TUBUHNYA yang besar dan tegap dengan tingginya yang kurang lebih
1.80 meter, membuat ia menonjol di tengah-tengah panglimanya.
Bila ia memakai ikat kepala, nampaknya lebih tinggi." Begitu
pelukis A. Si barani menggambarkan profil Sisingamangaraja dalam
bukunya Perjuangan Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII.
Sibarani pula yang melukis sosok pahlawan itu setelah mengadakan
serangkaian penelitian.
Perlawanan Sisingamangaraja dimulai ketika pemerintah Hindia
Belanda memutuskan mulai 1876 daerah Silindung dan sekitarnya
masuk dalam kawasan gubernemen dan harus tunduk pada perintah
residen di Sibolga.
Itu berarti merampas wilayah kekuasaan Sisingamangaraja. Singkat
kata, perlawanan rakyat pun berkobar. Risikonya Bakkara, pusat
pemerintahan Sisingamangaraja, dihancurkan Belanda.
Sisingamangaraja menyingkir. Setelah 30 tahun gagal menguber
pemimpin Batak ini Belanda pun menampilkan Kapten Christoffel.
Kapten ini mengerahkan sepasukan pelacak terdiri orng hitam
dari Afrika. Orang Batak Dairi menyebutnya si gurbak na biron,
alias si tubuh besar berkepala hitam. Dan dengan bantuan 3
pembantu Sisingamangaraja yang berkhianat, Chritoffel menemukan
persembunyian Siingamangaraja di sebuah gua 21 Juni 1907.
Gua di Sungai Sibulbulon memang tersembunyi. Dikelilingi hutan
lebat, bukit dan jurang. Pasukan Christoffel menyerbu juga ke
sana. Satu demi satu pengikut Sisingamangaraja gugur. Dengan
keris piso gajah dompak di tangan Sisingamangaraja melawan
didampingi, anaknya, Putri Lopian dengan pedang terhunus.
Sang putri tertembak dan gugur dalam pelukan ayahandanya.
Menurut Augustin Sibarani akhirnya, Pahlawan Sisingamangaraja
gugur oleh tembakan karabm Kopral Souhoka. Peluru menembus
kepala di bawah kupingnya. Sementara jenazah Putri Lopian
diserct dan dilempar ke jurang ayahandanya diangkut lewat Dairi
Sihotang, Harianboho, menuju Tarutung. Di sana pula ia
dimakamkan.
Begitu penting peristiwa itu hingga surat kabar Belanda, Deli
Courant, menurunkan berita utama dengan judul besar
Sisingamangaraja Gugur. Hampir setengah abad kemudian, 195 3,
pemerintah RI menetapkan Sisingamangaraja XII sebagai pahlawan
nasional. Dan kerangka jenaahnya dipindahkan ke Soposurung,
Balige, dengan monumen yang megah.
Dalam sejarah di Desa Sionom Hudon, 28 Juni lalu, hadir Pagohen
Nahampung. Kakek lumpuh yang nyaris berusia 100 tahun itu sejak
remaja mengikuti pamannya, Pabontar Barasa, mengirim bahan makan
sumbangan penduduk ke gua persembunyian Sisingamangaraja.
Ketika bercerita bagaimana Belanda mempertontonkan mayat
Sisingamangaraja keliling daerah, orang tua yang sudah keriputan
itu tak kuasa menahan tangisnya yang sesenggukan. "Saya sendiri
tidak sampai hati keluar rumah menyaksikan perbuatan Belanda
itu," tuturnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini