Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mendesak para pejabat pemerintah yang menangani urusan pembelian pesawat tempur Sukhoi SU - 35 ke Pemerintah Rusia segera bekerja cepat. "Sekarang buat apa kita punya 1000 pesawat kalau ternyata senjatanya semua hanya senjata pura-pura?" ujar Gatot saat ziarah ke Taman Makam Pahlawan Kusumanegara Yogyakarta Selasa 19 September 2017.
Baca juga: Beli Pesawat Sukhoi Rusia, Indonesia Bayar Pakai Komoditas Ekspor
Gatot mengaku gemas dengan belum rampungnya urusan pengadaan unit pesawat tempur Sukhoi yang jumlahnya sekitar 11 unit itu. "Presiden Joko Widodo sudah memerintahkan (pengadaan pesawat Sukhoi) itu sejak 18 bulan lalu dan TNI sudah memberikan spesifikasinya, kami harap (pengadaan pesawat) bisa secepatnya, " ujar Gatot.
Pesawat tempur Sukhoi buatan Russia itu rencananya akan menggantikan jajaran pesawat F - 5 Tiger yang sudah sekitar 18 bulan lalu dipensiunkan karena faktor usia. Urusan pengadaan pesawat itu sendiri selama ini ditangani Kementerian Pertahanan dan Kementerian Perdagangan. "Kami terus doakan semoga para pejabat negara ini (yang mengurusi pembelian pesawat itu) segera sadar, bahwa ancaman semakin jelas dan Indonesia butuh sistem peralatan persenjataan yang terbaik," ujar Gatot.
Baca juga: Jaksa Agung Dampingi Kemendag Urusi Barter Karet dengan Sukhoi
Gatot menuturkan, urusan pesawat tempur merupakan kebutuhan mendesak untuk Indonesia yang nemiliki wilayah kepulauan amat luas. Dengan pesawat yang tak memiliki senjata, fungsi pengawasan dan pengamanan wilayah pun lemah. "Pesawat tanpa senjata itu hanya untuk demonstrasi akrobatik saja, padahal yang dibutuhkan pesawat untuk urusan perang," ujar Gatot.
Gatot Nurmantyo menuturkan , spesifikasi pesawat tempur minimal yang dibutuhkan seperti adanya senjata untuk perang air to air (perang udara) dan air to ground (perang udara-darat). "Menjaga wilayah Indonesia yang luas ini tak cukup dengan doa saja," ujar Gatot.
PRIBADI WICAKSONO
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini