketua Demokrat Sampang (tim pemenangan paslon 1) yang mengevakuasi korban,” kata Gus Mamak.
Mamak menambahkan bahwa banyak ajakan dan narasi ujaran kebencian yang beredar di media sosial menjelang Pilkada. Narasi itu menyebabkan sebagian orang terprovokasi.
Bahkan, narasi kebencian juga dilontarkan oleh tokoh-tokoh masyarakat. Dia menilai, narasi yang beredar itu hanya gimik, namun ditanggapi serius oleh para pendukung.
“Ada pernyataan dari mantan kades yang mengajak membawa sajam ke TPS. Itu beredar lewat voice note WhatsApp. Akhirnya memantik masyarakat,” ucap Mamak.
Usai kejadian ini, dia mengaku telah mengondisikan situasi di lapangan. Mamak mengatakan kepada seluruh pendukungnya untuk menahan diri dan mengabaikan provokasi.
“Semua orang harus menahan diri dari pernyataan-pernyataan yang tidak jelas di media sosial. Statement ajakan membawa sajam itu sebenarnya hanya gimmick,” papar Mamqk.
Mamak mengaku bahwa dirinya juga tak pernah menyerang paslon lain. Termasuk saat debat berlangsung. Karenanya, dia berharap, para pendukungnya juga tidak terprovokasi dengan ujaran kebencian.
“Kami menjaga hubungan baik dengan semua paslon. Kami juga tidak pernah menyerang pribadi dan kami tdk pernah menanggapi statement-statement apapun di medsos karena banyak yang dibuat untuk gimmick politik,” kata Mamak.
Tragedi berdarah di Sampang ini terjadi pada Ahad, 17 November 2024 lalu. Peristiwa bermula ketika calon bupati nomor urut 2 Slamet Junaidi menyambangi salah satu tokoh masyarakat di Desa Ketapang Laok, Ketapang, Sampang.
Adapun mayoritas di desa tersebut merupakan pendukung pasangan calon bupati nomor urut satu yaitu Gus Mamak-Abdullah Hidayat. Berdasarkan kronologi yang didapat Tempo, warga setempat berselisih padaham dengan rombongan calon bupati nomor urut 2.
Bahkan sebagian warga desa itu sudah mencoba menghadang rombongan. Karena situasi semakin tak terkendali, rombongan Ahmad Junaidi meninggalkan lokasi untuk mengamankan diri.
Dalam video yang beredar, sebagian warga yang gagal menghadang rombongan, tiba-tiba merapat ke rumah Jimmy yang tak jauh dari lokasi. Mereka membawa senjata tajam berupa celurit. Jimmy pun menjadi korban carok hingga tewas.
Tempo juga telah mencoba menghubungi calon bupati nomor urut 2, Slamet Junaidi. Namun, pria yang kerap disapa Haji Idi itu belum merespons.