Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Nasaruddin Umar: Masjid Istiqlal Bukan Hanya Rumah Umat Islam, Melainkan Rumah Besar Kemanusiaan

Imam Besar Istiqlal itu menyampaikan pesan tersebut di hadapan Paus Fransiskus dalam kunjungannya di Masjid Istiqlal, Jakarta, Pagi ini.

5 September 2024 | 11.08 WIB

Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar (kanan) bersama  Paus Fransiskus saat menandatangani dokumen kemanusiaan di Plaza Al Fatah, kompleks Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis 5 September 2024. Dokumen berisi komitmen kerukunan hidup beragama bersama Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar. TEMPO/Subekti.
Perbesar
Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar (kanan) bersama Paus Fransiskus saat menandatangani dokumen kemanusiaan di Plaza Al Fatah, kompleks Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis 5 September 2024. Dokumen berisi komitmen kerukunan hidup beragama bersama Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar. TEMPO/Subekti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar mengatakan Masjid Istiqlal bukan sekedar rumah ibadah bagi umat Islam, melainkan rumah besar bagi kemanusiaan. Pernyataan itu disampaikan di hadapan Paus Fransiskus dalam kunjungannya di Masjid Istiqlal, Jakarta, Pagi ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Masjid Istiqlal yang telah direnovasi oleh Presiden Jokowi, bukan hanya rumah ibadah umat Islam, tapi rumah besar kemanusiaan. Kita berprinsip humanity is only one," kata Nasaruddin saat membacakan pidatonya di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis 5 September 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mulanya, Nasaruddin mengatakan, Masjid Istiqlal didirikan pada 1961 oleh Presiden pertama RI Sukarno dan diresmikan pada 1978 oleh Presiden kedua RI Soharto. Masjid Istiqlal didesain oleh Friedrich Silaban, seorang arsitek dari kalangan Kristiani.

"Istiqlal dibangun dengan visi besar untuk menciptakan harmoni kehidupan bangsa Indonesia dan dunia," kata Nasaruddin.

Karena itu, semua masyarakat dari berbagai latar belakang boleh masuk. Namun, harus tetap mematuhi ketentuan yang ada. "Semua boleh masuk karena berfungsi melayani semua orang," kata Nasaruddin.  

Paus Fransiskus dijadwalkan berkunjung ke Masjid Istiqlal Jakarta Pagi ini. Ia akan bertemu sejumlah tokoh lintas agama dan berkunjung ke Terowongan Silaturahmi Istiqlal-Katedral. Ia bersama pemimpin agama lain di Indonesia akan melakukan deklarasi kemanusiaan.

Kemudian, ia akan melanjutkan pertemuan dengan penerima manfaat dari organisasi amal di kantor Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Lalu pada sore, pukul 17.00 WIB, Paus akan memimpin misa akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta.

Lawatan Paus asal Buenos Aires pada 3-6 September ke Indonesia merupakan yang ketiga bagi pemimpin umat Katolik itu. Sebelumnya, Paus Paulus VI mengunjungi Indonesia pada 1970, diikuti 19 tahun kemudian oleh Paus Yohanes Paulus II pada 1989.

Kemarin, Fransiskus diterima oleh Presiden Jokowi di Istana Merdeka. Kemudian Jokowi dan Fransiskus menyampaikan pesan kepada tokoh, pejabat, dan duta besar di Istana Negara. Acara Paus Fransiskus di Jakarta termasuk Misa Akbar yang akan dia pimpin pada Kamis, 5 September 2024.

Daniel A. Fajri berkontribusi dalam tulisan ini.

Hendrik Yaputra

Bergabung dengan Tempo pada 2023. Lulusan Universitas Negeri Jakarta ini banyak meliput isu pendidikan dan konflik agraria.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus