Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Mengapa PKI Punya Banyak Massa Sebelum 1965, Penelitian Ini...

Penelitian tesis itu menunjukkan ada sejumlah faktor yang membuat PKI punya banyak massa pada 1965.

30 September 2017 | 15.00 WIB

Seorang pemuda mengenakan kaus bergambar Palu Arit yang menjadi lambang Partai Komunis Indonesia di Ciputat, Tangerang Selatan, 27 Mei 2016. Ia diserahkan ke pihak kepolisian untuk dimintai keterangan. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat.
material-symbols:fullscreenPerbesar
Seorang pemuda mengenakan kaus bergambar Palu Arit yang menjadi lambang Partai Komunis Indonesia di Ciputat, Tangerang Selatan, 27 Mei 2016. Ia diserahkan ke pihak kepolisian untuk dimintai keterangan. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sebuah diskusi menarik tentang Partai Komunis Indonesia (PKI) digelar di Sekretariat Syarikat Indonesia di Yogyakarta, Jumat, 22 September 2017. Dalam diskusi yang bertema Jalan Sunyi Penyintas Genosida itu, Ngatiyar, aktivis LSM Mitra Wacana, memaparkan mengapa PKI mempunyai banyak pengikut pada 1960-an.

Ngatiyar yang pernah melakukan riset di sebuah desa di Jawa Tengah pada 2009 dan 2013 untuk tesis S-2 di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, menemukan beberapa alasannya. "Faktor kepemimpinan desa mendukung wilayahnya meraih suara terbanyak," kata Ngatiyar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ngatiyar mencontohkan, desa yang menjadi lokasi risetnya mempunyai luas seperempat dari luas kecamatan. Ada tujuh desa dalam kecamatan di sana. Sebanyak 80 persen warga di desa itu menjadi simpatisan PKI. "Karisma terbangun dari kekuasaan seseorang di daerahnya," kata Ngatiyar.

Faktor kedua adalah bahasa simbolik yang menarik dari keberadaan simbol palu dan arit yang dimiliki PKI. Ngatiyar pun meyakini, hingga hari ini, simbol PKI tersebut dinilai paling menarik dari simbol-simbol yang dimilik partai-partai politik di Indonesia.

"Saya tanya, mengapa warga di sana lebih memilih PKI? Bukan PNI atau NU?" kata Ngatiyar.

Alasan warga, simbol kerbau pada PNI menunjukkan borjuasi. Maksudnya, meski kerbau digunakan untuk membajak sawah, kerbau hanya dimiliki priyayi atau orang-orang kaya di desa.

Sedangkan simbol NU berupa tali jagat sulit dipahami warga awam. "Kalau palu dan arit itu setiap ke ladang, ke sawah dibawa," kata Ngatiyar.

PITO AGUSTIN RUDIANA

Pito Agustin Rudiana

Koresponden Tempo di Yogyakarta

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus