Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Muhammadiyah dan Ashoka Ajak Organisasi Lintasiman Bangun Gerakan Pembaharu Atasi Krisis Lingkungan

Lokakarya Muhammadiyah ini mempertemukan peserta dari organisasi keagamaan dan kepercayaan, inovator sosial dan tokoh membuat gerakan pembaharuan.

27 Agustus 2022 | 16.19 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Logo Muhammadiyah. ANTARA/HO-istimewa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Muhammadiyah bersama Ashoka Indonesia, jejaring kewirausahaan global sebagai agen perubahan mengadakan lokakarya Faith Inspired Changemaking Initiative (FICI) Indonesia Masterclass 2022 pada 26-30 Agustus 2022 di Bogor. Lokakarya ini mempertemukan peserta dari organisasi keagamaan dan kepercayaan, inovator sosial dan tokoh yang tertarik membuat gerakan pembaharuan. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Peserta yang mengikuti rangkaian program masterclass akan merumuskan ide yang mereka miliki sebagai usaha melestarikan lingkungan. Ide itu akan diimplementasikan dalam periode waktu tertentu dengan dukungan dari Ashoka Indonesia dan Muhammadiyah," kata pengarah program Eco Bhinneka Muhammadiyah, Syafiq A Mughni dalam siaran pers yang diterima Tempo pada Jumat, 26 Agustus 2022. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Eco Bhinneka adalah program Muhammadiyah yang tergabung dalam Joint Initiative for Strategic Religious Action (JISRA). Program ini mewadahi kelompok lintasagama dalam keberagaman dan isu lingkungan.

Penyelenggaran lokakarya FICI Indonesia Masterclass 2022 ini secara khusus bertujuan untuk membangun pemahaman bersama tentang gerakan pembaharu dalam meningkatkan empati, kolaborasi, kepemimpinan dan praktik “change-making” di lingkungan komunitas keagamaan dan kepercayaan, hingga mendiskusikan peran dan merancang kerjasama dan strategi “interfaith dan intergeneration” untuk memulai langkah awal gerakan pembaharu dalam mengatasi krisis lingkungan dan alam.

Syafiq menuturkan  lokakarya ini mengangkat tema: Bersama Kita Menjaga Kehidupan (BIJAK) atau WISE (We Faith for Sustainable Livelihood and Environment ini. Dengan tema ini, peserta yang mengikuti lokakarya berkolaborasi menginisiasi gerakan pembaharu untuk menjawab masalah-masalah yang dihadapi manusia dan dunia seperti krisis perubahan lingkungan, krisis pangan, dan krisis energi.

Menurut Syafiq, isu lingkungan hidup adalah persoalan bersama yang membutuhkan sinergi dan peran para tokoh agama. “Isu lingkungan hidup merupakan persoalan yang mesti kita hadapi bersama-sama, mengingat persoalan ini dipengaruhi gaya hidup masyarakat global dan berpotensi menimbulkan bahaya yang mengancam kehidupan kita mendatang.” ujarnya.

Ia berpendapat, bangsa Indonesia sebagai bangsa yang beragama, peran dan pengaruh tokoh agama sangat besar untuk mengatasi permasalahan lingkungan. “Insya Allah, sinergi dengan tokoh agama sudah berjalan lama, tapi masih perlu kita perkokoh lagi,” kata Syafiq.

Direktur Regional Ashoka SEA Nani Zulminarni menegaskan pentingnya bagi komunitas agama dan keyakinan menjadi penggerak yang utama untuk isu-isu kritikal, termasuk isu lingkungan. “Yang menarik dari Eco Bhineka untuk kami di Ashoka adalah pendekatan lintasiman untuk mencari persamaan dalam gerakan dengan mengedepankan isu lingkungan. Apapun iman kita kalau bumi ini semakin panas kerusakan itu akan tetap dirasakan semua orang.” Menurut Nani, agama lah yang selama ini paling konsisten melakukan gerakan perubahan dan bertahan sepanjang zaman dalam kondisi apapun.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus