DI mana Dr Thomas P. Cheatham Jr., yang menuduh adanya
"permainan komisi dalam proyek Palapa?
Para pejabat Indonesia, yang oleh Presiden diminta untuk
menyelidiki tulisan wartawan Seymour M. Hersh dalam koran The
New York Times 25 Januari lalu, tak mengetahui di mana ia
berada. Menteri Perhubungan Emil Salim, dalam suatu jumpa pers
dengan para pimpinan redaksi Sabtu 5 Maret lalu mengatakan bahwa
fihak kedutaan besar RI di Washington AS, sudah berusaha
menghubungi sumber utama wartawan Hersh itu. "Tapi dia tak ada
di tempat", katanya. Dan sampai sekarang, "kami tak mengetahui
apa yang akan atau tak akan dikatakan oleh Dr Cheatham", kata
Emil.
Tapi pagi itu, enam hari sebelum diluncurkannya satelit Palapa
II dari Tanjung Kennedy, di Florida AS, Menteri Emil Salim
kembali mengemukakan pernyataan bahwa "tidak terdapat penyuapan
dan kelainan dalam pelaksanaan proyek Palapa ini". Pernyataan
demikian, kata Menteri, didasarkan pada hasil pengecekan yang
langsung dilakukan Dubes RI di Washington, Rusmin Nuryadin, awal
Maret lalu. Dan telah disampaikan kepada Presiden Soeharto pada
3 Maret lalu.
Dubes Rusmin beserta stafnya telah berhasil memperoleh
pernyataan, yang intinya membantah adanya "penyuapan" atau tak
melihat adanya "kelainan" (irregularities) dalam pelaksanaan
proyek Palapa beserta 40 stasiun buminya di Indonesia. Dalam
bahasa Inggeris yang lancar, Emil Salim membacakan satu demi
satu petikan pernyataan dari fihak yang disebut dalam tulisan
Hersh itu: dari State Departement (Deplu AS), ketua dewan
direksi perusahaan General Telephone & Electronics (GTE),
presiden Hughes Aircraft, presiden dari Teleconsult di
Washington -- yang ditunjuk oleh kedua belah fihak sebagai
konsultan yang 'independen'.
"Pertamina"
Juga dari bekas konsultan GTE, Vladimir Gold. Yang terakhir ini
ada disebut dalam tulisan NYT, sebagai telah melaporkan
padaatasannya tentang adanya permintaan suap yang lain oleh
seorang "pejabat yang mewakili Pertamina" (lihat TEMPO 6
Pebruari). Tapi dalam suratnya kepada dubes Rusmin, old - yang
dikenal sebagai agen penjualan dari CTE - antara lain
meyakinkan, "tak pernah mengatakan seperti yang dimuat dalam
artikel itu".
Emil Salim juga mengemukakan petikan keterangan dari Stephen M.
De Bruhl, presiden dan ketua dewan direksi Export-lmport Bank of
Washington (Exim Bank). De Bruhl juga telah mendapat surat
berisi 10 pertanyaan dari Senator William Proxmire (Partai.
Demokrat), sesaat setelah keluarnya artikel Hersh itu. Proxmire,
sebagai Ketua Komisi Perbankan Senat, menganggap tuduhan Dr
Cheatharn seperti dikemukakan dalarn tulisan NYT itu cukup
serius.
Dalam keterangannya kepada Dubes Rusmin, De Bruhl antara lain
nlengatakan: "Para pejabat dari Hughes Aircraft pernah ditanyai
adakah mereka telah atau akan melakukan penyuapan begitu.
Perusahaan itu membantah. Kemudian Eximbank menyetujui memberi
pinjaman, untuk membiayai proyek tersebut. Dan membuat
perjanjian dengan pemerintah Indonesia mengenai para pensuplai,
termasuk Hughes, untuk menandatangani pernyataan bahwa tak
pernah dan tak akan terjadi pembayaran seperti itu. Pernyataan
seperti itu dilakukan oleh Hughes setiap kali mereka menggunakan
pinjaman dari Eximbank".
Keterangan seperti dikemukakan presiden Eximbank itu sebenarnya
ada juga dimuat dalam tulisan Hersh. Mengutip sebuah sumber,
Hersh mengatakaul bahwa beberapa pejabat Hughes Aircraft dan ITT
(yang terakhir ini mendapat rejeki membuat 15 stasiun bumi di
Indonesia seharga AS$ 29,2 juta lebih) pernah dipanggil rhak
Eximbank. Selain kepada Hersh, Dr Cheatharn sebelumnya telah
memberi keterangan pada orang-orang Eximbank bahwa Hughes
Aircraft telah mau melakukan "penyuapan" untuk ditunjuk sebagai
kontraktor utama proyek SKSD Palapa.
Nafas Lega
Nah, setelah berbagai fihak di AS menyatakan tak melihat adanya
"ke lainan" dalam proyek Palapa yang mahal itu, banyak orang di
Indonesia boleh menarik nafas lega. Termasuk Dirjen Postel
Mayjen Soehardjono, yang oleh Dr Cheatham dituduh sebagai orang
yang menerima "komisi" dari Hughes itu. Sang dirjen bersama
nyonya - disertai dirut Perumtel ir. Willy Munandir telah
bertolak ke AS 2 Maret lalu. Seperti juga sewaktu peluncuran
Palapa I, Dirjen Soehardjono kini juga ikut mempersiapkan
peluncuran Palapa II pada 11 Maret jam 06.16 WIB: satu hari yang
sangat bersejarah bagi Orde Baru.
Kalau udara dingin yang kini juga terasa di Florida itu tak
sampai mengganggu rencana peluncuran, maka 48 jam setelah
ditembakkan, Palapa II akan termasuk 'kaveling' Indonesia di
antariksa sana. Fungsinya memang sebagai "ban serep". Tapi
menurut Emil Salim, itu penting untuk menunjang peranan
saudaranya yang sudah lebih dahulu bertengger di sana. Adapun
semua biaya pembuatan dan peluncurannya, sudah termasuk dalam
paket proyek SKSD yang mulanya diperkirakan tak sampai AS$ 52
juta. Tapi kemudian meningkat setinggi AS$ 161,8 juta (lihat
grafik). Kenaikan biaya yang tiga kali lebih itu, kata Emil
Salim, disebabkan pertambahan peralatan, kenaikan harga
peralatan dan biaya peluncurun gara-gara itu inflasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini