Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gempa bumi berkekuatan 7,4 Magnitudo mengguncang wilayah pantai Laut Jepang, Jepang Tengah pada awal tahun 2024. Otoritas bencana setempat kemudian segera mengeluarkan peringatan tsunami.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain bencana pada Senin, 1 Januari 2024, berdasarkan catatan Tempo, Jepang beberapa kali menghadapi gempa besar di atas 5 skala Richter (SR) sejak Maret 2011. Beberapa di antaranya pada 11 Maret 2011 (8,8 SR), 23 Juni 2011 (6,7 SR), 10 Juli 2011 (7,1 SR), dan 8 November 2011 (6,8 SR).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lantas, kenapa Jepang sering dilanda gempa bumi?
Alasan Gempa Bumi Sering Terjadi di Jepang
Dilansir dari situs Kids Web Japan, tepat di bawah permukaan bumi terdapat lapisan batu besar yang disebut sebagai lempeng tektonik dengan tebal sekitar 70 kilometer. Lempeng-lempeng itu bergerak 1-2 inci setiap tahun, sehingga menimbulkan distorsi pada permukaan bumi.
Ketika distorsi menjadi cukup besar, gaya di dalam perut bumi mencoba memperbaikinya, sehingga menyebabkan lempeng bergerak secara tiba-tiba. Gempa bumi menjadi akibat dari guncangan yang terjadi kemudian.
Gempa bumi paling sering terjadi ketika dua lempeng atau lebih bertemu. Alasan gempa bumi sering terjadi di Jepang karena sejumlah lempeng itu menyatu di bawah permukaan Negeri Sakura.
Badan Meteorologi Jepang (JMA) mencatat ada sekitar 5.000 gempa bumi kecil yang terjadi setiap tahun di Jepang. Kekuatannya pun bervariasi mulai dari 3,0 hingga 5 Magnitudo atau bahkan lebih. Lantaran berada di zona seismik dan vulkanik paling aktif di dunia, tak ayal Jepang sering kali diguncang gempa bumi dan aktivitas vulkanik.
Terletak di Area Cincin Api Pasifik
Dinukil dari Live Science, gempa yang sering terjadi di Jepang disebabkan oleh letak geografisnya yang masuk dalam area Cincin Api Pasifik, yaitu wilayah yang dilalui oleh lempengan api di bawah permukaan bumi. Disebut sebagai cincin karena zona itu berbentuk tapal kuda imajiner yang mengikuti tepi Samudra Pasifik.
Negara-negara yang berada di zona tersebut akan banyak menghadapi gempa bumi dan letusan gunung berapi, termasuk Indonesia. Lempeng Pasifik dan lempeng laut Filipina diketahui sebagai lempeng paling aktif dibandingkan lempeng-lempeng lain di dunia.
Jepang sendiri berdiri di atas kedua lempeng tersebut. Sebagai negara kepulauan, titik gempa bumi di Jepang yang sering kali berlokasi di lepas pantai memicu terbentuknya tsunami.
Seorang ahli Geofisika dari US Geological Survey (USGS) Douglas Given menjelaskan, terdapat beberapa lempeng tektonik yang berpotensi saling bertabrakan di dalam Cincin Api Pasifik. “Permukaan bumi terbagi sekitar 12 atau lebih potongan besar yang seluruhnya bergerak dan saling berinteraksi,” ucapnya.
Cara Jepang Atasi Dampak Gempa
Untuk menurunkan dampak gempa bumi di masa depan, para ilmuwan di Jepang mempelajari cara untuk memprediksi bencana alam dengan lebih akurat. Banyak orang yang juga mulai mendirikan bangunan lebih tahan terhadap gempa bumi. Pemerintah Metropolitan Tokyo melakukan pemeriksaan berkala terhadap keamanan bangunan di zona bahaya yang telah ditetapkan.
Banyak pemerintah daerah setempat yang telah menerapkan langkah-langkah mitigas bencana, mencakup pengaturan lalu lintas, penutupan bank dan department store, serta evakuasi penduduk. Sedangkan di sekolah dan tempat kerja, latihan evakuasi diadakan beberapa kali dalam setahun.
Sementara itu, menurut MOFA, berikut beberapa upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Jepang dalam menghadapi gempa bumi dan bencana alam lainnya:
- Memasang sistem peringatan dini pada ponsel pintar penduduk yang dibuat oleh JMA serta Institut Penelitian Nasional untuk Ilmu Bumi dan Pencegahan Bencana sejak 2007 lalu.
- Menyediakan aplikasi Layanan Papan Pesan Bencana dan berbagai aplikasi tanggap darurat lainnya.
- Di Tokyo, pemerintah daerah menerbitkan buku berjudul Tokyo Bosai (pencegahan bencana) yang dibagikan secara gratis kepada setiap rumah tangga dan dapat diunduh di situs resmi Pemerintah Metropolitan Tokyo.
- Menggunakan “Sistem Drone Mata Ketiga” yang berfungsi untuk mendeteksi orang melalui pencitraan inframerah termal dalam operasi penyelamatan.
- Menggunakan robot penyelamat Quince yang dapat memasuki lokasi berbahaya, seperti fasilitas bawah tanah bangunan.
- Memakai sistem yang dipelopori oleh Universitas Tohoku untuk menentukan ketinggian, jumlah orang dalam jangkauan, dan skala kerusakan bangunan akibat tsunami yang terjadi setelah gempa bumi skala besar di Jepang.
MELYNDA DWI PUSPITA