Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Dokumen Fuad Bawazier, Gus Sholah: Semua Parpol Makzulkan Gus Dur

Menurut Gus Sholah, PKB sebagai penyokong utama Presiden Gus Dur pun akhirnya terlibat dalam penggulingan itu.

1 Januari 2020 | 19.30 WIB

Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah), memberikan pendapat soal usulan PBNU tentang pemilihan presiden tidak langsung, di rumahnya di Jalan Bangka Raya, Jakarta, 30 November 2019. Tempo/Friski Riana
material-symbols:fullscreenPerbesar
Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah), memberikan pendapat soal usulan PBNU tentang pemilihan presiden tidak langsung, di rumahnya di Jalan Bangka Raya, Jakarta, 30 November 2019. Tempo/Friski Riana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta-Adik KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), KH Salahuddin Wahid, mengatakan semua partai politik terlibat memakzulkan Presiden RI ke-4 itu pada 2001 silam. Pernyataan pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang tersebut menanggapi dimuatnya dokumen rahasia empat halaman mengenai konspirasi penjatuhan Presiden Wahid di buku berjudul Menjerat Gus Dur karya Virdika Rizky.

Dalam dokumen itu dinyatakan bahwa Menteri Keuangan di era Soeharto, Fuad Bawazier, merupakan kepala operasi yang membagi tugas kepada beberapa pihak untuk menggalang opini, menjaring dukungan masyarakat, propaganda media, termasuk merekrut preman dan cendekiawan.

Disebutkan dalam dokumen bahwa Fuad memainkan isu Buloggate dan Bruneigate untuk menggulingkan Gus Dur. Dokumen yang diberi nama skenario semut merah itu dikirimkan kepada Ketua Umum Partai Golkar saat itu, Akbar Tanjung, pada 29 Januari 2001.

Menurut Salahuddin, Partai Kebangkitan Bangsa sebagai penyokong utama Presiden Wahid pun akhirnya terlibat dalam penggulingan itu. “Setahu saya semua partai terlibat dalam upaya melengserkan Gus Dur, oknum PKB mungkin juga ada yang ikut. Mungkin yang paling berperan, ya, Golkar, PDIP dan PAN,” tutur Gus Sholah, sapaan Salahuddin, saat dihubungi Tempo, Rabu, 1 Januari 2020.

Namun, ujar Salahuddin, sebenarnya Gus Dur dilengserkan karena hendak membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat. Isu itu menambah bobot politik yang digoreng lawan-lawannya untuk memulai operasi pemakzulan. “Kalau Gus Dur tidak melakukan itu (membukarkan DPR), tidak mudah melengserkan Gus Dur,” kata Salahuddin.

Ketua PKB Jawa Timur ketika itu, Choirul Anam, tak memungkiri bahwa ketua umumnya, Mathori Abdul Djalil, akhirnya ikut menggembosi Gus Dur. Padahal, Choirul Anam sedang menggalang dukungan untuk mempertahankan kedudukan Gus Dur, salah satunya dengan mengorganisir massa yang disebutnya sebagai pasukan berani mati.

Puncak dari unjuk rasa besar-besaran membela Gus Dur di Surabaya ialah dibakarnya Kantor Golkar Jawa Timur. “Sudah terbukti Ketum PKB, Mathori, terlibat (melengserkan Gus Dur). Sekretaris jenderal-nya belakangan mengusir Gus Dur dari PKB,” kata Choirul melalui pesan singkat. Choirul pun akhirnya juga terdepak dari PKB.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus