Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Menristekdikti Sebut Orientasi Perguruan Tinggi Masih Akademik

Menristekdikti Mohamad Nasir mengatakan hanya ada dua perguruan tinggi Indonesia yang masuk peringkat 500 besar dunia.

21 Oktober 2018 | 15.18 WIB

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Prof Dr Muhammad Nasir MSi Akt PhD memberikan wejangan kepada mahasiswa bidik misi yang diterima di ITS, Rabu (1/6). dok/its.ac.id KOMUNIKA ONLINE
Perbesar
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Prof Dr Muhammad Nasir MSi Akt PhD memberikan wejangan kepada mahasiswa bidik misi yang diterima di ITS, Rabu (1/6). dok/its.ac.id KOMUNIKA ONLINE

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Pasuruan - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan perguruan tinggi di Indonesia masih lebih banyak berorientasi pada bidang akademik, bukan peningkatan komptensi lulusan.

Baca: Menristekdikti Data Kampus yang Rusak Akibat Gempa Donggala

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Kemampuan lulusan pendidikan tinggi kita masih jauh dari yang diperlukan dunia industri. Itu salah satu faktor daya saing kita masih rendah," kata Nasir saat memberikan orasi ilmiah di hadapan wisudawan Universitas Yudharta Pasuruan di Pasuruan, Minggu, 21 Oktober 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nasir mengatakan daya saing global Indonesia berada pada posisi 36 dari 137 negara, masih di bawah Singapura yang berada pada posisi ketiga, Malaysia di posisi 23 dan Thailand di posisi 32.

Padahal, kata dia, jumlah penduduk Indonesia menempati peringkat keempat dunia, setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia 262 juta jiwa, sedangkan jumlah penduduk Cina mencapai 1,4 miliar lebih.

Baca: Menristekdikti Larang Kampanye Politik di Dalam Kampus

Dari segi jumlah perguruan tinggi, Indonesia memiliki lebih banyak daripada Cina. Indonesia memiliki 4.600 perguruan tinggi, sedangkan Cina hanya 2.824 perguruan tinggi.

"Jumlah penduduk kita seperenam Cina, perguruan tinggi kita dua kalinya. Namun, daya saing kita masih kalah," katanya.

Karena itu, Nasir menilai ada yang salah dalam pengelolaan pendidikan tinggi di Indonesia. Pendidikan tinggi harus berorientasi pada peningkatan kompetensi lulusan, bukan semata akademik.

Saat awal menjadi menteri, Nasir mengatakan hanya ada dua perguruan tinggi Indonesia yang masuk peringkat 500 besar dunia, itu pun mendekati peringkat 500.

Baca: Cara Menristekdikti Periksa Catatan Tiga Calon Rektor Unpad

"Saat ini, di tahun 2018, sudah ada tiga perguruan tinggi, yaitu Universitas Indonesia di peringkat 292, Institut Teknologi Bandung di peringkat 340 dan Universitas Gadjah Mada di peringkat 391," dia menjelaskan.

Selain itu, pada rentang peringkat 500 hingga 600, ada lima perguruan tinggi. Pada rentang peringkat 600-700, ada tujuh perguruan tinggi.

"Di Cina, ada belasan perguruan tinggi yang masuk peringkat 500 besar dunia," ujarnya.

Karena itu, di hadapan wisudawan Universitas Yudharta Pasuruanm, Nasir berharap para lulusan di universitas tersebut agar mempersiapkan diri menghadapi persaingan global di era revolusi industri 4.0.

Menurut Nasir, revolusi industri 4.0 telah membawa lompatan teknologi yang lebih pesat daripada sebelumnya. "Lompatan teknologi itu kita rasakan dalam kehidupan sehari. Dulu kalau mau naik kendaraan umum, kita harus menunggu di pinggir jalan. Saat ini, dengan Gojek, kita bisa mengirim pesan langsung kepada pengemudi dan dijemput di rumah," tuturnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus