Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Gempa 23 Januari 2018, Sebanyak 479 Rumah Rusak di Banten - Jabar

Data sementara BNPB hingga Selasa tengah malam, sedikitnya 479 rumah di Banten dan Jawa Barat rusak akibat gempa 23 Januari 2018 berpusat di Banten.

24 Januari 2018 | 05.40 WIB

Peta gempa bumi di 81 km Barat Daya Lebak-Banten, 23 Januari 2018. Bmkg.go.id
Perbesar
Peta gempa bumi di 81 km Barat Daya Lebak-Banten, 23 Januari 2018. Bmkg.go.id

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta -Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyatakan, sebanyak 479 rumah di wilayah Banten dan Jawa Barat rusak akibat gempa yang berpusat di Lebak, Banten. Jumlah kerusakan itu merupakan data sementara yang diperoleh BNPB sampai Selasa tengah malam, 23 Januari 2018 tadi.

Menurut Sutopo, sebagian kerusakan disebabkan lantaran konstruksi bangunan tak mampu menahan gempa. Padahal, Sutopo berpendapat, konstruksi bangunan yang tahan gempa mutlak diterapkan di Indonesia, khususnya Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Baca: Gempa Guncang Jakarta Diduga Aktivitas Sesar Cimandiri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Namun kenyataannya masih sangat minim rumah dan bangunan yang dibangun secara khusus mampu menahan gempa,” kata Sutopo dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 23 Januari 2018.

Akibatnya, kata Sutopo, banyaknya kerusakan bangunan dan korban jiwa tak terhindarkan setiap kali gempa berkekuatan cukup besar terjadi.

Misalnya, gempa berkekuatan 6,9 skala richter (SR) pada 15 Desember 2017 menyebabkan kerusakan di 8.860 rumah, 99 sekolah, dan 67 tempat ibadah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tak hanya itu, empat orang tewas dan 36 korban luka-luka. Kerugian dan kerusakan dari gempa itu mencapai Rp 250,76 miliar.

Sutopo mengingatkan, kerusakan dan adanya korban jiwa bukan dampak dari gempa, tapi karena konstruksi bangunan yang tidak kuat menahan gempa. Karena itu, masyarakat dan pemerintah diharapkan meningkatkan kewaspadaan. Beberapa hal yang perlu ditingkatkan, di antaranya persiapan dan mitigasi gempa, tata ruang, building code, dan kesiapsiagaan.

“Gempa tidak dapat diprediksi secara pasti. Iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) belum mampu memprediksi secara pasti kapan, di mana, dan berapa besar gempa akan terjadi,” jelasnya.

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengumumkan telah terjadi gempa tektonik berkekuatan 6,1 SR pada Selasa, 23 Januari 2018 siang. Gempa itu terjadi di wilayah Samudra Hindia, Selatan Jawa pukul 13:34:53 WIB.

Lani Diana

Menjadi wartawan Tempo sejak 2017 dan meliput isu perkotaan hingga kriminalitas. Alumni Universitas Multimedia Nusantara (UMN) bidang jurnalistik. Mengikuti program Executive Leadership Program yang diselenggarakan Asian American Journalists Association (AAJA) Asia pada 2023.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus