Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Pahlawan dari bahkara

Kisah gugurnya pahlawan sisingamangaraja xii. sisingamangaraja gugur bersama putrinya, augustin sibarini di gua dekat sungai sibulbulon, oleh pasukan belanda pimpinan christoffel.

12 Juli 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TUBUHNYA yang besar dan tegap dengan tingginya yang kurang lebih 1.80 meter, membuat ia menonjol di tengah-tengah panglimanya. Bila ia memakai ikat kepala, nampaknya lebih tinggi." Begitu pelukis A. Si barani menggambarkan profil Sisingamangaraja dalam bukunya Perjuangan Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII. Sibarani pula yang melukis sosok pahlawan itu setelah mengadakan serangkaian penelitian. Perlawanan Sisingamangaraja dimulai ketika pemerintah Hindia Belanda memutuskan mulai 1876 daerah Silindung dan sekitarnya masuk dalam kawasan gubernemen dan harus tunduk pada perintah residen di Sibolga. Itu berarti merampas wilayah kekuasaan Sisingamangaraja. Singkat kata, perlawanan rakyat pun berkobar. Risikonya Bakkara, pusat pemerintahan Sisingamangaraja, dihancurkan Belanda. Sisingamangaraja menyingkir. Setelah 30 tahun gagal menguber pemimpin Batak ini Belanda pun menampilkan Kapten Christoffel. Kapten ini mengerahkan sepasukan pelacak terdiri orng hitam dari Afrika. Orang Batak Dairi menyebutnya si gurbak na biron, alias si tubuh besar berkepala hitam. Dan dengan bantuan 3 pembantu Sisingamangaraja yang berkhianat, Chritoffel menemukan persembunyian Siingamangaraja di sebuah gua 21 Juni 1907. Gua di Sungai Sibulbulon memang tersembunyi. Dikelilingi hutan lebat, bukit dan jurang. Pasukan Christoffel menyerbu juga ke sana. Satu demi satu pengikut Sisingamangaraja gugur. Dengan keris piso gajah dompak di tangan Sisingamangaraja melawan didampingi, anaknya, Putri Lopian dengan pedang terhunus. Sang putri tertembak dan gugur dalam pelukan ayahandanya. Menurut Augustin Sibarani akhirnya, Pahlawan Sisingamangaraja gugur oleh tembakan karabm Kopral Souhoka. Peluru menembus kepala di bawah kupingnya. Sementara jenazah Putri Lopian diserct dan dilempar ke jurang ayahandanya diangkut lewat Dairi Sihotang, Harianboho, menuju Tarutung. Di sana pula ia dimakamkan. Begitu penting peristiwa itu hingga surat kabar Belanda, Deli Courant, menurunkan berita utama dengan judul besar Sisingamangaraja Gugur. Hampir setengah abad kemudian, 195 3, pemerintah RI menetapkan Sisingamangaraja XII sebagai pahlawan nasional. Dan kerangka jenaahnya dipindahkan ke Soposurung, Balige, dengan monumen yang megah. Dalam sejarah di Desa Sionom Hudon, 28 Juni lalu, hadir Pagohen Nahampung. Kakek lumpuh yang nyaris berusia 100 tahun itu sejak remaja mengikuti pamannya, Pabontar Barasa, mengirim bahan makan sumbangan penduduk ke gua persembunyian Sisingamangaraja. Ketika bercerita bagaimana Belanda mempertontonkan mayat Sisingamangaraja keliling daerah, orang tua yang sudah keriputan itu tak kuasa menahan tangisnya yang sesenggukan. "Saya sendiri tidak sampai hati keluar rumah menyaksikan perbuatan Belanda itu," tuturnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus