Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Mengapa Wisuda Harus Memakai Toga dan Jubah?

Wisuda identik dengan menggunakan toga dan jubah. Mengapa demikian?

15 Juni 2023 | 10.05 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Wisuda menjadi sebuah tradisi perayaan kelulusan setelah menempuh sebuah jenjang pendidikan. Adapun prosesi wisuda identik dengan menggunakan toga dan jubah. Mengapa demikian?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kata toga berasal dari Bahasa Latin yaitu tego yang bermakna penutup. Dikutip dari pasca.iain-palangkaraya.ac.id, umumnya toga dikaitkan dengan bangsa Romawi. Toga sesungguhnya berasal dari sejenis jubah yang dikenakan oleh pribumi Italia, yaitu bangsa Etruskan yang hidup di Italia sejak 1200 SM.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kala itu, bentuk toga belum seperti jubah, namun sebatas kain sepanjang enam meter yang cara penggunaannya sebatas dililitkan ke tubuh. Walau tak praktis, toga adalah satu-satunya pakaian yang dianggap pantas waktu seseorang berada diluar ruangan untuk menutupi tubuh mereka.

Kemudian toga mulai berkembang di Romawi berupa sehelai mantel wol tebal yang dipakai setelah mengenakan cawat atau celemek. Hingga pada masa ini, toga tetap dianggap satu-satunya busana yang pantas dikenakan di luar ruangan. 

Seiring berjalannya waktu, pemakaian toga mulai bergeser dari busana sehari-hari menjadi pakaian resmi seremonial, termasuk acara kelulusan. Bentuknya pun dimodifikasi menjadi sejenis jubah.

Hingga penggunaan atribut tersebut mulai digunakan sebagai simbol akademik di berbagai universitas. University of Oxford dan University of Cambridge menjadi perguruan tinggi pertama yang meresmikan pakaian kelulusan dalam bentuk toga wisuda. 

Di Eropa, kostum kelulusan biasanya disebut gown. Sementara topinya yang berbentuk bujur sangkar disebut mortarboard. Ada juga yang menyebutnya graduate cap atau black cap. Atribut kelulusan tersebut diadopsi oleh Amerika pada era kolonial. 

Selain melambangkan keagungan, toga yang berwarna hitam menyimbolkan misteri kegelapan yang berhasil dikalahkan oleh wisudawan sewaktu di perkuliahan.

Sementara itu, dikutip dari Medium, sudut persegi pada topi melambangkan toga adalah seorang sarjana yang dituntut untuk berpikir rasional dan memandang segala sesuatu dari sudut pandang yang beragam.

Adapun perpindahan kucir dari kiri ke kanan berarti perubahan penggunaan otak kiri ke otak kanan yang harus banyak dilakukan mahasiswa setelah diwisuda. Otak kiri adalah bagian yang banyak digunakan untuk berfikir dan menyerap pengetahuan.

Hingga saat ini tradisi topi toga dan jubah mengalami perkembangan dan menjadi bagian penting dari pengalaman akademis setiap mahasiswa. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus