Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ilmu Matematika Geometri, ternyata merupakan salah satu sarana terapi fokus untuk siswa berkebutuhan khusus dengan multi disabilitas. Salah satunya disabilitas penglihatan yang disertai dengan disabilitas intelektual, khususnya yang memiliki defisit fokus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Hal ini karena Geometri adalah ilmu ruang dan bidang yang dapat diakses anak - anak dengan disabilitas penglihatan, jadi mereka bisa memegang bentuk bidangnya seperti kubus, limas, kerucut dan sebagainya, kemudian menerapkan rumus matematikanya, sehingga kegiatan ini dapat melatih fokus perhatian mereka," ujar Indah Lutfiah, Guru sekaligus Koordinator Bidang Ilmu Matematika dan Science Anak Tunanetra di Yayasan Mitra Netra, Sabtu, 19 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seperti diketahui sebelumnya, banyak anak Tunanetra menghindari pelajaran Matematika lantaran instruksinya mayoritas menggunakan simbol visual yang tidak dapat diakses oleh mereka.Kondisi ini menyebabkan siswa Tunanetra tidak memiliki pilihan yang lebih luas untuk memilih jurusan saat kuliah.
Konsekuensinya, banyak siswa Tunanetra tidak memiliki banyak pilihan untuk memilih jurusan saat kuliah.
Guna mengatasi keterbatasan akses dalam belajar mengajar matematika bagi siswa Tunanetra, diperlukan konsep khusus yang lebih mendalam dan penggunaan sarana penggambaran simbol matematika yang dapat diakses oleh siswa Tunanetra.Salah satunya penggunaan obyek nyata yang dapat diraba.
"Instruksi awal memulai pelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan bidang tiga dimensi untuk memulai perkenalan dan instruksi matematika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian," tulis Charles C. Thomas dalam website teachingvisuallyimpaired.com
Meski demikian, sebuah penelitian terbaru dari Jurnal Neuro Divergen Tahun 2022 tentang diskalkulia dan perkembangan neurotipikal menunjukkan persepsi visual terhadap angka (indra angka) sebagai dasar pembelajaran matematika tidak seluruhnya memiliki hasil yang mutlak. Pasalnya, peserta dengan ambang estimasi angka yang lebih rendah (presisi yang lebih tinggi) sering kali adalah mereka yang memiliki kemampuan matematika yang lebih tinggi.
Anehnya, peran persepsi angka dalam keterampilan matematika pada ADHD telah diabaikan, sehingga menimbulkan pertanyaan apakah kesulitan matematika pada ADHD juga berasal dari defisit angka visual.
Dengan demikian, siswa Tunanetra sebenarnya berpotensi untuk berkiprah dan memiliki performa yang baik dalam mata pelajaran matematika. Dengan catatan, dalam proses belajar matematika disediakan sarana pembelajaran yang adaptif, dan dapat diakses oleh Tunanetra.