Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Maninjau Tak Sunyi Lagi

Pembangkit listrik tenaga air maninjau diresmikan. mendapat kresit bank pembangunan asia rp 9 milyar. mulai studi kelayakan hingga pelaksanaan pembangunan ditangani oleh tenaga indonesia.

14 Agustus 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AIR yang bening di danau Maninjau, tiba-tiba nampak keriting. Hujan lebat. Sesaat sebelumnya. serentetan letusan dinamit memecah kesunyian. Batu gunung dibelah, hutanpun dirambah. Inilah hari-hari pertama Maninjau menguak sejarah baru: tanda akan berdirinya sebuah pusat listrik tenaga air di hulu Batang Antokan Alat-alat besar janda proyek Batang Agam diboyong ke sini. Mestinya proyek Maninjau ini memang bakal digarap dengan alat serba baru, berdasarkan kredit dari Bank Pembangunan Asia. Tapi itu baru akan muncul awal tahun depan. "Untuk tidak membuang waktu, apa yang bisa dikerjakan kita kerjakan sekarang", ujar Ismed Ramli -- jurubicara PLN Pembangunan II Sumbar-Riau. Mengenai adanya pusat listrik yang berlokasi di Maninjau ini. kampung halaman Prof Hamka, tak urung beliau berkomentar: 'Satu hal yang belum terbayangkan di zaman nenek moyang dulu". Dalam kotbahnya bulan Juni lalu di TV-RI Jakarta. Buya menyinggung perkara manusia sebagai pelaksana kebudayaan sebagai khalifah Tuhan di bumi. Dan untuk sekedar contoh, antaranya Hamka menunjuk orang yang mengerjakan proyek listrik sebagai berbuat amal-saleh. "Saya dengan hormat menyebut namanya: Yanuar Muin. Dengan keinsinyurannya dibukanya praktek, dibuatnya pembangkit tenaga listrik Batang Agam. Berhasil. Sehingga Menteri PUTL sendiri dengan terharu medukungnya" . Yanuar Muin memang telah digendong oleh Menteri Sutami, ketika peresmian PLTA Batang Agam akhir April lalu. Malahan pada hari yang sama Menteri Sutami langsung bertolak ke Maninjau, meresmikan awal pembangunan PLTA Maninjau. Sutami Bernazar Tentu ada cerita di balik berita itu. Begini. Proyek Batang Agam itu tadinya hampir merupakan proyek putus asa, tatkala nyaris dicoret dari agenda Pelita I. Maka selain upaya pejabat daerah, tak kurang dari Menteri PUTL sendiri yang gigih untuk mewujudkannya. Seperti diketahui akhirnya PLTA Batang Agam itu digarap dengan alat-alat bekas Cikalong, Riam Kanan dan Jatiluhur. Hampir tak masuk akal karena peralatannya serba sederhana. (TEMPO 1 Oktober 1974). Tapi kondisi yang serba terbatas itu justru mengandung hikmah. "Dari proyek Batang Agam it, kita beroleh manfaat penting, yaitu adanya rasa percaya pada diri sendiri" tutur Yanuar. Ia menjelaskan selain yang juga dipetik dari pengalaman selama mengerjaknl PLTA Batang Agam: "Kini telah lahir 145 tenaga terdidik di lapangan yang tadinya bermula sebagai nol". Dan kenyataan itu pula ia menaruh harapan bahwa dari proyek Maninjau ini kelak akan tercipta lebih banyak lagi tenaga terdidik dan trampil. Sehingga bila proyek Asahan. misalnya ingin bikin terowongan."kita sanggup mengerjakan kalau diminta. Kini dari proyek Maninjau inipun ada segi yang menarik. Yaitu: pengkajian kemungkinannya (feasibility study) tulen buatan tenaga Indonesia. Ini jelas merupakan prestasi yang masih jarang di Republik ini. Meski sempat jadi bahan cemooh pada mulanya, tapi fihak Bank Pembangunan Asia (ADB) akhirnya mengakui akan mutu karya Yanuar dan kawan-kawan itu. Buktinya: limpahan kredit Rp 9 milyar lebih, untuk merampungkan PLTA Maninjau sampai tahun 1981, dengan kapasitas 4 x 17 MW (Batang Agam hanya 2 x 5 MW). Hasilnya terutama diperuntukkan bagi industri di kota Padang. Selain itu biaya penyusunan mengkaji kemungkinan itupun -- yang berupa buku, masing-masing nyaris setebal bantal bayi -- hanya Rp 30 juta. Ini merupakan sukses tersendiri lagi. Sebab bila diserahkan kepada konsultan asing (dengan jangka waktu yang sama yaitu setahun) niscaya mencapai 600 ribu dollar. Atau seperti diakui Menteri Sutami pula dalam hal menyusun buku itu saja "Negara sudah dihemat Rp 200 juta lebih". Berkata begitu Menteri PUTL sekaligus menyodorkan tantangan kepada ITB: bila sanggup menyusun penjajagan kemungkinan seperti karya Yanuar cs itu, ia bernazar pula akan menggendong Rektor ITB kelak. Bukan main.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus