Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Agama Nasaruddin Umar mengatakan pengumuman hasil sidang isbat penetapan 1 Ramadan sempat terlambat karena menunggu pengamatan hilal dari wilayah Aceh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hal ini diutarakan Nasaruddin saat konferensi pers hasil sidang isbat penetapan 1 Ramadan 1446 Hijriah di Gedung Kementerian Agama RI, Thamrin, Jakarta Pusat, 28 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rencananya, konferensi pers digelar pukul 19.05 WIB. Namun baru digelar pukul 19.40 WIB setelah sidang isbat tertutup pukul 18.30 WIB. “Kami sampaikan ya bahwa agak sedikit mundur menyampaikan penyampaian ini karena kami harus menunggu wilayah yang paling barat di Aceh,” kata Nasaruddin.
Nasaruddin mengatakan pihaknya harus menunggu pengamatan hilal di Aceh. Sebab, kondisi objektif hilal pada malam ini dari Indonesia bagian timur, tengah, sampai bagian barat di ekor Pulau Jawa itu tidak dimungkinkan untuk bisa menyaksikan hilal dengan Imkan rukyat (metode penentuan awal bulan).
“Sehingga kita terpaksa harus menunggu sampai wilayah yang paling barat di Aceh, karena hanya itu yang memenuhi persyaratan Imkan Rukyat, dilihat dari sudut elongasi dan dilihat dari segi ketinggian hilal,” ujarnya.
Berdasarkan laporan pemantauan, ketinggian hilal di seluruh Indonesia antara 3 derajat 5,91 menit hingga 4 derajat 40,96 menit dengan sudut elongasi 4 derajat 47,3 menit hingga 6 derajat 24,14 menit. Nasaruddin menuturkan bahwa hilal di provinsi paling barat di Aceh.
“Maka pada malam ini diputuskan dalam sidang bahwa 1 Ramadan ditetapkan besok, Insya Allah, tanggal 1 Maret 2025, bertepatan 1 Ramadan 1446 Hijriah,” kata Nasaruddin.
Sebelum sidang isbat, Anggota Tim Hisab Rukyat Kemenag RI Cecep Nurwendaya memaparkan hasil temuannya terkait posisi hilal pada 29 Syaban 1446 Hijriah. Menurut dia, berdasarkan kriteria MABIMS atau Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, Singapura, pada 29 Syaban 1446 hijriah atau 24 Februari 2025 Masehi posisi hilal di wilayah Indonesia ada yang telah memenuhi kriteria tinggi hilal minimum 3° dengan minimum 6,4°.
“Sehingga tanggal 1 Ramadhan 1446 Hijriah secara hisab jatuh bertepatan dengan hari Sabtu 1 Maret 2025 Masehi," kata Cecep dalam seminar posisi hilal di Kantor Kementerian Agama Republik Indonesia Jakarta.
Cecep mengatakan penentuan awal bulan Ramadan, Syawal, dan Zulhijah di Indonesia menggunakan metode rukyat dan hisab. Hisab sifatnya adalah informatif. Sedangkan kedudukan rukyat sebagai konfirmasi dari hisab.
"Pada hari rukyat 24 Februari 2024 Masehi tinggi hilal di seluruh wilayah NKRI antara 3° 05 ‘ 055” (3,10 derajat sampai dengan 4° 40’58” ( 4,68 derajat) dan elongasi antara: 4 derajat 47’ 02” (4,78 derajat) sampai dengan 6 derajat 24’ 08” (6,40 derajat),” ujar dia.
Cecep mengungkapkan bahwa di wilayah barat laut provinsi Aceh, termasuk di Sabang dan Banda Aceh telah memenuhi kriteria visibilitas hilal MABIMS. “Oleh karenanya, menjelang awal Ramadan 1445 Hijriah pada hari rukyat di daerah yang telah memenuhi imkan rukyat ini secara teoritis memungkinkan hilal awal Ramadhan 1446 hijriah dapat dirukyat," kata Cecep.
Hasil dari analisis ini kemudian dibawa ke sidang isbat di Kementerian Agama yang digelar tertutup pada pukul 18.30 WIB.