Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tan Malaka merupakan pahlawan revolusioner paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia. Ia lahir pada 2 Juni 1897 atau 127 tahun silam di Nagari Pandam Gadang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebagai seorang tokoh revolusioner, Tan Malaka terlibat dalam berbagai kegiatan politik dan aktivisme. Ia menjadi anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) dan terlibat dalam perjuangan melawan penjajah Belanda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam perjuangannya, Tan Malaka menjumpai halangan dan rintangan, mulai dari penangkapan dan pembuangan di Kupang, pengusiran dari negara Indonesia, seringnya konflik dengan Partai Komunis Indonesia hingga pernah diduga kuat sebagai dalang dibalik penculikan Sutan Sjahrir pada bulan Juni 1946.
Pada 7 November 1948 Tan Malaka membentuk partai Musyawarah Rakyat Banyak atau Murba, partai ini menganut pemahaman antifasisme, antiimperialisme, dan antikapitalisme. Setelahnya, Tan Malaka membentuk pasukan Gerilya Pembela Proklamasi guna melawan Belanda, tetapi tak mendapat dukungan TNI.
Namun, perjuangan Tan Malaka harus terhenti pada 19 Februari 1949, karena dianggap berpaham kiri. Ia bersama pengikutnya ditangkap di Kediri, Jawa Timur. Saat itu Tan Malaka dikabarkan dieksekusi mati dengan cara ditembak, kemudian jasadnya dimakamkan di Selopanggung, Kediri. kemudian dipindahkan di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat.
Pemikiran Tan Malaka jadi inspirasi Sukarno dan Bung Hatta membentuk Republik Indonesia
Perannya sebagai pemikir dan revolusioner telah menginspirasi banyak orang dan pengaruhnya masih terasa hingga saat ini. Salah satu karya yang menggambarkan perjalanan hidup dan pemikiran Tan Malaka adalah buku berjudul Dari Penjara ke Penjara.
Buku tersebut memberikan wawasan mendalam tentang pengalaman pribadinya, perjuangannya dalam mencapai kemerdekaan, dan pandangannya terhadap politik dan sosial di masa itu. Dalam buku itu, Tan Malaka mengungkapkan betapa pentingnya kesadaran politik dan persatuan dalam mencapai tujuan kemerdekaan.
Menurut resensi buku Tan Malaka: Dari Penjara ke Penjara yang dipublikasikan di ResearchGate, karya ini memberikan gambaran yang kuat tentang perjalanan hidup dan pemikiran Tan Malaka. Buku ini mengungkapkan betapa gigih dan berani Tan Malaka dalam melawan penjajahan, meskipun ia seringkali dipenjara dan menghadapi berbagai rintangan.
Sebelum berpulang, Tan Malaka sempat menulis beberapa karya yakni Naar de Republiek Indonesia, Tanah Orang Miskin di Het Vrije Woord edisi Maret 1920, Aksi Massa, Dari Penjara ke Penjara, Maifesto Jakarta, Rencana Ekonomi Berjuang, Pidato Purwokerto, Gerpolek: Gerilya, Politik, Ekonomi.
Buku Naar de Republiek Indonesia merupakan karya Tan Malaka yang menginspirasi Sukarno dan Bung Hatta membentuk Republik Indonesia. Sebab buku ini berisi konsep bangsa Indonesia dan perjuangan kemerdekaan pribumi untuk lepas dari kolonialisme. Maka itu, Tan Malaka mendapat julukan Bapak Republik Indonesia.
Pemikiran Tan Malaka sangat dipengaruhi oleh perjuangan rakyat dan semangat nasionalisme. Dia menekankan pentingnya perjuangan rakyat dalam mencapai kemerdekaan dan keadilan sosial. Pemikiran dan ide-idenya tentang demokrasi sosial dan anti-imperialisme sangat dihormati oleh tokoh-tokoh seperti Sukarno dan Mohammad Hatta.
Tan Malaka mendapatkan gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 53 yang ditandatangani pada 28 Maret 1963. Namun, diberitakan Tempo pada 10 September 2009, nama Tan Malaka sebagai pahlawan nasional kurang dikenal karena kebijakan rezim orde baru yang dianggap sebagai antek komunis.
KAKAK INDRA PURNAMA | PUTRI SAFIRA PITALOK | NAOMY AYU NUGRAHENI
Pilihan editor: 127 Tahun Tan Malaka, Sosok Pahlawan Revolusioner