Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Mahasiswa Unpad Buat Sedotan dari Kulit Larva Lalat, Ini Kelebihannya

Mahasiswa Universitas Padjadjaran atau Unpad membuat produk sedotan ramah lingkungan dari selongsong (exuviae) kulit larva lalat.

18 Oktober 2023 | 12.11 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Mahasiswa Universitas Padjadjaran atau Unpad membuat produk sedotan ramah lingkungan dari selongsong (exuviae) kulit larva lalat jenis black soldier fly (BSF). Pembuatan produk tersebut bertujuan untuk mengurangi limbah sampah plastik yang ada di Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berlabel Exustraw, produk yang berhasil memperoleh pendanaan dalam Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek ini dibuat oleh Rico Sulaeman (Faperta), M. Ribhan Hadiyan (FMIPA), Fathan Fauzan (FPIK), Regita Damayanti (FPIK), dan R. Roro Zakiah (FPIK). Mereka dibimbingan oleh dosen Fakultas Pertanian Unpad Yani Maharani.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dikatakan Rico, saat ini, telah banyak produk sedotan ramah lingkungan yang dibuat dengan memanfaatkan bahan pangan. Namun, belum banyak sedotan ramah lingkungan yang dibuat dengan memanfaatkan selongsong kulit larva BSF.

Di Indonesia sendiri, sudah banyak inovasi sedotan ramah lingkungan yang biasanya terbuat dari bahan pangan, seperti tebu, beras, gandum, dan lain sebagainya. Bahkan, beberapa sedotan tersebut bisa dimakan.

"Namun, bahan pangan tersebut masih bisa dikonsumsi manusia. Maka dari itu, kami berinovasi menciptakan sedotan ramah lingkungan dari bahan yang belum banyak dimanfaatkan. Salah satunya exuviae atau selongsong BSF,” ungkap Rico dilansir dari situs Unpad pada Rabu, 18 Oktober 2023.

Pembuatan produk Exustraw ini melewati proses yang panjang. Proses tersebut, mulai dari pencucian exuviae BSF, pengeringan, penghalusan, hingga pembentukan sedotan dari hasil ekstraksi kitosan. “Proses pembuatannya diawali dengan pencucian exuviae BSF. Kemudian, exuviae BSF dikeringkan dan dihaluskan. Setelah itu, dilakukan proses ekstraksi kitosan, " ujar Regita.

Kitosan yang didapatkan dari proses ekstraksi dijadikan bahan baku pembuatan bioplastik dengan beberapa bahan pendukung. Terakhir, plastik yang terbentuk digulung dan di-coating dengan beeswax.

Produk Exustraw sendiri memiliki beberapa kelebihan. Salah satunya adalah bersifat biodegradable, yakni dapat terurai oleh tanah dalam kurun waktu kurang dari tujuh hari. Lebih lanjut, para mahasiswa pembuat Exustraw menaruh sejumlah harapan.

Ke depannya, mereka berharap Exustraw dapat dikembangkan lebih lanjut agar bisa menggantikan sedotan plastik yang kini masih menjadi salah satu penyumbang sampah plastik di Indonesia. "Pengembangan lebih lanjut dari sedotan ini agar bisa menjadi pengganti sedotan plastik dan menambah value dari exuviae BSF,” ungkap Regita.

Devy Ernis

Devy Ernis

Bergabung dengan Tempo sejak April 2014, kini staf redaksi di Desk Nasional majalah Tempo. Memimpin proyek edisi khusus perempuan berjudul "Momen Eureka! Perempuan Penemu" yang meraih penghargaan Piala Presiden 2019 dan bagian dari tim penulis artikel "Hanya Api Semata Api" yang memenangi Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2020. Alumni Sastra Indonesia Universitas Padjajaran.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus