Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pada 5 Juli 1937, merupakan tanggal kelahiran Rahman Tolleng, seorang tokoh yang memiliki kontribusi besar dalam perjuangan demokrasi dan politik di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rahman Tolleng lahir di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, dan menjadi salah satu tokoh yang berani berjuang demi terwujudnya cita-cita Indonesia yang lebih demokratis dan adil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meskipun telah tiada sejak 2019, kenangan dan pengaruhnya tetap diingat dan dihormati hingga saat ini.
Profil Rahman Tolleng
Rahman tumbuh dan dibesarkan di tengah-tengah masyarakat yang penuh semangat perubahan. Ia belajar tentang pentingnya persamaan hak dan keadilan sejak usia muda, yang kemudian membentuk pandangan dan tekadnya untuk berjuang demi perubahan sosial.
Setelah menyelesaikan pendidikan tingginya, Rahman Tolleng aktif terlibat dalam berbagai kegiatan pergerakan yang bertujuan untuk mencapai kemerdekaan dan kemajuan bangsa.
Salah satu momen paling bersejarah dalam kehidupan Rahman adalah ketika ia terlibat aktif dalam peristiwa bersejarah 1965, ketika Indonesia mengalami pergolakan politik yang signifikan. Saat itu, sebagai seorang aktivis, ia dengan berani berbicara menentang segala bentuk penindasan dan kekerasan.
Meskipun berisiko tinggi, ia tidak gentar mengungkapkan pandangannya tentang pentingnya menghormati hak asasi manusia dan mendukung demokrasi sebagai landasan utama bagi Indonesia.
Perjuangan untuk Demokrasi dan Keadilan
Rahman Tolleng dikenal sebagai salah satu pilar perjuangan untuk mencapai demokrasi dan keadilan di Indonesia. Ia terus berjuang untuk mengakhiri penguasaan otoriter dan memperjuangkan sistem politik yang lebih transparan, partisipatif, dan akuntabel.
Dalam aktivismenya, Rahman sangat lantang dalam menyuarakan suaranya. Bahkan, ia sempat dicari oleh jejaring aparat rezim Orde Lama. Ketika itu ia menentang keras kebijakan rezim yang tertuang dalam Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang juga sekaligus menggantikan sistem Demokrasi Liberal menjadi Demokrasi Terpimpin.
Gagasan-gagasannya tentang pentingnya menghormati kebebasan berbicara, pers, dan hak asasi manusia menjadi kiblat bagi banyak aktivis dan politisi muda di zamannya.
Aktivisme Rahman Tolleng tidak hanya terbatas pada ranah politik, tetapi juga membahas isu-isu sosial dan ekonomi yang relevan dengan kehidupan rakyat kecil. Ia vokal dalam menyuarakan hak-hak kaum minoritas, perempuan, dan kelompok rentan lainnya.
Kesetiaannya dalam memperjuangkan keadilan sosial telah mengilhami banyak orang untuk bergerak bersama dan menciptakan perubahan positif dalam masyarakat.
Semasa hidup, Tolleng pernah menjabat sebagai Direktur Penerbitan Grafiti Pers pada 1991. Adapun dalam karir politiknya, Tolleng pernah menjadi anggota DPR Gotong Royong (DPRGR)/Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada 1968-1971. Kemudian menjadi anggota DPR/MPR pada 1971-1974.
Akibat demonstrasi besar pada 15 Januari 1974 atau yang dikenal dengan Peristwa Malari, Dia dipecat dari keanggotaannya di Golkar dan ditahan di penjara Budi Utomo. Tolleng ditahan bersama sejumlah intelektual dan pemimpin mahasiswa masa itu.
Pengaruh dan Warisan
Rahman Tolleng telah menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk terlibat dalam proses demokrasi dan berjuang untuk keadilan. Nilai-nilai integritas, ketulusan, dan komitmen yang ia perjuangkan dalam hidupnya tetap menginspirasi generasi muda Indonesia.
Meskipun telah tiada, karyanya dan perjuangannya akan selalu dikenang dan dihormati. Ia telah meninggalkan jejak yang kuat dalam sejarah perjuangan demokrasi Indonesia. Para pemimpin masa kini dapat belajar dari dedikasinya dalam mewujudkan cita-cita bangsa yang lebih baik.
Di Kantor Tempo di Palmerah Barat, Jakarta, perpustakaannya dinamai Pojok Rahman Tolleng untuk mengenang jasa dan pemikirannya untuk Indonesia.
"Ada 13 ribu koleksi yang diindex dan yang sudah ditaruh di sini sekitar 3.000. Jadi masih ada 10 ribu lagi (yang belum diindex)," ujar Director Tempo Data Science, Philipus Parera saat peluncuran, Selasa 16 Mei 2023.
Philip mengatakan Pojok Rahman Tolleng bakal dibuka untuk umum. Masyarakat dapat memanfaatkan buku koleksi Rahman untuk kepentingan penelitian hingga menggunakan perpustakaan tersebut sebagai tempat diskusi.
Pilihan Editor: Rahman Tolleng dan Imajinasi Subversi