Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
AMIEN Rais kelimpungan. Bukan lantaran banyak yang protes atas sikapnya mengisi Wakil Ketua MPR yang lowong belum lama ini, melainkan karena soal remeh-temeh: sebagai tuan rumah, ia rikuh tak bisa menghidangkan santap malam sebanyak tamu yang datang. Dari perkiraan 25 orang yang hadir, ternyata membengkak sampai hampir dua kali lipat. Toh, pertemuan para tokoh penting itu memang tak menyoal jatah dan menu makanan, tapi menggunjing ihwal yang jauh lebih urgen: situasi politik domestik.
Jadilah pertemuan itu gayeng. Sejumlah orang partai hadir di kawasan Widya Chandra, Gatot Subroto, Jakarta, Rabu dua pekan lalu itu. Kebanyakan mereka memang dari partai Islam dan ormas Islam. Dua pembicara tamu dihadirkan: mantan Menteri Pertahanan yang ahli tata negara dan juga Wakil Ketua Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Mahfud Md.; dan Ketua Mahkamah Agung Bagir Manan. Sesuai dengan agenda, topik pembicaraan berkisar soal amandemen konstitusi. Tapi nyatanya topik berkembang luas mengkritik pemerintahan kini.
Forum tak resmi itu lalu ditanggapi beragam. Ada yang kemudian menggelindingkannya sebagai kaukus para pemimpin partai yang menyiapkan strategi suksesi mendatang. Apalagi pemilu sudah dekat. Pemilihan presiden tengah diperdebatkan. Ditambah lagi di sana ada figur Amien Rais, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), yang langkah-langkahnya sering berpengaruh dalam perubahan politik di negara ini: lengsernya Presiden Soeharto akibat arus reformasi, gagalnya Habibie mempertahankan kekuasaan, hingga jatuhnya Presiden Abdurrahman Wahid.
Amien tak membantah bahwa kaukus bisa terbentuk. Apalagi jika pertemuan rutin dua mingguan itu akan berlanjut terus sampai enam bulan ke depan. "Pertemuan itu jelas ada implikasi politiknya. Malah, bila saya katakan 'tidak', berarti saya tidak jujur," katanya. Diskusi sebelumnya diadakan di rumah Achmad Tirtosudiro, Ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA), dan di kediaman Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Jusuf Kalla. Keduanya, selain tokoh Golkar, juga petinggi di Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), organisasi yang pernah dipimpin eks presiden Habibie. "Kami memang yang memelopori forum itu," kata Ketua ICMI, Achmad Tirtosudiro. Amien adalah juga Ketua Dewan Pakar ICMI.
Karena itu, tak ada salahnya kalau disebut "forum ICMI plus". Sejumlah tokoh muslim terkemuka lainnya ikut pula terlibat, termasuk Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Alimarwan Hanan, yang akarnya dari PPP. Selain dari PAN, ada juga beberapa figur Partai Bulan Bintang, Partai Keadilan, dan PKB dari garis Alwi Shihab dan Gus Dur. Saifullah Yusuf, Sekjen PKB, rame-rame hadir bersama sejumlah rekan partainya. Banyak yang curiga bahwa kaukus ini akan mengganggu Mega. "Enggaklah, masih terlampau dini. Kami cuma mau menggoda," kata seorang peserta.
PKB ikut kaukus? Ada yang menyebut partisipasi itu sebagai "tanda terima kasih". Amien memang pernah berjasa memilih K.H. Cholil Bisri sebagai Wakil Ketua MPR. Sikap ini membuat gusar Matori Abdul Djalil, Ketua PKB yang berseberangan dengan Gus Dur-Alwi. "Kami sih tak serius, tapi bolehlah, itung-itung nempeleng Matori," kata seorang tokoh PKB. "Tapi, kalau diminta mendukung Amien, kalkulasinya lain lagi," kata Arifin Junaidi, Sekretaris Dewan Syuro PKB. Mereka bilang terlampau murah jika dukungan itu dikaitkan dengan jasa baik Amien tersebut.
Kalkulasinya bisa panjang, memang. Yang jelas, ajang pertemuan itu sampai pula menjalar ke Jenggala, Jakarta Selatan. Ini rumah Arifin Panigoro, Ketua Fraksi PDIP di MPR, yang selama ini jadi markas forum lintas fraksi di parlemen. Merekalah, dikomandoi Arifin, yang selama ini ikut menggasak ketika Gus Dur berkuasa, dan mendongkrak naiknya Presiden Megawati. Kelompok yang didominasi orang-orang PDI Perjuangan ini boleh dikata seratus persen benteng Mega. Kebetulan mereka memang aktif bertemu untuk berjaga-jaga kalau ada yang mengganjal pidato si Ibu pada Sidang Tahunan MPR, Agustus nanti.
Forum Jenggala sempat heran dengan acara Amien cs itu. "Kami terkaget-kaget dengan langkah zigzag Pak Amien, sehingga lobi-lobi kian kami galakkan," kata orang dekat Megawati yang aktif di lintas fraksi. Kolega yang digandeng tak lain adalah sekutu di kabinet, PPP. Karena itulah Alimarwan Hanan, yang juga sekjen partai berlambang Ka'bah itu, lalu khusus diundang dalam temu Jenggala, Selasa malam pekan lalu. Ia diminta menjelaskan maksud di balik kongko-kongko tokoh ormas dan politisi Islam itu. Ali mungkin akan jadi tuan rumah putaran berikutnya, awal Juni nanti. "Pertemuan ini akan dipertahankan sebagai semacam OTB, organisasi tanpa bentuk," kata Achmad.
Wajar jika PDIP kebakaran jenggot. Mereka memang tidak diundang dalam tiga kali pertemuan yang dipersiapkan Jimly Ash-Shiddiqy, Wakil Sekretaris ICMI dan pengurus Habibie Center itu. Agar kesannya tak resmi, undangan sengaja tak pakai kop surat dan tak dibubuhi stempel. Motornya itulah yang bikin deg-degan, ternyata Amien Rais, yang dinilai oleh politisi banteng bibir putih ini "cukup cerdas menggiring bola politik".
Faktor sektarian, geng Habibie, ICMI plus, juga sejumlah tokoh Islam itulah yang diwaspadai PDIP. Serangan balik dari komunitas partai Islam? Bukankah PDIP pernah berperan penting saat kejatuhan Habibie dengan menolak pidato pertanggungjawabannya? Sejarah mencatat betapa bandul suara Poros Tengah di MPR, yang dimotori Amien, sukses mengusung Gus Dur menggusur Mega saat pemilihan presiden tempo hari. Tapi Amien membantah bahwa tindakannya akan merepotkan Mega. "Saya pasang badan agar Mega tetap bertahan sampai 2004," katanya kepada TEMPO.
Jaminan Amien ini masih diyakini tokoh Fraksi PDIP seperti Herry Achmadi dan Tjahjo Kumolo. "Kami percaya bahwa Pak Amien masih commit dengan ucapannya itu," kata Tjahjo. Toh, putaran berikutnya akan mengundang tokoh-tokoh "nasionalis-sekuler" PDI Perjuangan. Ketua Bappenas Kwik Kian Gie, yang juga dedengkot partai dengan kursi terbanyak itu, akan jadi pembicara utama. Repotnya, seperti diakui aktivis Jenggala, banyak politisi muda di kaukus Amien itu yang berupaya menggiring forum seperti koalisi "Poros Tengah plus". "Apalagi jika mereka punya agenda tersembunyi," kata Tjahjo. Ini berarti Banteng harus siaga jika dikandangkan.
W.M., Bina Bektiati, Arif Kuswardono, Edy Budiyarso
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo