Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Nusa

Tarian Adu Kepala Khas Bima Tampil di Festival Rimpu Mantika

Tarian Ntumbu Tuta atau adu kepala mengisi Festival Rimpu Mantika di Kota Bima pada 24-26 April 2025.

26 April 2025 | 22.10 WIB

Atraksi tarian Ntumbu Tuta di Festival Rimpu Mantika, Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, Sabtu, 26 April 2025. (Dinas Pariwisata Kota Bima)
Perbesar
Atraksi tarian Ntumbu Tuta di Festival Rimpu Mantika, Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, Sabtu, 26 April 2025. (Dinas Pariwisata Kota Bima)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Bima - Dana mbojo atau tanah Bima mempunyai berbagai tradisi unik. Salah satunya adalah tarian Ntumbu Tuta. Tarian adu kepala tersebut ditampilkan dalam Festival Rimpu Mantika di Kota Bima pada 24-26 April 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tarian tersebut diiringi dengan musik tradisional. Tarian adu kepala itu hanya bisa dilakukan dari satu keturunan dan tidak bisa dilakukan atau diwariskan pada orang lain. Tarian itu berasal dari Desa Ntori, Kecamatan Wawo, Kabupaten Bima.

Safia, salah satu keluarga penari Ntumbu Tuta, mengatakan keahlian itu terus diturunkan secara turun temurun dari satu darah. Tujuannya agar tidak punah dan terus lestari. “Kami sekeluarga saja yang bisa melakukan itu, orang lain tidak bisa,” katanya usai pertunjukan di Lapangan Sarasuba pada Sabtu, 26 April 2025.

Sebelum memulai tari adu kepala, penari melakukan ritual terlebih dahulu. Ritual yang dilakukan seperti memberikan air atau menyapi air yang sudah dibacakan doa pada bagian kepala.

"Bagi yang sudah diusap dan diajak terlibat bermain, harus beradu kepala," ujarnya. "Jika tidak, maka akan mengalami gatal-gatal hingga sepekan, kecuali sang guru mengusapkan lagi air di kepalanya."

Saat Ntumbu Tuta dilakukan, satu sama lain saling membenturkan kepala ketika aba-aba sudah diberikan. Semua penari, awalnya berlenggak lenggok diiringi musik tradisional.

Setelah itu, dua orang penari menyiapkan diri untuk mengadu kepala. Posisi mereka mesti menunduk dan memasang kuda-kuda sebelum beradu kepala.

Sebagian penari, kata dia, terlihat tidak puas setelah kepala mereka diadu. Sehingga sebagian penari kerap mencari tiang besi untuk membenturkan kepala mereka.

Meski beradu dengan besi, kata dia, kepala para penari tidak terluka. “Biasa saja, malah rasanya semakin enak kepala ini kalau terus dibenturkan,” kata Safia.

Usia pemain Ntumbu Tuta tidak dibatasi, siapa pun anggota keluarga yang masih satu keturunan bisa langsung diwariskan. Termasuk usia sekolah dasar. “Kalau ada yang lain mengaku kuat adu kepala, ayo kita coba,” ujarnya.

Supriadi, salah satu keluarga yang ikut mewarisi tradisi ini mengaku tidak mudah mengumpulkan para pemain. Padahal berbagai undangan pertunjukkan sudah disebarkan, termasuk lewat Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. "Tapi tetap tidak mudah, mungkin karena kesibukan masing-masing," ujarnya.

Kepala Bidang Promosi Pariwisata Kota Bima Buana Eka Putra mengatakan salah satu upaya melestarikan kebudayaan daerah adalah dengan melakukan festival ini. Festival ini akan dijadikan agenda tahunan mereka untuk melestarikan tradisi khas Bima tersebut.

Selain tarian adu kepala, Festival Rimpu Mantika juga menampilkan tari Wura Bongi Monca, Pementasan Makatua, Kasaro, Buja Kadanda, Kalero, Ampa Fare, Kalondo Fare. "Kami berharap festival ini bisa diagendakan setiap tahun," ujarnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus