Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Ibu kota baru RI yang akan dibangun di antara Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara ditargetkan mulai dapat digunakan pada 2024. Kelak, Jakarta tidak lagi menjadi pusat pemerintahan, tetapi menjadi kota bisnis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Akademisi dan praktisi bisnis, Rhenald Kasali, menilai pemisahan antara ibu kota pemerintahan dengan kota bisnis, memang perlu dilakukan, mengingat beban Jakarta yang semakin berat. “Mulai memisahkan antara ibu kota pemerintahan, kota perdagangan, dan kota jasa,” ujar Rhenald dalam acara BUMN Branding and Marketing Award 2017 di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Kamis, 14 Desember 2017.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Banyak negara yang memisahkan ibu kotanya dengan kota bisnis, berikut di antaranya:
1. Malaysia
Dulu, Kuala Lumpur menjadi pusat pemerintahan sekaligus pusat perekonomian Malaysia. Pemerintah Malaysia kemudian memindahkan pusat pemerintahan ke kota Putrajaya karena kondisi Kuala Lumpur yang tak terkendali. Sejak saat itu Ibu Kota Negara Malaysia tetap Kuala Lumpur yang sekaligus kota bisnis, tetapi pusat pemerintahan berada di Putrajaya.
2. Australia
Australia memindahkan ibu kotanya dari Melbourne ke Canberra untuk memisahkan pusat pemerintahan dengan pusat bisnis. Dulu, Melbourne merupakan ibu kota sekaligus pusat perekonomian Australia. Namun karena Melbourne semakin semrawut, akhirnya kota tersebut dijadikan sebagai pusat bisnis.
Amerika Serikat atau AS memindahkan Ibu Kota Negara dari New York ke Washington DC untuk memisahkan pusat pemerintahan dari pusat bisnis. Washington DC pusat pemerintahan, New York menjadi pusat bisnis.
4. Turki
Sebelum berdiri, Ibu Kota Negara Turki adalah Istanbul yang merupakan pusat pemerintahan sekaligus pusat bisnis. Pada 1922, di tahun yang sama negara itu berdiri, ibu kota negara dipindahkan ke Ankara sebagai pusat pemerintahan. Istanbul menjadi pusat perekonomian.
HENDRIK KHOIRUL MUHID | EK