Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Proses membedakan antara daun ganja kering dan daun kering biasa kerap merepotkan. Untuk itulah, dosen dari Politeknik Negeri Padang (PNP) mengembangkan sebuah inovasi berupa alat pendeteksi daun ganja kering. Selain mampu mendeteksi daun ganja kering yang asli, alat ini juga memiliki banyak keunggulan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengembangan produk inovasi berupa alat pendeteksi daun ganja kering ini merupakan hasil kolaborasi antara PNP dengan Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sumatera Barat melalui program Matching Fund 2023. Inovasi ini melibatkan dosen dan mahasiswa PNP lintas program studi (Prodi), yakni Prodi Teknik Elektronika dan Prodi Rekayasa Perangkat Lunak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dosen sekaligus ketua tim alat deteksi daun ganja, Hendrick, mengatakan bahwa ide pengembangan alat ini bermula dari kebutuhan BNNP Sumatera Barat akan alat pendeteksi daun ganja kering saat mereka melakukan razia. Dengan keterbatasan personil, BNNP Sumatera Barat memerlukan alat untuk membantu mereka melakukan razia secara lebih efektif.
“Kota Padang sebenarnya bukan pengguna, tetapi merupakan jalur perlintasan ganja. Oleh karena itulah, BNNP merasa perlu adanya inovasi berupa alat deteksi daun ganja kering yang lebih portabel yang bisa dibawa kemana-mana saat razia,” kata Hendrick dilansir dari situs vokasi.kemdikbud.go.id pada Selasa, 26 September 2023.
Deteksi Keaslian Ganja hingga 90 Persen
Alat deteksi ganja kering ini menggunakan sejumlah sensor yang bekerja seperti hidung elektronik. Alat ini juga dirancang berbasis teknologi internet of thing (IoT) yang bisa digunakan multi device. Alat ini mampu mendeteksi keaslian daun ganja kecil relatif lebih singkat dengan tingkat keakuratan mencapai 90 persen.
Selain dirancang dengan multi device dan berbasis IoT, alat ini juga dirancang secara portabel yang akan memudahkan petugas BNNP Sumatera Barat untuk melakukan razia secara bersamaan di sejumlah lokasi yang berbeda.
“Sebenarnya BNNP sudah memiliki alat deteksi daun ganja kering, akan tetapi alatnya tidak bisa dibawa kemana-mana. Selain itu harganya juga relatif mahal,” kata Hendrick.
Jika dibandingkan dengan alat deteksi daun ganja kering yang sudah ada, Hendrik mengatakan bahwa alat yang mereka kembangkan di PNP jauh lebih murah. Keunggulan lainnya adalah sifatnya yang portable dan mudah dibawa ke mana-mana.
“Alat deteksi milik BNNP itu harganya mencapai satu miliar rupiah dan setiap pengembangan software harus membayar lagi,” ujar Hendrick menambahkan.
Masih menurut Hendrick, alat yang dikembangkan PNP ini jauh lebih murah. Hendrick memperkirakan harga satu unit alat deteksi daun ganja kering yang dibuatnya diperkirakan hanya sekitar Rp 30 juta saja. Harga tersebut diperkirakan masih bisa ditekan ketika sudah dikembangkan menjadi produk massal.