Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Jenderal AH Nasution Pernah Borong Alutsista dari Uni Soviet

Pada 4 Maret 1961 Jenderal AH Nasution mencatat adanya pembelian alutsista Indonesia dari Uni Soviet.

6 Maret 2022 | 09.55 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 4 Maret 1961 menjadi sejarah yang mencatat adanya jual beli senjata alutsista atau alat utama sistem senjata yang dilakukan Indonesia dan Uni Soviet. Lalu apa saja senjata yang berhasil diborong Indonesia?

Dilansir dari Bisnis.com, pada 1961 Indonesia membeli senjata dari Uni Soviet untuk menjalankan Operasi Tri Komando Rakyat atau Trikora. Operasi Trikora merupakan konflik 2 tahun yang dilancarkan militer Indonesia untuk menggabungkan Irian Barat (Papua). Sebelumnya Indonesia telah mendatangi Amerika Serikat untuk menjalin kerja sama, namun tidak berhasil.

Pada Desember 1960, Jenderal AH Nasution pergi ke Moskow, Uni Soviet. Ia berhasil mengadakan perjanjian jual-beli senjata dengan pemerintah Uni Soviet. Proses negosisasi selesai pada 6 Januari 1961 dan membuahkan hasil. Nasution berhasil membawa alutsista dari Moskow menuju Jakarta.

Dalam misinya di Moskow, Nasution berhasil membawa alutsista senilai 450 juta dolar dengan mekanisme pembayaran dilakukan secara kredit berjangka 20 tahun dengan bunga 2,5 persen. Kebutuhan Angkatan Laut dan Angkatan Udara menempati slot utama dalam agenda pembelian tersebut.

Apa Saja Alutsista yang Diborong Jenderal AH Nasution dari Uni Soviet?

Adapun alutsista yang berhasil diborong oleh Jenderal AH Nasution, antara lain :
1. 12 kapal selam
2. Tank
3. Kapal roket cepat
4. Pesawat tempur
5. Helikopter
6. Peralatan amfibi

Sejarawan University of Connecticut, Bradley Simpsons menyebutkan keberhasilan misi Nasution berdampak besar terhadap pertarungan Perang Dingin. Meskipun Nasution yang antikomunis, ia tetap bersimpati atas jasa Uni Soviet memodernasi TNI.

Angkatan Udara mendapatkan pesawat jet tempur, pesawat pembom, dan sistem pertahanan udara beserta radarnya. Sedangkan untuk Angkatan Darat terbatas pada tank dan perlengkapan artileri. Indonesia masih terikat untuk melanjutkan pembelian senjata dari Uni Soviet pada bulan Juni 1961.

Dan, karena sistem persenjataan Soviet yang dialihkan untuk Indonesia memerlukan waktu dalam operasionalnya yang meliputi :
1. Proses pengiriman
2. Persiapan pangkalan udara dan laut
3. Pelatihan teknisi

Beberapa diantaranya seperti pesawat bomber jarak menengah TU-16 dan pesawat jet tempur MIG-21. Untuk mengimbangi Kareel Doorman, Indonesia memesan sebuah kapal penjelajah Soviet yang kemudian dinamai KRI Irian berbobot 16640 ton. Tak ayal lagi, kekuatan militer Indonesia pada saat itu merupakan yang terkuat di belahan bumi bagian selatan.

Menurut Johannes Soedjati Djiwandono dalam Konfrontasi Revisited: Indonesia Foreign Policy Under Soekarno, Indonesia menjadi satu-satunya negara Asia yang memperoleh senjata berat alutsista termutakhir dari Uni Soviet. Beberapa di antaranya seperti pesawat bomber jarak menengah TU-16 dan pesawat jet tempur MIG-21. Untuk mengimbangi Kareel Doorman, Indonesia memesan sebuah kapal penjelajah Uni Soviet yang kemudian dinamai KRI Irian berbobot 16640 ton. Karena itu, kekuatan militer Indonesia pada saat itu merupakan yang terkuat di belahan bumi bagian selatan.

RINDI ARISKA 

Baca: Pengamat Militer Bicara Dampak Perang Rusia - Ukraina ke Alutsista TNI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus