Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Cerita Eks Anak Didik Aman Abdurrahman Bertobat Dibantu Ali Imron

Mantan anak didik Aman Abdurrahman, Yudi Zulfachri menuturkan ia dibantu mantan teroris Ali Imron saat menjalani proses deradikalisasi.

21 Mei 2018 | 10.15 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Yudi Zulfachri, mantan terpidana terorisme yang sudah bertaubat di Warung Daun, Jakarta, 18 Mei 2018. Tempo / Friski Riana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan terpidana terorisme, Yudi Zulfachri, mengaku paham radikal yang ada dalam dirinya telah hilang. Bekas anak didik Aman Abdurrahman ini menjalani proses deradikalisasi selama lima tahun, dibantu oleh terpidana terorisme yang sudah lebih dulu sadar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Saya waktu itu pertama kali yang memoderasi saya ustad Ali Imron. Dari situ saya mulai terus belajar," kata Yudi di Warung Daun, Jakarta, Sabtu, 19 Mei 2018.

Baca: Pengacara: Aman Abdurrahman Imbau Anak Buahnya Hijrah ke Suriah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Yudi merupakan alumni STPDN (Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri) dan bekerja sebagai PNS di Baitul Mal Kota Banda Aceh. Ia memutuskan bergabung dengan kelompok teroris setelah mendapat doktrin dari pimpinan Jamaah Ansharut Daulah (JAD), Aman Abdurrahman. Saat ini, Aman sedang menghadapi persidangan terkait kasus teror di Indonesia. Dalam persidangan sebelumnya, Aman dituntut hukuman mati.

Ia mendapat doktrin bahwa imannya belum sah jika masih bergabung sebagai PNS, dan dianggap kafir. Karena itu, sebagai pembuktian keimanannya, Yudi melepas diri dari pemerintahan dan mengkafirkan aparat pemerintah.

Namun, ia belum sampai pada tahap akhir, yaitu membenci dan memusuhi pemerintah. Untuk sampai pada tahap itu, seseorang harus membuktikannya dengan melakukan aksi teror.

Yudi ditangkap pada 2010 di kawasan pegunungan Jali, Kecamatan Jantho, Kabupaten Aceh Besar, setelah empat tahun mendapat doktrin dan mengikuti pelatihan militer di Aceh.

Ketika menjalani proses deradikalisasi, Yudi mengatakan bahwa ia hanya ingin dimoderasi oleh Ali Imron karena merasa sama-sama seorang jihadist. Selain Ali Imron, Yudi juga mendapat bantuan dari sesama tahanan teroris.

Selain itu, ia menuturkan, adanya revisi Al-Qaeda di bawah Ayman al-Zawahiri pada 2011 juga menjadi alasan dia berubah. Apalagi sebelumnya dia juga bergabung dengan teroris karena Al-Qaeda. Dalam revisi itu disebutkan bahwa hanya boleh melakukan serangan di wilayah konflik atau di Amerika. 

"Al-Qaeda mengatakan evaluasi diri kalian, belajar lah kepada orang-orang di luar kalian. Masuk doktrin itu ke saya. Saya harus evaluasi, belajar ke yang lain," ujarnya.

Proses menghilangkan paham radikal itu dilakukan bertahap seperti pecandu narkoba yang menjalani rehabilitasi. Peran keluarga, kata dia, juga sangat membantu dalam pemulihan paham radikal yang ada padanya. Sang ayah, kata Yudi, mendoktrin dirinya dengan Surat Al-Mumtahanah.

Setelah bebas dari penjara, Yudi kini aktif bekerja di sebuah yayasan dan membuat seminar-seminar di kampus untuk pencegahan radikalisme. Sambil bekerja, bekas murid Aman Abdurrahman ini juga menempuh pendidikan tinggi di Universitas Indonesia jurusan ketahanan nasional.

Friski Riana

Friski Riana

Lulus dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana pada 2013. Bergabung dengan Tempo pada 2015 di desk hukum. Kini menulis untuk desk jeda yang mencakup isu gaya hidup, hobi, dan tren. Pernah terlibat dalam proyek liputan Round Earth Media dari International Women’s Media Foundation dan menulis tentang tantangan berkarier para difabel.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus