Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Horas, setelah 34 th merdeka

Sionom hudon, adalah desa dimana pahlawan sisingamangaraja xii gugur ditembak oleh belanda, 73 th yang lalu. 28 juni 1980 ada upacara ziarah ke tempat tersebut. desa ini sekarang terpencil.

12 Juli 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SIONOM Hudon yang sepi mendadak terbangun. Desa seluas 14 km persegi ini terpencil di tengah hutan nun di sela-sela Pegunungan Bukit Barisan, dalam kawasan Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Tapanuli Utara (Sum-Ut). Hari itu, 28 Juni, sekitar 1.800 penduduk serentak bergembira. Rumah-rumah resik berkapur putih dan berhiaskan sang dwiwarna. Baru tahun lalu mengenal kendaraan bmotor. hari itu penduduk menyaksikan tak kurang dari 30 kendaraan berbagai jenis. Di tepi-tepi jalan, sepanjang 64 km dari Dolok Sanggul, beberapa anak kecil melambai-lambaikan tangan setiap kali mobil lewat. "Horas, horas!" teriak mereka. Sabtu pagi itu memang hari istimewa bagi Sionom Hudon: Ada upacara ziarah ke tempat Sisingamangaraja XII, pahlawan nasional itu, tertembak Kompeni Belanda 73 tahun lalu. Untuk itulah sebelumnya, selama sebulan penuh, penduduk membangun sebuah jalan secara gotong-royong. Jalan tanah itu dimulai dari kota Kecamatan Parlilitan menuju Pea Raja, bekas markas Sisingamangaraja XII, disamhung lagi ke Hutan Sindias di tepi Kali Sibulbulon, tampat sang pahlawan gugur (lihat box). Panjang seluruhnya 16 km dengan lebar rata-rata 4 meter Pemda Tapanuli Utara membantu peralatan seperti buldozer. Dalam upacara adat hari itu keluarga keturunan Sisingamangaraja XII menyerahkan ulos kepada 27 marga di sana. Selendang itu sebagai tanda penghargaan atas kesetiaan mereka kepada Sisingamangaraja XII yang bertahan di kawasan itu selama 22 tahun. Peringatan 73 tahun gugurnya Sisingamangaraja XII juga diselenggarakan pada 19 Juni di Balige, di tepi Danau Toba, dengan sebuah pesta kesenian. Dan dalam waktu dekat kabarnya akan diadakan juga di Medan. Itu semua diprakarsai oleh Lembaga Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII pimpinan G.M. Panggabean (pimpinan koran Sinar Indonesia Baru, Medan). Dalam pertemuan dengan gubernur, sejumlah pemuka adat minta: sekolah, saluran air, balai pengobatan dan sebagainya. Gubernur Tambunan mcmang belum menjanjikan sesuatu. Tapi ia tampak senang. "Kalau sudah begini, pembangunan bisa kita mulai," katanya. Pangdam II/Bukit Barisan Brigjen. M. Sanif juga tampak gembira. Ia menjanjikan pembangunan sebuah jembatan. Sionom Hudon memang sudah punya 4 jembatan. Tapi hanya dari kayu dan sifatnya pun darurat. Sejumlah anggota Zeni Bangunan Kodam 11 sudah mulai turun melakukan survei. Gubernur dan rombongan juga berziarah ke sebuah makam massal di puncak bukit, 4 km dari Pea Raja. Di sana dimakamkan para pengikut Sisingamangaraja XII. Makam itu sederhana, ukuran 3x4 meter, ditandai dengan batu-batu sungai. Untuk mencapai bukit itu harus melewati jalan setapak, menurun dan mendaki. Sionom Hudon terdiri dari 8 kampung. Sebagian besar penduduknya Suku Batak Dairi, hidup dari getah kemenyan yang disadap dari hutan yang melebat menutup desa. Menurut Maju Nahampun, sekretaris desa, sebulan tak kurang dari 4 ton kemenyan dihasilkan penduduk. Sawah ad juga, sekitar 120 ha. Belakangan ini penduduk mulai menanam kopi dan ternyata tumbuh subur. "Karena sulitnya mencapai daerah ini, bisa dimaklumi kalau Sisingamangaraja XII memilihnya sebagai basis gerilya," kata Gubernur Tambunan. Untuk ke sana misalnya, berangkat dari Medan jam 9.00, sampai di Sionom Hudon esok paginya jam 6.00. Gubernur Tambunan semula tak ada rencana ikut ziarah ke sana. Tapi setelah mendengar laporan mengenai gotong-royong penduduk membuat jalan, ia pun memutuskan berangkat. Di depan masyarakat dengan terus-terang Tambunan mengakui "Tolu pulu opat tahun merdeka, on do pe ro gubernur tu son tiga puluh empat tahun merdeka sekaranglah gubernur sampai ke mari."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus