Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengadaan 11 unit jet tempur Sukhoi dari Rusia terus dimatangkan pemerintah melalui mekanisme imbal dagang. Meski demikian, pemerintah berharap dengan nilai yang sama, jumlah Sukhoi yang didapat Indonesia bisa lebih banyak.
"Nilainya tetap, tapi kan harganya dinegosiasikan agar jumlah pesawatnya lebih banyak," kata Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo seusai rapat di kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu, 20 September 2017.
Baca juga: Panglima TNI Desak Pemerintah Tuntaskan Pembelian Pesawat ...
Pengadaan jet tempur Sukhoi dilakukan untuk mencapai minimum essential force TNI. Pengadaan ini dilakukan dengan mekanisme imbal dagang, yakni Rusia akan mendapat sejumlah komoditas dari Indonesia. Nilai imbal dagang tersebut adalah US$ 1,14 miliar atau setara Rp 15,16 triliun.
Namun hingga kini, pemerintah masih terus menegosiasikan dengan pihak Rusia soal harga Sukhoi tersebut. Yang jelas, keinginan pemerintah adalah bisa mendapat jumlah Sukhoi dengan jumlah yang lebih banyak lagi. "Presiden hanya ingin harganya dinegosiasikan," kata Mardiasmo.
Baca juga: Panglima TNI: Spesifikasi Sukhoi Rusia Sesuai Kebutuhan TNI
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan pembayaran pengadaan Sukhoi 85 persen adalah dengan imbal dagang. "Sebanyak 85 persen imbal dagang ya," kata Ryamizard.
Direktur Fasilitas Ekspor dan Impor Kementerian Perdagangan Ani Mulyati imbal dagang dengan Rusia akan dilakukan dengan sejumlah komoditas. Totalnya mencapai 16 komoditas, diantaranya minyak kelapa sawit, karet, tekstil, furnitur, maupun produk manufaktur. "Mereka sudah berminat dengan komoditi itu. Ada 16 item komoditas," kata Ani.
Baca juga: Pembelian Sukhoi Su-35: Negoisasi Jalan Terus
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mendesak pemerintah segera merealisasikan pembelian pesawat Sukhoi. Menurut Gatot pesawat tempur yang ada saat ini tidak dilengkapi dengan senjata dan hanya untuk kepentingan demo akrobatik. "Sekarang buat apa kita punya 1000 pesawat kalau ternyata senjatanya semua hanya senjata pura-pura?" ujar Gatot saat ziarah ke Taman Makam Pahlawan Kusumanegara Yogyakarta Selasa 19 September 2017.
Menurut Gatot, dengan pesawat yang tak memiliki senjata, fungsi pengawasan dan pengamanan wilayah pun lemah. "Pesawat tanpa senjata itu hanya untuk demonstrasi akrobatik saja, padahal yang dibutuhkan pesawat untuk urusan perang," ujar Gatot.
AMIRULLAH SUHADA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini