Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

politik

Kembali Gibran Banjir Singkatan dan Istilah Saat Debat Cawapres, Greenflation sampai B35 - B40

Gibran masih banjir istilah dan singkatan dalam debat cawapres Pilpres 2024 di JCC, Jakarta, Ahad malam, 21 Januari 2024. Apa saja?

22 Januari 2024 | 17.16 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Calon wakil presiden atau cawapres nomor urut dua Gibran Rakabuming Raka terpantau masih menggunakan sejumlah istilah asing dan singkatan dalam debat capres cawapres keempat Pilpres 2024 yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Ahad malam, 21 Januari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lantas istilah asing dan singkatan apa saja yang digunakan Gibran dalam debat cawapres Pemilu 2024?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Komisi Pemilihan Umum atau KPU sebelumnya telah melarang kandidat menggunakan istilah asing dan singkatan sejak debat ketiga pada Ahad malam, 7 Januari 2024 lalu. Ketua KPU Hasyim Asy’ari mengatakan hal itu berdasarkan hasil kesepakatan dan evaluasi dari debat cawapres pada Jumat, 22 Desember 2023. Dalam debat tersebut, Gibran melontarkan pertanyaan kepada cawapres nomor urut satu, Muhaimin Iskandar menggunakan istilah asing yang disingkat.

Gibran bertanya tentang langkah Cak Imin, julukan Muhaimin Iskandar, bagaimana menaikkan peringkat Indonesia di SGIE atau State of Global Islamic Economy. Namun Gibran tak menjelaskan kepanjangan istilah SGIE tersebut. Muhaimin mengaku tak memahami istilah tersebut dan balik bertanya kepada Gibran. Pertanyaan Gibran kemudian menuai polemik dan dituding sebagai jebakan.

Berikut sederet istilah asing dan singkatan yang digunakan Gibran dalam debat capres keempat Pilpres 2024

1. RMU

Gibran terindikasi melanggar aturan dalam debat Cawapres dengan menggunakan istilah singkatan. Gibran menggunakan istilah RMU saat mengemukakan pendapat kepada Muhaimin Iskandar tentang strategi paslon menghadapi dampak perubahan iklim terhadap gizi. Adapun RMU adalah Rice Milling Unit. Namun Gibran tak menjelaskan kepanjangan singkatan itu.

Dalam sesi tersebut, Gibran mengatakan, kunci menghadapi perubahan iklim terhadap gizi pangan adalah ekstensifikasi dan intensifikasi lahan. Di mana, kata dia, hal ini telah dilakukan pada pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam membangun pabrik pupuk di Fakfak, Papua Barat.

“Kuncinya pupuk, dan pupuk harus didekatkan dengan lahan pertanian, otomatis produktivitas akan meningkat dan jangan lupa mekanisasi. Kita pengin meningkatkan produktivitas para petani pakai RMU, pakai combine harvester,” kata putra sulung Presiden Jokowi ini.

2. Greenflation

Saat melayangkan pertanyaan kepada Cawapres nomor urut tiga, Mahfud Md, Gibran kembali menggunakan istilah asing, yakni greenflation, tanpa memberikan penjelasan. “Bagaimana cara mengatasi greenflation? Terima kasih,” kata Gibran. Sosok yang juga Wali Kota Solo ini kemudian mendapatkan teguran dari moderator debat.

Moderator mengingatkan Gibran untuk menjelaskan terminologi atau singkatan yang diucapkan. Pengendali acara itu juga mengingatkan waktu yang tersisa untuk bertanya masih cukup panjang. “Masih ada waktu, bapak Gibran, kami sampaikan kembali, terminologi atau singkatan mohon untuk dijelaskan. Masih ada waktu, silahkan dilanjutkan,” kata Moderator.

Menanggapi teguran tersebut, Gibran berkelakar dengan mengatakan bahwa Mahfud Md merupakan seorang Profesor. Sehingga pihaknya tidak perlu memberikan penjelasan. “Ini tadi enggak saya jelaskan karena ‘kan beliau kan seorang Profesor. Oke, greenflation ini adalah inflasi hijau, sesimple itu,” kata Gibran.

3. B35 dan B40

Istilah singkatan lain yang digunakan Gibran adalah B35 dan B40. Menurut Gibran, Indonesia berhasil menurunkan nilai impor minyak melalui energi terbarukan seperti B35 dan B40. “Sekarang sudah terbukti dengan adanya B35 dan B40. Ini sudah mampu menurunkan nilai impor minyak kita, meningkatkan nilai tambah produksi sawit di dalam negeri dan juga lebih ramah lingkungan,” kata Gibran.

B35 dan B40 adalah campuran bahan bakar nabati dari minyak kelapa sawit, dengan kadar 35 persen untuk B35 dan 40 persen untuk B40. sementara 65 persen sisanya dari Bahan Bakar Minyak (BBM) solar. Minyak ini merupakan program dari Kementerian ESDM untuk meningkatkan penyediaan energi bersih secara berkelanjutan.

4. LFP

Gibran juga menggunakan istilah singkatan saat bertanya kepada Muhaimin ihwal nikel. Dia mengatakan paslon nomor urut satu dan tim suksesnya sering menggaungkan pengganti nikel, lithium ferrophosphate atau LFP. Gibran lalu mempertanyakan apakah kubu AMIN termasuk antinikel.

“Paslon nomor urut 1 dan tim suksesnya ini sering menggaungkan LFP, saya enggak tahu ini pasangan nomor urut 1 ini antinikel atau bagaimana?” ujar Gibran.

Moderator debat lantas mempersilakan Gibran untuk menjelaskan istilah LFP. Gibran mengatakan akan memberikan penjelasan jika pertanyaannya belum jelas. Pasalnya, istilah ini sudah sering diungkapkan oleh Timnas AMIN. Sehingga menurut Gibran istilah LFP bukan hal asing bagi Muhaimin. “Akan saya gunakan apabila pertanyaan belum jelas. Bagaimana Gus Muhaimin? Saya jelaskan juga enggak apa-apa,” kata Gibran.

Gibran lalu menjelaskan bahwa LFP adalah lithium ferrophosphate.

“Apa?” kata Cak Imim.

“Lithium ferrophosphate. Itu sering digaungkan oleh Pak Tom Lembong (Co-Captain Timnas AMIN) itu,” jawab Gibran.

“Litium?” sahut Cak Imin.

“Lithium ferrophosphate,” ujar Gibran.

Muhaimin lantas menjawab pertanyaan Gibran bahwa etika lingkungan perlu dalam menentukan apa pun kebijakan yang berhubungan dengan penggunaan sumber daya alam (SDA).

“Prinsipnya sederhana. Semua kembali kepada etika, Pak Gibran. Etika itu adalah etika lingkungan. Apa pun yang menjadi kebijakan kita, menyangkut produksi pengambilan tambang, SDA, juga apa pun yang kita gunakan seluruh potensi bangsa ini rujukannya adalah etika lingkungan,” ujar Muhaimin.

5. Smart farming dan IoT

Gibran juga menggunakan istilah asing dan singkatan tanpa memberikan penjelasan saat membahas keinginannya melibatkan generasi muda dalam sektor pertanian dengan smart farming atau pertanian pintar. Gibran menuturkan, anak muda kudu digandeng untuk masuk di sektor pertanian. Dia mencontohkan program Petani Milenial di Jawa Barat.

“Kami ingin melibatkan generasi muda melalui smart farming, pakai IoT (Internet of Things) untuk melihat pH (derajat keasaman) tanah, kesuburan tanah,” ujar Gibran.

6. PTSL

Gibram mengatakan akan melanjutkan agenda reformasi agraria dan meningkatkan anggaran dana desa. Antara lain Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL), redistribusi tanah, hingga one map policy kebijakan satu peta untuk mengatasi masalah kepemilikan tanah. Saat menyebut PTSL dan one map policy, Gibran tak menjelaskan kepanjangan istilah ini.

“Juga terkait kepemilikan tanah dan juga pemanfaatan tanah yang lebih berkeadilan, Program PTSL, redistribusi tanah, dan one map policy akan dilanjutkan,” ujar Gibran.

HENDRIK KHOIRUL MUHID  | RIRI RAHAYU | HAN REVANDA PUTRA | AMELIA RAHIMA SARI | ANTARA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus