Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penemuan dan penerjemahan prasasti di Nusantara tak lepas dari peran para arkeolog dan epigraf yang menggali sejarah kuno Indonesia. Salah satunya saat penelitian kompleks percandian Batujaya, Karawang, Jawa Barat yang dipimpin oleh arkeolog sekaligus tokoh epigrafi senior Hasan Djafar dan Ayatrohaedi. Lantas apa sebenarnya epigrafi?
Epigrafi merupakan salah satu cabang ilmu arkeologi. Mengutip dari publikasi Epigrafi Indonesia: Peran, Kedudukan, Dan Pengembangannya, cabang ilmu ini digunakan untuk mengetahui tulisan, aksara, bahasa, ejaan dan afiksasi yang termuat dalam prasasti.
Prasasti sendiri merupakan medium menuliskan kisah atau tanda yang digunakan orang zaman dulu. Seringkali tulisan itu dibubuhkan pada batu, lempengan logam bahkan, kayu. Selain menginformasikan peristiwa masa lampau, prasasti juga menerangkan asal usul seorang raja, tokoh atau genealogi maupun penanggalan.
Prasasti kemudian dibedakan berdasarkan panjang pendeknya tulisan. Begitu juga dengan isinya yang digolongkan menjadi prasasti penetapan sima, prasasti peradilan atau Jayapatra Jayasong, dan prasasti angka tahun.
Ilmu epigrafi mempunyai ruang lingkup yang membahas media prasasti, bahan prasasti, bentuk prasasti, dan isi prasasti. Serta mempelajari struktur prasasti, pembacaan prasasti, dan penafsiran isi prasasti.
Selain itu, epigrafi membahas kode-kode rahasia berupa huruf dan gambar pada prasasti maupun artefak kuno. Kemudian menguasai bentuk huruf kuno dengan segala lekuk likunya hingga memperoleh informasi sejarah yang jelas dan valid.
Ilmu epigrafi juga meneliti kembali prasasti yang telah terbit dalam transkripsi sementara. Tujuannya agar para ahli sejarah bisa memakai berbagai jenis keterangan yang terkandung di dalam prasasti-prasasti tersebut.
Epigraf, sebutan untuk ahli epigrafi, mampu mengidentifikasikan dan menerjemahkan prasasti. Seperti dijelaskan dari p2k.unkris.ac.id, hal ini selaras dengan tugas seorang epigraf yang mesti menganalisis prasasti dengan kemampuannya membaca tulisan kuno, huruf kuno, dan bahasa kuno.
Dalam menjalankan tugasnya, seorang epigraf akan mengalami berbagai hambatan. Terutama prasasti batu yang sudah usang, sehingga sulit membacanya. Epigraf harus membaca bagian-bagian yang usang tersebut berkali-kali hingga memperoleh bacaan yang tepat. Termasuk bahasa-bahasa kuno pada prasasti yang sulit dipahami sepenuhnya.
Merangkum dari repository.uksw.edu, kajian epigrafi di Indonesia dipelopori oleh Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Inggris di Indonesia pada Abad ke-19. Kemudian landasan mengenai penelitian epigrafi Indonesia disusun oleh Friederich, yang diikuti oleh para peneliti barat seperti Hendrich Kern, J.L.A Brandes, N.J. Krom, Bosch, serta peneliti dari Indonesia, Poerbatjaraka.
Seiring waktu, kajian epigrafi mulai meluas dan mendalam mengenai berbagai aspek kesejarahan, baik aspek religi, sosial, ekonomi, hukum, maupun kajian yang mengungkap sejarah kuno bangsa Indonesia. Informasi-informasi tersebut kemudian dimanfaatkan untuk menyingkap tabir sejarah, terutama berkaitan dengan sejarah Indonesia Kuno.
Di Indonesia, sejumlah universitas membuka jurusan Arkeologi. Ada Universitas Gadjah Mada yang memiliki beragam mata kuliah arkeologi. Dilansir dari arkeologi.ugm.ac.id, mata kuliah yersebut seperti Pengantar Arkeologi, Arkeologi Prasejarah, Arkeologi Arsitektur, Ikonografi, Peradaban Kuno, Paleoantropologi, Epigrafi Indonesia, dan masih banyak lainnya.
Lalu Universitas Hasanuddin yang terkenal dengan arkeologi kemaritiman. Universitas Indonesia yang menyediakan mata kuliah arkeologi publik, arkeologi industri, arkeologi seni, dan permuseuman.
Selanjutnya, ada Universitas Udayana yang menawarkan mata kuliah ilmu arkeologi prasejarah, arkeologi klasik, permuseuman, dan epigrafi. Terakhir, Universitas Jambi merupakan satu-satunya Perguruan Tinggi di Sumatera yang memiliki program studi arkeologi.
Pilihan Editor: Candi Palosan Simpan Kisah Cinta Beda Agama dari Abad ke-9
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini